Pesona Kesenian dan Kebudayaan Jawa di Keraton Kasunanan Surakarta

Indonesia memiliki banyak kekayaan budaya yang tersebar di seluruh penjuru nusantara. Salah satu yang terkenal adalah Keraton Kasunanan Surakarta yang berada di Jawa tengah tepatnya di kota Solo. Keraton ini didirikan pada tahun 1745 oleh Sunan Pakubuwono II dan hingga kini masih berdiri megah dan menjadi salah satu destinasi wisata di kota Solo. Salah satu bangunan bertingkat yang menarik di Keraton Kasunanan yaitu Menara Sanggabuwana, konon menjadi tempat bertemunya Ratu Laut Selatan dengan Raja. Menara ini didirikan oleh Sri Susuhan Pakubuwono III pada tahun 1782. Menara setinggi 30 meter ini berfungsi sebagai menara dan tempat memata-matai Belanda pada masa penjajahan.

Selain memiliki sejarah dan keunikan arsitektur yang menarik untuk diketahui, keraton Kasunanan Surakarta merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang kaya akan seni dan budayanya. Keraton ini memiliki banyak keunikan dan ciri khas dalam seni dan budayanya yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk berkunjung dan mempelajari lebih lanjut tentang keraton tersebut. Melalui artikel ini, kita akan mengetahui bagaimana keberagaman seni budaya Keraton Kasunanan Surakarta sebagai salah satu warisan budaya dan bagaimana cara menjaganya.

Seni dan budaya di Keraton Kasunanan Surakarta sangat terkait erat dengan filosofi dan ajaran Jawa. Seni dan budaya tersebut menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari di keraton. Beberapa jenis seni budaya yang terdapat di Keraton Kasunanan Surakarta antara lain tari, musik, seni lukis, seni ukir, dan seni patung.
Salah satu jenis seni yang sangat terkenal di Keraton Kasunanan Surakarta adalah tari bedhaya. Tari bedhaya adalah tarian keraton yang sangat sakral dan hanya ditampilkan dalam acara-acara tertentu, seperti upacara adat atau pernikahan kerajaan. Tari ini memiliki gerakan-gerakan yang lambat dan elegan, serta musik pengiring yang khas. Selain tari bedhaya ada pula seperti tari golek dan tari srimpi. Tari golek menampilkan boneka kayu atau golek sebagai tokoh utamanya, sedangkan tari Srimpi menampilkan gerakan-gerakan yang lemah lembut dan elegan.

Selain tari, musik juga merupakan seni yang sangat terkait erat dengan Keraton yaitu gamelan, gender, dan saron. Gamelan adalah salah satu jenis musik tradisional Jawa, gamelan yang dimainkan di keraton memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dengan gamelan dari daerah lain di Jawa. Selain itu terdapat juga seni lukis, ukir, dan patung. Menurut buku “Court Arts of Indonesia” karya Anne Richter dan Bruce Carpenter (1990), seni lukis, ukir, dan patung di keraton ini umumnya menggambarkan tokoh-tokoh legendaris dari cerita rakyat Jawa dan pemandangan alam yang indah. Di samping kesenian, batik juga menjadi salah satu kebudayaan Jawa yang masih dipertahankan di Keraton Kasunanan Surakarta. Menurut jurnal “Kajian strategi pengembangan kesenian dan kebudayaan di keraton kasunanan surakarta” yang ditulis oleh Yoyok Sukarto, batik digunakan sebagai busana adat para raja dan keluarganya.
Seni-seni tersebut dikerjakan oleh para seniman keraton yang memiliki keahlian khusus dan diwariskan dari generasi ke generasi. Dan tak lupa pula seni pertunjukan tradisional lainnya yang ada di Keraton Kasunanan Surakarta adalah wayang kulit. Pertunjukan wayang kulit disertai dengan cerita-cerita epik seperti Ramayana atau Mahabharata, wayang kulit biasanya ditampilkan di dalam sebuah bangunan khusus yang ada di solo yang noasa disebut dengan Balekambang.

Selain keunikan bangunan keraton dan seni budaya nya Keraton Kasunanan Surakarta juga menawarkan wisata warisan budaya seperti upacara adat, tarian sakral dan music diantaranya adalah yang terkenal yaitu sekaten dan malam Suro. Sekaten adalah upacara perayaan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad selama 7 hari dan pada hari terakhir ditutup dengan gunungan mulud. Satu bulan sebelumnya juga diselenggarakan pasar malam sekaten di area alun-alun utara keraton yang bahkan sampai sekarang masih terus ada. Berbeda dengan sekaten, malam 1 muharam (satu suro) adalah memperingati tahun baru menurut kalender Jawa, perayaan ini ditandai dengan kirab mubeng beteng dengan membawa pusaka keraton termasuk kerbau pusaka. Kerbau ini biasa disebut dengan kebo bule merupakan julukan yang ditujukan untuk hewan mamalia bertanduk yang memiliki warna kulit berbeda. Kebo bule yang akrab disapa masyarakat Solo dengan sebutan “Kyai Slamet” akan dimandikan dan dikirab sebagai cucuk lampah atau pengawal dari pusaka-pusaka Keraton.

Untuk menjaga kekayaan warisan budaya Indonesia seperti Keraton Kasunanan Surakarta, diperlukan peran aktif dari masyarakat, pemerintah, dan institusi pendidikan. Berbagai upaya dapat dilakukan, seperti melestarikan seni tradisional, mengadakan festival seni dan budaya, serta melakukan pengembangan wisata budaya. Selain itu, penting juga untuk melakukan pengawasan dan perbaikan bangunan-bangunan bersejarah, termasuk Keraton Kasunanan Surakarta. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan kondisi bangunan yang aman dan terawat dengan baik. Kemudian pendidikan tentang pentingnya menjaga dan melestarikan kekayaan budaya Indonesia juga perlu diberikan kepada masyarakat, khususnya generasi muda.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seni budaya di Keraton Kasunanan Surakarta sangatlah kaya dan memiliki nilai filosofis yang sangat tinggi. Seni dan budaya tersebut sangat erat kaitannya dengan tradisi dan ajaran Jawa yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Adanya upaya untuk mempertahankan dan melestarikan seni budaya di keraton ini menjadi penting agar kekayaan warisan budaya Indonesia ini tetap terjaga dan dapat diapresiasi oleh generasi muda dan dunia internasional.