Pragmatik bagi Kehidupan Sehari-hari

Penulis : Shafa Amanda Rahmawati dan Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.

Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia harus berinteraksi dengan orang lain agar dapat bertahan hidup. Dalam interaksi dengan yang lain, manusia memerlukan suatu alat yaitu bahasa yang digunakan untuk menjalin komunikasi dengan baik dan benar. Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan pesan atau informasi. Bahasa adalah aspek yang penting dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa dalam berkomunikasi memerlukan dua sarana penting, yakni sarana linguistik dan sarana pragmatik. Sarana linguistik berkaitan dengan ketepatan bentuk dan struktur bahasa, sedangkan sarana pragmatik berkaitan dengan kecocokan bentuk dan struktur dengan konteks penggunaannya.

Menurut Levinson (1983, p. 21) “pragmatics is the study of the relations between language and context that are basic to an account of language understanding”. Pragmatik adalah kajian tentang hubungan antara bahasa dan konteks yang menjadi dasar pertimbangan untuk memahami bahasa. Pragmatik mengkaji maksud penutur dalam tuturan yang digunakan, bukan mengkaji makna tuturan atau kalimat (Saifudin, 2005). Mengkaji makna tuturan atau kalimat dibutuhkan pengetahuan akan tata bahasa, sementara dalam mengkaji maksud penutur dibutuhkan pemahaman bersama yang didasarkan atas pengetahuan atau pengalaman yang telah sama - sama diketahui yang melatari penuturan. Fungsi pragmatik meliputi penggunaan bahasa yang naratif dan penggunaan bahasa yang aktif. Fungsi pragmatik lebih menekankan pada fungsi bahasa untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Seorang penutur harus dapat memilih dan menggunakan bahasa dengan tepat agar maksud sebuah tuturan dapat dipahami oleh mitra tutur.

Contoh implementasi pragmatik dalam kehidupan sehari-hari yaitu “Bu, saya izin buang air kecil ke belakang”. Frasa buang air kecil secara denotatif mempunyai makna membuang air dalam jumlah yang kecil. Namun, frasa tersebut dalam pragmatik memiliki makna kencing. Hal tersebut didasari karena frasa buang air kecil jauh lebih halus dan santun diucapkan seseorang dibanding menyebut kata kencing secara langsung. Pada frasa belakang, secara denotatif kata tersebut mempunyai makna lawan kata depan. Namun, kata tersebut dalam pragmatik memiliki makna toilet atau jamban. Hal tersebut juga didasari oleh kesantunan dan kehalusan, sehingga kata belakang dipakai untuk memaknai kata toilet atau jamban. Selain itu kita menjadi mengerti cara penyampaian pesan dengan tepat, contohnya menggunakan bahasa yang sesuai untuk situasi tertentu, seperti bahasa formal di tempat kerja atau bahasa informal di antara teman-teman, untuk memastikan pesan disampaikan dengan tepat.

Kemudian pentingnya belajar pragmatik untuk kehidupan sehari hari yaitu dapat memilih kosakata dengan tepat, contohnya pemilihan kata atau ungkapan yang sesuai dengan audience dan situasi. Misalnya, menggunakan bahasa yang sederhana saat berbicara dengan anak-anak atau menggunakan istilah teknis di lingkungan kerja yang memerlukan keahlian khusus. Serta dapat menghindaran kita dari kesalahpahaman, seperti contoh menghindari kesalahpahaman dengan memberikan klarifikasi atau meminta klarifikasi saat merasa pesan yang disampaikan belum jelas.
Pemahaman dan penerapan aspek pragmatik dalam kehidupan sehari-hari sangat penting untuk mencapai komunikasi yang efektif dan membangun hubungan sosial yang baik.

Referensi
Saifudin, A. (2018). Konteks dalam studi linguistik pragmatik. Lite: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Budaya, 14(2), 108-117.