'Pletokan', Senapan Bambu

image

Oleh: Cintya I. KP20

Saat duduk di bangku Sekolah Dasar, banyak permainan tradisional yang kumainkan
bersama teman-teman sepulang sekolah. Salah satunya sodokan atau yang biasa disebut
dengan pletokan. Pletokan merupakan permainan tradisional yang dibuat dari bambu.

Senjata mainan ini terdiri dari dua bagian bambu, berupa bambu kecil berlubang dan bilah bambu untuk menyodokkan peluru atau umpan. Panjang bambu kurang lebih 25-30 cm. Semakin panjang bambu, maka semakin berat gaya gesek yang dikeluarkan, semakin kuat dan jauh pula lecutan umpannya.

Biasanya, umpan atau peluru yang digunakan berasal dari biji dan bunga jambu air. Hal ini dikarenakan banyaknya biji dan bunga jambu air yang rontok bertebaran di tanah. Ada juga yang membuat umpan dari kertas yang sudah tidak terpakai dengan cara membasahinya hingga lunak terlebih dahulu.

Saat bermain pletokan, seakan-akan kita berada di film action yang membela diri
dari musuh. Permainan unik ini bisa dimainkan oleh anak laki-laki maupun perempuan. Agar
lebih seru, permainan biasanya dibuat beregu. Anak perempuan lebih dilindungi
keberadaannya oleh anak laki-laki. Atribut juga diperlukan saat bermain pletokan, ada yang
memakai helm dan tameng tiruan dari kardus, mahkota dari daun nangka, dan lain-lain.

Sebuah permainan tidak seru jika tidak diterapkan peraturan di dalamnya. Dalam
bermain pletokan, ada bagian tubuh yang dilarang untuk ditembak, seperti bahu ke atas dan
pinggul ke bawah. Lokasi untuk bersembunyi dan berlari dari musuh juga ada batas-batas
tertentu, supaya tidak kesulitan dalam mencari musuh masing-masing. Pemain yang handal
dan cerdik memiliki teknik tersendiri dalam mengatur strategi, seperti memiliki alat tembakan
lebih dari satu, cadangan umpan banyak, dan sebagainya.

Pemenang permainan diserahkan kepada tim yang masih tersisa anggotanya. Selesai
bermain, biasanya ada hukuman untuk tim yang kalah, misalnya menggendong tim yang
menang. Seru sekali rasanya jika menjadi tim yang menang karena merasa hebat telah
mengalahkan lawan. Anissanur (ed.).