Pada suatu hari yang cerah, saya berdiri di depan gerbang besar pondok pesantren. Ini adalah pengalaman pertama saya berada di lingkungan seperti ini, jauh dari rumah dan jauh dari keluarga. Sebelumnya, saya hanya mendengar cerita dari teman-teman yang sudah lebih dulu merasakan kehidupan pondok. Mereka selalu mengatakan bahwa kehidupan pondok sangat berbeda dan penuh tantangan, tetapi juga memberi banyak pelajaran berharga.
Hari pertama di pondok ternyata tidak semudah yang saya bayangkan. Setelah berpamitan dengan keluarga, saya langsung diarahkan ke asrama untuk menaruh barang-barang. Asrama yang sederhana itu memiliki matras berwarna hitam dan loker untuk menyimpan barang pribadi. Saya berbagi kamar dengan 20 orang teman yang sama-sama baru masuk. Wajah-wajah mereka juga tampak canggung dan kikuk seperti saya. Namun, kami saling menyapa dan berkenalan.
Keesokan harinya, kami harus mengikuti jadwal ketat yang sudah disusun oleh pihak pondok. Pukul lima pagi, kami harus sudah bangun untuk shalat Subuh berjamaah di masjid. Setelah itu, kami mengikuti kegiatan mengaji lalu dilanjut dengan sekolah sampai dzuhur. Jadwal padat ini awalnya terasa berat, terutama bagi saya yang belum terbiasa. Ada banyak peraturan di pondok yang harus dipatuhi, mulai dari jam tidur, waktu makan, hingga larangan membawa alat elektronik. Terkadang, saya merindukan kenyamanan di rumah dan merasa ingin pulang. Namun, saya sadar bahwa inilah tantangan yang harus saya hadapi. Saya berfikir hari-hari berikutnya saya mulai terbiasa dengan rutinitas di pondok. Pagi hari diisi dengan kegiatan mengaji dan setoran hafalan bersama Gus Affan, lalu sekolah sampai dzuhur, lalu sholat dzuhur , sehabis sholat dzuhur kami memiliki waktu luang sampai waktu sholat ashar , biasanya kami isi waktu ini untuk tidur siang agar saat menggaji sore kami tidak mengantuk, dan saat adzan ashar berkumandang kami melakukan sholat berjamaah dan dilanjut mengaji sampai pukul 5 , pukul 5 sampai maghrib ada waktu luang yang bisa kami gunakan untuk bersantai atau berbincang dengan teman-teman. Saya mulai menemukan teman-teman yang memiliki minat yang sama, sehingga kami bisa saling mendukung dan berbagi cerita.
Salah satu kegiatan favorit saya adalah belajar usul fiqih, dimana kami diajarkan oleh ustaz yang sangat sabar dan memiliki cara mengajar yang menarik. Ustaz sering menyisipkan humor dalam penjelasannya sehingga kami tidak merasa bosan. Di sini, saya menyadari bahwa belajar agama tidak selalu harus serius ada banyak cara untuk menikmatinya.
Tak jarang, saya dan teman-teman mengalami pengalaman lucu dan unik selama di pondok. Misalnya, ada teman yang ketiduran saat sedang mengaji dan akhirnya mendapat hukuman untuk berdiri sampai waktu mengaji selesai. Atau, ada juga momen di mana kami bersama-sama membuat teh di asrama dan bercanda hingga larut malam, sampai akhirnya ditegur oleh pengurus asrama. Semua momen itu terasa menyenangkan dan memberi warna dalam kehidupan di pondok.Selain momen-momen lucu, ada pula saat-saat emosional yang mempererat persahabatan kami. Ketika salah satu teman saya sakit, kami semua bergantian menjaganya dan memastikan ia tetap merasa nyaman. Dari situ, saya belajar bahwa hidup di pondok tidak hanya tentang kemandirian, tetapi juga tentang kebersamaan dan saling peduli.
Pengalaman pertama kali masuk pondok ini benar-benar memberi kesan yang mendalam bagi saya. Awalnya, saya merasa takut dan cemas, tapi seiring berjalannya waktu, saya mulai menikmati setiap prosesnya. Seiring berjalannya waktu, saya mulai menikmati setiap proses kehidupan di pondok. Meski awalnya terasa berat, pengalaman ini mengajarkan saya banyak hal. Saya belajar tentang pentingnya disiplin, kemandirian, dan tanggung jawab. Rutinitas yang teratur membantu saya mengelola waktu dengan lebih baik.Selain itu, saya juga belajar menghargai hal-hal kecil, seperti waktu istirahat dan momen bersama teman-teman. Hal-hal yang dulu saya anggap sepele, seperti berbagi cerita atau menikmati secangkir teh bersama, kini terasa sangat berarti. Saya belajar tentang kemandirian, tanggung jawab, dan pentingnya memiliki disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, saya juga mendapat pelajaran berharga tentang arti persahabatan dan kebersamaan. Tinggal di pondok pesantren bukan hanya soal belajar agama, tapi juga tentang belajar tentang hidup bersama.