Perkembangan Suporter Sepak Bola Di Indonesia dari Masa ke Masa

Pasti kalian semua tahu atau tidak asing tentang sepak bola kan ? Sepak bola merupakan sebuah bentuk permainan atau olahraga yang sangat digemari oleh banyak kalangan masyarakat Indonesia. Nah sepak bola menjadi hiburan dan primadona sejak lama meskipun prestasi sepak bola Indonesia tidak terlalu baik, masyarakat Indonesia sangat mencintainya. Dari berbagai kalangan usia mulai dari anak- anak sampai orang dewasa masyarakat Indonesia sangat mencintai sepakbola ini. Dan sepak bola juga dapat membentuk sebuah integrasi dari suatu masyarakat untuk mendukung tim kebangganya berlaga.

Nah Seiring dengan perkembangnya zaman suporter sepak bola Indonesia mengalami banyak perkembangan. Perkembangan ini terjadi hampir di semua aspek. Kedatangan suporter ke stadion untuk mendukung tim kebangganya tentunya sangat diharapkan oleh para pemain. Selain juga dapat membakar semangat para pemain tetapi suporter juga ikut andil dalam membantu financial sebuah klub. Selain dari sponsor, klub juga dapat pemasukan dari penjualan tiket maupun merchandise yang dibeli oleh suporter.

Pada awalnya sepak bola hanya disaksikan penonton atau penggemar sepak bola dengan cara hanya dengan duduk sambil menyaksikan pertandingan sepak bola saja. Nah sekarang seiring dengan berjalanya waktu muncullah pemikiran dari sekelompok orang untuk memberikan dukungan kepada tim yang disukai dengan cara memberi dukungan lebih. Misalnya dengan nyanyian - nyanyian atau yel – yel, gerakan tertentu serta support moril terhadap klub kebanggaanya. Nah dari saat itu dunia suporter memiliki banyak bentuk kreativitas yang diciptakan suporter dengan hasil pemikiran sendiri maupun yang diadobsi dari budaya luar.

Pada masa sekarang banyak muncul berbagai nama suporter di Indonesia seperti Bonek, The Jak, Bobotoh yang merupakan kelompok suporter yang sangat banyak dan dari klub besar. Sudah sangat banyak suporter-suporter di Indonesia yang terbentuk bahkan hampir setiap daerah di Indonesia. Mereka mempunyai ciri khas dan caranya tersendiri untuk mendukung timnya masing-masing. Belakangan ini muncul berbagai suporter yang memberikan cara baru atau budaya – budaya yang diadobsi dari luar untuk mendukung tim kebanggaanya.

Suporter Indonesia yang mengadobsi budaya dari luar negeri memiliki dua culture yaitu culture Ultras dan culture Hooligans. Ultras merupakan kelompok suporter yang berasal dari Italia mereka dikenal dengan suporter yang fanatik dan ekstream dalam mendukung tim kebanggaanya. Tak hanya itu ultras juga memiliki ciri khas saat mendukung timnya, mereka menggunakan pakaian serba hitam dan memakai scraf, sepanjang pertandingan berlangsung, para pemain yang bertanding akan dibuat berisik oleh nyanyian dari para ultras sambil mengibarkan bendera.

Nah seiring dengan berjalanya waktu perkembangan ultras semakin lama semakin pesat mereka sudah tersebar diberbagai negara eropa bahkan sudah sampai asia. Hal ini tak mengherankan karena mereka memiliki jumlah yang sangat militan dan cara mereka untuk mendukung tim kebnggaanya juga sangat kreatif. Di Indonesia juga terdapat kelompok suporter yang mengadobsi dari ultras tersebut yang sudah sangat terkenal yaitu Brigata Curva Sud atau biasa disebut BCS, yang merupakan pendukung klub sepak bola PSS Sleman. Mereka sangat terkenal dengan kreativitas dalam mendukung tim kebangganya berlaga seperti dengan koreografi, chants dan juga aksi – aksi yang dilakukannya. Hal tersebut menjadikan merekan dinobatkan sebagai Ultras terbaik se- Asia versi Copa90 dan BCS juga memiliki julukan “fans yang memiliki fans” karena begitu kreativnya mereka dalam membuat koreografi sehingga dapat memukau orang yang melihatnya dan chants atau nyanyian yang dinyanyikan selama pertandingan juga sangat enak didengar sehingga banyak orang yang sangat menyukainya.

Culture yang kedua yaitu Hooligans berbeda dengan ultras, hooligans identik dengan suporter sepakbola dari Inggris. Mereka sering dikenal sebagai suporter garis keras sepak bola yang sering membuat onar dan menyebabkan kerusuhan pada pertandingan sepak bola. Nah seiring dengan berjalanya waktu budaya ini semakin ditiru oleh supoter sepak bola Indonesia mereka meniru tindakan yang merekan temui atu lihat di internat maupun di televisi kemudian mereka menerapkanya dengan cara memberikan dukungan kepada klub kebangganya. Hal ini mengakibatkan sering terjadinya kerusuhan saat pertandingan sepak bola di Indonesia berlangsung bahkan sampai memakan korban jiwa.

Budaya hooligans di Inggris kini sudah tidak begitu anarkis lagi mereka mulai menaati peraturan yang ada, berbeda dengan di Indonesia perlu adanya kontribusi dari aparat keamanan yang bertugas untuk menjaga kondisi tetap aman dan kondusif. Namun, pada waktu belakangan ini imbas dari tragedi Kanjuruhan di Malang banyak suporter sepak bola di Indonesia melakukan aksi perdamaian agar tidak terjadinya korban jiwa lagi kemudian hari karena nyawa lebih berharga dibandingkan nyawa. Meskipun dalam tragedi kerusuhan tersebut tidak sepenuhnya salah supoter.

Kemudian yang terjadi pada belakangan ini terdapat sebuah perkembangan dari dunia suporter itu sendiri yaitu tentang outfit atau pakaian. Suporter sepak bol Indonesia banyak meniru gaya berpakaian suporter luar seperti gaya pakaian casuals. Bahkan sekarang banyak yang mencari brand pakaian yang banyak digunakan oleh suporter luar negeri yang dipakai saat menonton pertandingan. Di luar negeri banyak yang berpakaian casuals dari kelompok suporter di Inggris yaitu hooligans, mereka memakai pakaian – pakaian mahal bermerek seperti stone island, CP Company dan lainnya, pada awalnya bertujuan untuk menghindari perhatian polisi. Mereka tidak memakai nuansa pakaian yang memliki logo klub kebanggaan, sehingga lebih mudah untuk menyusup kekelompok musuh dan untuk masuk ke tribun stadion.

Sekarang banyak suporter Indonesia yang mengadobsi budaya dari luar, tetapi semoga hanya mengadobsi cara mendukung tim kesayanganya. Tidak dengan sisi negatifnya agar terciptanya perdamaian diantara suporter Indonesia. Sejatinya, sepakbola merupakan hiburan, bukan ajang permusuhan.