Pertunjukan Kebo kinul

Kabupaten Sukoharjo memiliki budaya leluhur yang sangat khas bercirikan Sukoharjo, yakni Kebo Kinul. Tradisi yang erat berkaitan dengan masalah pertanian berwujud dolanan anak, tarian, dan tembang-tembang itu diyakini bermula dari mantra yang memiliki daya magis.
Pada era 1980-an Kebo Kinul dikenal sebagai dolanan anak berbentuk seperti drama. Ada yang memerankan kebo atau kerbau pembajak sawah, tikus atau walang sangit yang diumpamakan sebagai hama padi, dan sebagainya.

Pertunjukan Kebo Kinul mengisahkan tentang masyarakat Desa Genengsari Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo yang mengalami pagebluk (wabah penyakit yang menyerang manusia maupun tanaman), warga gagal memanen hasil pertanian karena rusak yang tidak diketahui apa penyebabnya. Setelah diteliti ternyata yang merusak adalah kebo kinul sendiri yang dipercaya sabagai penjaga tanaman yang dibantu oleh hama tanaman seperti: tikus, celeng, menthek, dll.
Warga desa tidak ada yang mampu menjinakkan kebo kinul yang sedang mengamuk tersebut, akhirnya meminta pertolongan kepada seorang Kyai bernama Kyai Pethuk. Kyai Pethuk meminta kepada Kebo Kinul untuk tidak merusak semua tanaman, namun kebo kinul terus membabi buta merusak tanaman warga, akhirnya peperangan sengit tidak terelakkan lagi. Namun kebo kinul mempunyai permintaan agar para warga memberikan sesaji mengadakan selamatan pada waktu memanen hasil pertaniannya. Setelah warga desa menyanggupi permintaan tersebut lenyaplah pagebluk yang melanda desa Genengsari. Kebo Kinul akhirnya menjadi sahabat petani dalam hal menjaga dan mengolah tanaman agar terhindar dari hama, dan hasil panenan dapat melimpah. Sebagai ungkapan rasa syukur karena telah terhindar dari pagebluk, warga desa mengadakan syukuran dengan sajian tari-tarian untuk menghibur warga masyarakat, sementara warga masyarakat juga ikut ambil bagian dalam tarian tersebut.