Realita dan resiko satu kamar kos dengan teman

Realita dan Resiko Satu Kamar Kos Bareng Teman

606c17f254ed96379b84ff359a9e51dc
sumber : Pinterest

Bisa bareng terus dengan teman dekat itu keinginan semua orang karena bisa menjalani suka duka bersama-sama. Lantas , apakah memilih untuk satu kamar kos dengan teman itu adalah pilihan yang bagus atau justru malah tidak tepat ? Tak sedikit orangtua yang menyarankan anaknya untuk bisa satu kamar kos dengan teman dekatnya karena untuk orangtua yang ekonominya pas-pasan itu akan menghemat biaya pengeluaran dan tidak terlalu membebani mereka. Selain itu juga orang tua menganggap bahwa jika satu kamar kos dengan teman itu akan membuat hubungan anak dengan teman semakin dekat dan bisa saling melengkapi satu sama lain.

Namun malah sebaliknya, banyak anak yang justru mengeluh karena tak semua teman satu kamar itu sefrekuensi. Nah, disini saya akan membagikan pengalaman saya saat satu kamar kos dengan teman saya. Saya adalah Mahasiswa Baru atau biasa disebut Maba di salah satu Universitas Negeri di Solo. Sebagai anak kewajibannya adalah mematuhi orangtua dan saya disarankan oleh beliau untuk satu kos dengan teman. Akhirnya saya memutuskan untuk satu kamar berdua. Pada suatu hari dimana saya harus mulai kuliah dan akhirnya saya mulai menjadi Anak Kos. Awalnya masih terasa biasa saja, namun lama-kelamaan mulai terlihat sifat aslinya. Saya yang orangnya peduli, tidak suka berantakan, risih atau sukar jika berada ditempat yang kotor justru harus satu kamar dengan orang yang memiliki sifat bodo amat dan egois. Bisa dibilang saya dengan teman saya itu tidak sefrekuensi.

Tak jarang jika barang yang sudah saya tata dengan rapi, lantai yang sudah saya sapu itu kembali berserakan dan kotor. semua itu adalah ulah dari teman saya. Tak cukup sampai disitu, suatu malam sekitar jam 22.00 WIB keegoisan teman saya muncul. Kasur baru yang diberikan oleh pemilik kos itu masih ada plastiknya. Saya menyarankan kepada teman saya untuk membuka plastiknya agar jika dibuat tidur itu tidak panas. Namun saran saya ditolak olehnya dengan nada yang tidak enak. Entah apa maksud dan tujuan dari semua itu. Akhirnya saya mengalah untuk tidak membuka plastik dari kasur tersebut. Saya berniat untuk memasang sprei dengan tujuan agar saat tidur tidak merasakan panas. Namun lagi-lagi teman saya menolak. Akhirnya saya sudah menyerah dan saya mengalah untuk tidur dilantai dengan beralaskan sprei yang akan saya pasangkan dikasur tadi. Saya disitu menangis sesenggukan.

Saya sebenarnya sudah tidak nyaman dengannya dan saya memiliki keinginan untuk pisah kamar tetapi saya tidak berani bilang ke teman saya takutnya ucapan saya justru akan membuat sakit hati. Tetapi pada suatu hari justru teman saya yang bilang bahwa ia akan pindah kamar dengan alasan bahwa kamar yang ditempati saat ini kurang luas untuk berdua. Akhirnya disitu kami memutuskan untuk satu kamar satu orang dan disitu saya baru merasakan nyaman menjadi anak kos.

Nah, kesimpulannya bahwa satu kamar kos dengan teman itu tidak enak ya. Apalagi kita tidak tahu sifat asli teman kita seperti apa. Saya menyarankan kepada teman-teman bahwa kos sendiri itu lebih baik karena satu kamar dengan teman yang tidak sefrekuensi itu akan membuat hubungan pertemanan justru menjadi tidak baik.

1 Like