Persamaan Sekaligus Perbedaan Homonimi dan Polisemi

image

Eeemm… Pernahkah kamu menemui suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu atau dengan kata lain memiliki kegandaan makna? Masih ingat kata apakah itu? Coba deh diingat-ingat. :thinking:

Menyoal mengenai kegandaan makna, Chaer (2013) mendefinisikan kegandaan makna sebagai gejala yang terjadi dalam frasa atau kalimat akibat makna yang memiliki makna ganda, hal tersebut terjadi pada kalimat akibat adanya penafsiran dalam stuktur gramatikal atau struktur tata bahasa yang berbeda. Ullmann (2014) menambahkan bahwa kegandaan makna merupakan suatu kondisi yang timbul dalam berbagai cara.

Lebih lanjut, Ullmann (2014) mengklasifikasikan kegandaan makna dalam tiga bentuk, meliputi kegandaan makna fonetik, kegandaan makna gramatikal, dan kegandaan makna leksikal. Berkenaan dengan kedandaan makna leksikal, Ullmaan (2014) mengklasifikasikannya menjadi dua bentuk, yakni homonimi dan polisemi.

Berkiblat pada paparan sebelumnya, menurut kamu, bagaimana persamaan sekaligus perbedaan homonimi dan polisemi?

Referensi
Chaer, A. (2013). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ullmann, (S). 2011. Pengantar Semantik . Cetakan ketiga. Diadaptasi oleh Sumarsono. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pengertian homonim

  • Homonim merupakan kata-kata yang memiliki bentuk atau bunyinya sama namun memiliki makna yang berbeda (Sudaryat, 2009: 42).
  • Ullman (2014: 201) menjelaskan tentang dua buah kata atau lebih yang memiliki bunyi identik mirip disebut homonimi.
    Contoh homonim : salam sebagai daun dan salam sebagai sapaan
  • Inta membeli daun salam untuk memasak sayur
  • Nisa menitip salam kepada Pak Syahroni

Pengertian polisemi

  • Polisemi merupakan kata-kata yang didalamnya mengandung makna lebih dari satu, namun maknanya masih memiliki keterkaitan hubungan dengan makna dasarnya disebut juga kata beraneka (Sudaryat, 2009: 43).
  • Polisemi menurut Chaer (2013: 101) merupakan perangkat bahasa pada kata juga frase dan memiliki makna ganda, memiliki lebih dari satu makna.
    Contoh polisemi : Daun (bagian tanaman) – Daun (bagian terluar dari telinga)
  • Daun – daun mulai berguguran dari batangnya
  • Kemarin, daun telinga Adi mengeluarkan banyak darah

Persamaan homonim dan polisemi = sama-sama memiliki makna ganda
Perbedaan homonim dan polisemi :

  • Homonim = meskipun memiliki bunyi dan bentuk sama, namun memiliki perbedaan makna karena sumbernya juga berlainan (asal katanya berbeda)
  • Polisemi = kata yang memiliki beragam makna karena berdasarkan konsep yang mengikuti

Daftar Pustaka
Chaer, A. (2013). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ullman, S. (2014). Pengantar Semantik. terj. Sumarsono. Yogyakarta: PustakaPelajar
Sudaryat, Yayat. (2009). Makna dalam Wacana (Prinsip-prinsip Semantik dan Pragmatik). Bandung: Yrama Widya.

1 Like

Definisi Homonimi
Menurut Kridalaksana (2008), kata yang berhomonimi dengan kata lain ada yang homograf dan homofon. Alwasilah (1986) mendefinisikan homonimi sebagai kata-kata yang diucapkan sama. Homonimi sendiri berasal dari bahas Yunani, yaitu dari kata anoma yang artinya nama, dan homo yang artinya sama. Ullman (2014) mendefinisikan homonimi sebagai dua kata atau lebih yang memiliki bunyi identik atau mirip-mirip. Chaer (1995) menyataakan bahwa terdapat tiga jenis homonimi, yaitu: 1) homonimi yang homofon; 2) homonimi yang homograf; dan 3) homonimi yang homofon dan homograf. Dari berbagai pendapat tersebut, homonimi adalah dua kata atau lebih yang mengandung homograf (keidentikan tulisan), homofon (keidentikan bunyi), atau keduanya.

Definisi Polisemi
Polisemi merupakan kata-kata yang didalamnya mengandung makna lebih dari satu, namun maknanya masih memiliki keterkaitan hubungan dengan makna dasarnya disebut juga kata beraneka (Sudaryat, 2009: 43). Polisemi merupakan relasi antar makna kata yang sering ditemui dalam kalimat atau konteks yang berbeda-beda. Contoh polisemi dapat ditemui pada kata “mata” yang digunakna pada “mata pencaharian”, “mata rantai”, “mata elang”, yang mana makna dari kata “mata” dalam tiga frasa tersebut berbeda-beda. Pola polisemi ini menunjukkan bahwa sebuah kata bisa mempunyai dua relasi makna atau lebih yang tidak dapat berdiri sendiri dan harus diikutkan atau mengikuti kata lain (Mantasiah, 2020). Dari paparan tersebut, polisemi dapat didefinisikan sebagai relasi makna yang terbentuk dari sebuah kata dalam penggunaanya dengan kata lain yang membentuk konsep yang berbebeda-beda.

