Saat kita melakukan komunikasi dengan orang lain, makna yang dapat berfungsi secara lengkap apabila dihubungkan dengan makna denotasi dan konotasi. Dalam melakukan berkomunikasi dengan orang lain akan lebih berwarna dengan menggunakan makna konotasi. Konotasi ialah kata yang mengandung kata yang tidak sebenarnya atau disebut kiasan.
Konotasi merupakan makna yang didalamnya terdapat nilai emosional. Dapat dikatakan bahwa konotasi ialah makna yang sudah mendapat tambahan perasaan tertentu, emosi tertentu, dan nilai tertentu. Konotasi yang muncul harus dilakukan secara historis dan deskriptif, karena perkembangan makna menjalani satu masa yang panjang sepanjang masa makna itu dipergunakan oleh masyarakat pemakainya.
Konotasi mempunyai sifat yang merangsang serta menggugah pancaindra, sikap, keyakinan, dan perasaan manusia. Rangsangan tersebut biasanya bersifat kolektif dan individual. Arah rangsangan konotasi bisa kearah yang positif maupun negatif.
Rangsang konotasi terbagi menjadi 4 macam, yaitu konotasi merangsang dan menggugah pancaindra, konotasi merangsang dan menggugah stereotip, konotasi merangsang dan menggugah sikap dan keyakinan popular dan konotasi merangsang dan menggugah kepentingan pribadi.
Konotasi Merangsang dan Menggugah Pancaindra, konotasi ini merangsang pancaindra yang menyenangkan atau mengasarkan. Contoh dari rangsang konotasi ini ialah kata sutra yang menimbulkan satu reaksi yang mengingatkan sensasi dari makna sutra yaitu halus, lembut, transparan, bersinar sehingga menimbulkan reaksi yang menyenangkan ketika diraba atau dipandang. Contohnya : “Saya cenderung mengharapkan buku itu jangan ditarik. Kenapa? Ternyata buku itu sampah, tidak sesuai judul dengan isi” Makna konotasinya yaitu sesuatu yang tidak berguna dan tak bermanfaat bagi masyarakat, namun memperoleh tambahan perasaan dan emosi tertentu dimana makna sampah berkonotasi negatif. Konotasi ini merangsang dan menggugah pancaindra dengan mengingatkan kita pada suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan buruk. Hal ini diperjelas dengan pernyatannya bahwa pada buku ini terdapat ketidaksesuaian antara judul dengan isi.
Konotasi Merangsang dan Menggugah Stereotip, konotasi merangsang dan menggugah stereotip ada pada benak seseorang. Stereotip tersebut berhubungan dengan bangsa, suku, agama, tokoh politik, tokoh mafia, jenderal, professional, atau induk semang, bramacorah, petani, seorang gadis desa, kehidupan desa, dan sebagainya. Konotasi ini dapat bersifat positif maupun negatif. Kata jihad dapat menimbulkan konotasi positif dan negatif tergantung dari kelompok tertentu. Menurut kamus KBBI, jihad mempunyai 3 makna, namun makna terakhir lebih dominan. Makna ini memberikan konotasi stereotip tertentu untuk kelompok tertentu. Contohnya : “Buku Aditjondro “buku hiburan”, mirip sinetron mistik atau infotainment ghibah. Isinya penuh sensasi, daya analisis rendah, dan logika meloncatloncat” Buku hiburan mempunyai konotasi yang positif jika buku itu tujuannya memang untuk menghibur orang yang membacanya.
Konotasi Merangsang dan Menggugah Sikap dan Keyakinan Popular, konotasi ini menggugah sikap dan keyakinan masyarakat pada umumnya yang sering diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Orang Indonesia meyakini Pancasila, kerukunan antar umat beragama, toleransi,dan perdamaian. Sebaliknya kita merasa ketakutan mendengar dan membaca kata SARA, preman, provokator, calo, kafe, disko. Contohnya : “Dengan adanya reformasi dan sistem politik dan amandemen undang-undang dasar, larangan buku semacam itu malah bisa menimbulkan kegaduhan baru”. Makna konotasinya menjadi bergeser ketika reformasi bagi bangsa Indonesia hanya mengacu kepada perubahan di bidang politik saja.
Konotasi Merangsang dan Menggugah Sikap dan Kepentingan Pribadi Terdapat kata-kata yang dapat memberikan konotasi yang berhubungan dengan sikap pribadi dan kepentingan pribadi karena setiap orang ingin dipandang dan dihargai. Contohnya yaitu pada kata-kata dalam iklan seperti “Jika anda ingin badan langsing, pakailah obat tradisional dari produk x”
Dari penjelasan tersebut bisa disimpulkan bahwa dalam mengekspresikan sesuatu, seseorang menggunakan pemilihan kata yang menunjukkan pelibatan emosionalnya yang menunjukkan adanya tambahan nilai makna yang terkandung di dalamnya.
Makna konotasi digunakan untuk merangsang pancaindra seseorang yang dapat menimbulkan reaksi yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan, merangsang dan menggugah stereotip yang melekat pada diri seorang tokoh masyarakat, serta merangsang sikap dan keyakinan masyarakat yang diperoleh melalui pengalaman.
Makna Konotasi bisa diketahui dengan melihat latar belakang terciptanya pemilihan kata tersebut, sehingga makna konotasi yang timbul juga berbeda tergantung dari latar belakang penuturnya.
Referensi :
Subet, M. F., & Daud, M. Z. (2018). Semantik dan makna konotasi dalam slanga pelacur.
Parera, J. D. (2004). Teori semantik . Erlangga.