Puasa pertaman tanpa kedua orang tua

Puasa pertamaku tanpa orang tuaku, bukan karena mereka jauh tapi karena aku belajar jauh dari rumah. Ini adalah pengalaman baru bagiku yang menuntutku untuk menemukan kekuatan dan iman dalam berpuasa.Sejak awal bulan Ramadhan, aku merasa sedikit canggung dengan rutinitas baruku. Saat kami berbuka puasa bersama, tidak ada suara ibu yang bangun untuk sahur, tidak ada bau masakan khas ibu di dapur, dan tidak ada hangatnya tatapan mata ayah. Semuanya membuatku merasa kesepian, tapi aku bertekad untuk tetap kuat.Setiap pagi sebelum fajar, aku bangun dengan langkah terarah menuju dapur kecil wisma. Meski mungkin tidak sebanyak saat bersama keluarga, saya pastikan sarapan saya bergizi dan cukup. Ini sekarang menjadi tanggung jawab saya dan saya harus belajar mandiri.Waktu di kampus menjadi lebih sulit selama masa Prapaskah. Jadwal perkuliahan yang padat dan tugas yang menumpuk membuat saya lebih berhati-hati dalam mengatur tenaga dan waktu. Namun, aku berusaha fokus dan tetap semangat menjalankan ibadah puasa.Saat rindu pada orang tua, aku berusaha mengalihkan perhatianku dengan mengingat nasehat mereka. Kata-kata ibu yang penuh kesabaran dan keteguhan hati selalu menguatkan hatiku, sedangkan nasehat ayahku yang penuh tekad dan keikhlasan membuatku yakin akan kemampuanku.Meski jauh dari rumah, aku tetap berusaha menjaga silaturahmi dengan keluarga. Setiap hari saya menghubungi mereka melalui telepon atau video call, berbagi cerita tentang universitas dan pengalaman puasa baru saya. Walaupun secara fisik mereka tidak bisa bersama, namun mereka selalu memberikan dukungan dan doa kepadaku.Saat aku berbuka puasa sendirian di kost, aku merasa sangat bersyukur atas nikmat yang Tuhan berikan kepadaku. Meski terpisah dari keluarga, namun saya tetap mempunyai kesempatan untuk menjalankan puasa dengan ikhlas dan syukur.Malam yang paling saya nantikan, tidak hanya untuk istirahat setelah beraktivitas seharian, tapi juga menjadi lebih dekat. Kepada Tuhan dalam ibadah. malam Selama beribadah, aku merasakan kedekatan yang mendalam dengan Sang Pencipta dan kehadiran orang tuaku yang selalu ada dalam doaku.Puasa pertamaku tanpa orang tua memang sulit, namun hal ini juga memberikanku pelajaran berharga tentang kemandirian dan tekad. . Dengan tekad dan iman yang kuat, saya mampu menjalani setiap hari Prapaskah dengan rasa syukur dan keberanian. Dan setiap langkah yang aku ambil, aku tahu kedua orang tuaku selalu bersamaku, meski dalam bentuk doa dan kenangan abadi…

1 Like