Perbedaan dan Persamaan
Persamaan dari homonimi dan polisemi adalah keduanya sama-sama merupakan fenomena kegandaan makna dalam penggunaan bahasa.
Perbedaan dari homonimi dan polisemi adalah kegandaan makna yang ditemui pada homonimi dipengaruhi perbedaan bentuk bahasa pada tataran fonemik, sedangkan pada polisemi, kegandaan makna timbul karena penggunaan suatu kata atau morfem yang dipasangkan dengan kata lain sehingga terbentuk konsep berbeda dengan kata asli atau morfem awalnya.

Referensi:
Alwasilah, C., 1986. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa.
Chaer, 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kridalaksana, H., 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.
Mantasiah, R. (2020). Linguistik Mikro (Kajian Internal Bahasa Dan Penerapannya). Deepublish.
Ullman, S. (2014). Pengantar Semantik. terj. Sumarsono. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudaryat, Yayat. (2009). Makna dalam Wacana (Prinsip-prinsip Semantik dan Pragmatik). Bandung: Yrama Widya.

1 Like

Chaer (2013) dalam bukunya pengantar semantik bahasa Indonesia menyatakan bahwa homonimi berasal dari bahasa Yunani onoma yang artinya nama, dan hono yang berarti sama. Homonimi dapat dimaknai sebagai kata yang untuk benda atau hal lain yang berbeda. Selanjutnya Chaer (2014) dalam buku berbeda kembali menegaskan homonimi adalah dua kata atau ujaran yang memiliki bentuk kebetulan sama, namun dipastikan memiliki makna yang berbeda. Karena kedua kata tersebut tentu saja memiliki bentuk ujaran yang berbeda.

Polisemi adalah sebuah kata atau satuan ujaran yang mempunyai makna sebih dari satu. Biasanya makna pertama akan menjadi makna sebenarnya, makna denotasi atau makna konseptualnya. Sedangkan makna yang lain merupakan makna yang dikembangkan berdasarkan dalah satu komponen makna yang dimiliki kata tersebut. Misalnya kepala yang makna dapat saja berdasarkan contoh berikut: (1) kepalanya luka terkena pecahan kaca, (2) kepala kantor itu adalah paman saya, (3) kepala surat biasanya memuat alamat (4) kepala jarum terbuat dari plastik, dan (5) yang duduk di kepala meja itu tentu orang penting (Chaer, 2014:302).

Dari dua pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara homonimi dan polisemi terletak pada kata dan bunyi. Homonim merupakan kata yang sama lafal, penyebutan atau ejaannya, berbeda berbeda maknanya karena berasal dari sumber yang berlainan, namun polisemi berasal dari kata atau frasa yang sama, namun bisa berbeda konsep maknanya. Sedangkan persamaan keduanya terletak pada kegandaan makna yang diakibatkan dalam penggunaan bahasa. Hal ini diperkuat oleh Ullman (2014:201) yang menyatakan bahwa sebuah kata dapat saja memuat makna yang berbeda yang disebut polisemi, dan dua buah kata atau lebih mungkin saja memiliki bunyi yang identik yang disebut homonimi.

Daftar Pustaka:
Chaer, (A). (2014). Linguistik Umum . Jakarta : Rineka Cipta.

Chaer, (A). (2013). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Ullmann, (S). 2014. Pengantar Semantik . Cetakan ketiga. Diadaptasi oleh Sumarsono. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

1 Like

Homonim sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata anoma yang berarti nama dam homo yang berarti sama. Homonimi adalah dua buah kata atau lebih yang mengandung homograf, homofon, atau keduannya. Menurut Ullman (2014) mengungkapkan bahwa homonimi sebagai dua buah kata atau lebih yang memiliki bunyi identic atau mirip-mirip. Adapun Chaer (2013: 95) menegaskan bahwa homonimi adalah dua kata atau ujaran yang memiliki bentuk kebetulan sama, namun dipastikan memiliki makna yang berbeda. Sedangkan polisemi sendiri ialah kata-kata yang didalamnnya mengandung makna lebih dari satu, namun maknanya masih memiliki keterkaitan hubungan dengan makna dasrnya disebut juga dengan kata beraneka. (Sudaryat, 2009:3). Selain itu menurut Chaer (2013: 101) mengungkapkan bahwa polisemi perangkat bahasa pada kata juga frase dan memiliki makna ganda, memiliki lebih dari satu makna. Jadi, dari paparan tersebut menjelaskan bahwa polisemi dapat didefinisikan sebagai relasi makna yang terbentuk dari sebuah kata dalam penggunaannya dengan kata lain yang membentuk konsep berbeda-beda.

Berdaskan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dari Homonimi dan Polisemi yaitu memiliki kesamaan dua kata atau lebih yang bentuk gramatikalnya identik. Adapaun perbedaannya adalah polisemi memiliki keterkaitan dengan makna, sedangkan homonim tidak. Homonimi dipengaruhi perbedaan bentuk bahasa pada tataran fonemik, sedangkan polisemi kegandaan makna timbul karena penggunaan suatu kata morfem yang dipasangkan dengan kata lain.

Daftar Pustaka

Chaer, A. (2013). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sudaryat, Yayat. (2009). Makna dalam Wacana (Prinsip-prinsip Semantik dan Pragmatik). Bandung: Yrama Widya.

Ullman, S. (2014). Pengantar Semantik terj. Sumarsono. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

1 Like