Pohon ter-Tua Tak Selamanya ter-Kuat

Pada Selasa siang yang terik kala itu di tanggal 8 November 2017, setelah sepulang sekolah aku dan temanku memutuskan untuk mampir sebentar ke Alun-alun Banjarnegara sebelum akhirnya pulang menuju rumah masing-masing. Kami berjalan memutari alun-alun untuk menemukan es degan langganan yang dapat menyegarkan tenggorokan. Ternyata di alun-alun sedang ada pertandingan voli antar sekolah pada tingkatan kabupaten jenjang SMA/SMK. Jihan temanku, dia adalah anak yang menyukai permainan bola voli dia memohon padaku untuk tidak lekas pulang dan menonton pertandingan tersebut sebentar. Tak tega dengan rengekan Jihan, aku mengiyakan permohonannya.

Sudah setengah jam berlalu, tapi Jihan masih belum terlihat ingin pulang ia masih sangat bergairah menonton pertandingan tersebut. Tentu saja bagiku menonton pertandingan voli kala itu sangat membosankan. Tanpa aku sadari, awan yang semula cerah membiru kini terlihat kelabu. Sepertinya tidak lama lagi hujan akan turun.

“Jihan, aku ingin pulang. Lihatlah langit sudah mendung.” pintaku pada Jihan.

“ Farida lihatlah poin kedua tim voli itu! terlihat seimbang bukan? Pertandingannya sangat seru, aku tidak bisa meninggalkan alun-alun sebelum aku tau siapa yang memenangkan pertandingan voli ini.” celoteh Jihan.

Jihan memiliki sifat yang sangat keras kepala. Menyebalkan. Jika saja dia bukan temanku sudah aku tinggal dari setengah jam yang lalu.

“Kamu aku kasih waktu kesempatan 15 menit ya untuk menonton pertandingan ini. Jika kamu masih ingin menonton melebihi waktu 15 menit yang aku tentukan, maka aku akan pulang sendiri. Kamu akan aku tinggal." tegasku.

Satu-satunya cara mengalahkan ego Jihan adalah dengan mengancamnya. Kali ini ego Jihan kalah bahkan dia langsung meminta pulang setelah aku melontarkan kalimat tesebut. Tanpa berlama-lama kami pun berputar balik dan melangkah menjauhi kerumunan penonton pertandingan bola voli.

Benar saja hujan turun tak lama setelah kami menjauhi kerumunan penonton pertandingan bola voli tersebut. Aku dan Jihan memutuskan untuk berlindung di pohon sekitar pinggiran alun-alun.

“Maafkan aku Far, aku menyesal tidak langsung pulang setelah membeli es degan malah menonton pertandingan voli terlebih dahulu. Jadi kehujanan gini kan.” ucap Jihan.

Pertemanan kami memang selalu seperti itu, akan banyak kesalahpahaman yang terjadi, tapi kami selalu membuka hati untuk saling mengakui kesalahan dan memaafkan. Mungkin itu adalah jawaban mengapa pertemanan kami masih hangat selama lebih dari 5 tahun.Tampak semua orang di alun-alun berteduh mencari tempat persembunyian dari hujan, pertandingan voli tadi yang belum usai langsung diberhentikan oleh panitia. Siang itu semakin dingin hingga serasa menusuk tulang-tulang kami dikarenakan hujan turun semakin deras disertai angin. Tampak seorang wanita berusia sekitar 50 tahun terlihat dari wajahnya yang menunjukkan keriputan dan rambutnya yang mulai beruban datang menghampiri aku dan Jihan. Beliau mengajak aku dan temanku untuk berlindung di Joglo yang lebih aman dijadikan bahan berteduh. Kami tanpa berpikir lama menuju Joglo dan meninggalkan pohon beringin pinggir alun-alun.

Cuaca, kondisi, suasana tampak semakin mencekam. Hujan yang tadinya deras semakin lebat dan lebih lebat lagi. Kali ini angin menjadi tokoh utama. Angin mulai menerbangkan barang-barang yang dilaluinya seperti ranting pohon, sampah, bahkan bagian gerobak pedagang kaki lima yang berada di sekitar alun-alun. Aku dan Jihan saling berpegangan tangan sambil menangis atas apa yang terjadi siang itu. Jihan mengingatkanku untuk tidak berteriak histeris dan beralih melantunkan dzikir . Aku dan Jihan tak berhenti melantunkan dzikir dan meminta pertolongan. Kami berpasrah.

Hembusan angin semakin kuat dan tak terkendali. Tampak pohon beringin yang berusia ratusan tahun yang berada di tengah alun-alun sudah tidak kuat mempertahankan poros berdirinya. Pohon beringin perlahan tumbang. Semua orang berteriak histeris karena terdapat beberapa orang yang berteduh di pohon itu. Kami semua tidak berani mendekat karena angin masih berhembus kencang. Beberapa orang menelpon kepolisian dan damkar untuk melaporkan kejadian siang kala itu.
Seiring berjalan waktu, hujan mulai mereda dan angin yang berhembus sudah terkendali . Sirine mobil ambulance mulai terdengar riuh. Pihak kepolisian, damkar, BPBD terlihat saling bekerjasama untuk mengevakuasi area pohon beringin. Alat berat juga terlihat dikerahkan untuk membantu proses evakuasi. Dilaporkan bahwa kejadian ini memakan korban. Sejumlah 1 orang tewas di tempat dan 5 lainnya luka-luka.

Dari kejauhan terlihat seseorang yang sangat akrab, benar saja itu ayahku dia terlihat panik mendengar kabar bahwa aku belum pulang siang tadi. Aku langsung memeluk ayahku dan menangis. Aku bersyukur aku masih sehat hingga saat ini. Begitupun Jihan, dia juga dijemput ayahnya, dan kami kembali ke rumah masing-masing dengan membawa satu pelajaran hidup yang penting. Jangan berteduh dan menjauhlah dari pohon saat hujan turun.

By : Farida Ulfa Salamah

1 Like