Pilihan kedua, ikhlas nggak ya?

Halo ! Selamat pagi, siang, sore, dan malam pembaca semua !. Dimanapun dan kapanpun kalian membaca ini, aku berharap keadaan baik berpihak kepada kalian semua.

Tidak terasa jiwa ini sudah menyandang gelar mahasiswa ya, hahahaha. Eits, tapi siapa sih aku ?. Untuk pertama kalinya, beri kenal dan sapa hangat dari aku Adimas Priya Utama, yang dewasa ini aku membiasakan kepada lingkunganku untuk memanggilku Adim. Aku diberi anugerah oleh Allah SWT, untuk dilahirkan disalah satu kabupaten di Jawa Tengah yaitu Kabupaten Sukoharjo, tepatnya pada hari Kamis tanggal 30 bulan Oktober tahun 2003. Sedari lahir telah bertumbuh ditempat ini.

Berbicara soal jiwa yang sudah menjadi mahasiswa ini, tidak mungkin gelar itu didapatkan tanpa lika - liku cerita perjalanan. Cerita ini aku mulai sejak duduk dibangku SMP, tepatnya saat aku memasuki fase kelas akhir. Sejak saat itu, aku merasa memiliki pemikiran yang jauh kedepan. Ya, diusia labilku itu, aku sudah bisa menata kemana aku melangkah. Dan yang paling utama, menempuh pendidikan ditempat terbaik adalah salah satu targetku. Karena saat itu, aku bisa dibilang berada disebuah lingkungan sekolah menengah pertama yang orang bilang tidak difavoritkan. Namun kayu sudah menjadi arang, apapun yang terjadi aku harus menikmati setiap proses dan berkembang ditempat tersebut. Singkat cerita, selama aku berproses di sekolah tersebut aku bisa melawan egoku dan menjadi “sosok” di sekolah tersebut. Jiwaku semakin terpacu saat aku akan menempuh ujian akhir menuju langkah selanjutnya masuk kejenjang SMA. Sejak saat itu aku telah menargetkan akan masuk ke SMA favorit didaerahku, dan aku telah menyusun rencama untuk masuk peminatan IPS.

Singkat cerita aku sudah berhasil masuk ke SMA impianku itu. Aku merasa bangga dan pantas berada di sekolah itu. SMA awal, aku masih belum paham konsep menuju PTN, walaupun sejak SMP aku sudah merencanakan akan masuk jurusan apa. Kelas XI aku mulai mengikuti bimbel, dan aku aktif melihat rekam jejak alumni sekolahku. Dari situlah aku mendapat pencerahan tentang bagaimana masuk PTN, seperti apa perjuangan mendapat PTN, hingga tahu jajaran PTN terbaik di Indonesia. Dan sejak itu pula aku mampu menggali potensi dan minatku. Aku berusaha menerjemahkan diri, mau dibawa melangkah kemana nanti.

Aku mulai tahu apa yang senang kupelajari hingga kelemahan apa yang kumiliki. Sejak saat itu aku mulai mencari tahu, jurusan apa yang sekiranya bisa mengasah ketertarikan yang kumiliki. Aku tertarik dengan kata “kebijakan”, sesuatu yang terlihat sederhana namun memengaruhi banyak hal. Bahkan tidak jarang membuat sebuah kehidupan yang aman tentram mendadak menjadi menyeramkan. Namun aku juga sempat dibuat bimbang dengan kata “komunikasi”. Aku bercermin melihat kemampuan nyata didalam diriku dalam hal berkomunikasi. Fakta bahwa aku suka berbicara, dan satu fakta lagi bahwa aku suka dengan sebuah “acara”. Hal itu yang membuat aku memiliki dua pertimbangan besar didalam menentukan jurusan apa yang akan mampu menopang kemauan, kemampuan bahkan masa depanku.

Secara garis besar, dapat disimpulkan aku memiliki dua pilihan besar, ingin mengambil jurusan sesuai ketertarikanku atau sesuai kemampuanku. Yaitu ketertarikanku di kebijakan, pemerintahan, dan politik dengan komunikasi, kreatif, dan media. Setelah mempertimbangkan, aku akhirnya memilih untuk belajar menurut ketertarikanku yaitu dibidang kebijakan, pemerintahan, dan politik. Namun tidak selesai disitu saja, aku Kembali dibuat bimbang dengan berbagai jurusan yang mengandung hal hal tersebut. Namun akhirnya aku memilih satu program studi yang bisa menampung semua hal itu yaitu kebijakan, pemerintahan, dan politik. Setelah itu, aku kembali menyinkronkan dengan PTN yang aku impikan. Jauh sebelum memilih jurusan yang kumau, aku sudah menemukan PTN yang aku impikan, yaitu salah satu PTN di Jogja. Disanapun aku menemukan jurusan yang sampai saat ini menjadi dasar semangatku belajar yaitu Manajemen Kebijakan Publik. Terlihat dari namanya sangat sinkron dengan apa yang aku minati. Akhirnya aku menjadikan jurusan itu menjadi jurusan pertama pilihanku di SBMPTN, karena aku tidak masuk jajaran siswa yang mendapat kuota seleksi SNMPTN. Program studi dan PTN itulah yang menjadi dasar utama semangatku belajar di SBMPTN. Namun saat tiba memilih pilihan kedua di SBMPTN, aku sempat diberi ragu kembali, apakah aku akan tetap memilih PTN impianku namun dengan pilihan program studi yang berbeda, atau aku memilih PTN lain dengan jurusan yang serupa. Saat itulah titik terberatku memilih, antara memperjuangkan mimpiku masuk ke PTN impianku, atau aku memperjuangkan program studi yang menopang minatku namun harus rela melepas PTN impian. Sekian panjang atas kebimbangan akupun memilih untuk meneruskan memperjuangkan program studi sesuai minatku, dengan mengesampingkan egoku dan merelakan tidak memilih PTN impianku di pilihan kedua. Rasanya berat, bahkan tidak ikhlas, dan hal itu ditambah berat saat aku diterima dipilihan kedua. Aku menangis karena bahagia bisa masuk PTN, namun aku juga punya kecewa karena tidak bisa meraih PTN impianku. Namun aku berusaha memahami ini semua, karena aku yakin dan aku selalu melibatkan Allah SWT dalam mengambil keputusanku. Aku yakin ini jalan yang memang aku dapat, yang mungkin tidak terbaik versi diriku namun terbaik dari Allah SWT.

Itulah cerita panjang yang aku rangkum selama aku berjuang untuk masa depanku ini. Amanah dari Allah SWT, karena atas izinnya aku bisa berkuliah di PTN salah satu terbaik di Indonesia. Dan untuk orang tua atas doa dan restunya yang selalu membersamai disetiap cerita perjalananku.

Sekian cerita dariku, sebagai awal pertamaku menuliskan ceritaku walaupun bukan versi terbaik dari segala pengalaman hidup setiap manusia. Terimakasih dan sampai jumpa.