SUCI RADHITA KRISTIEN HUTAMI
Rabu 20 Desember 2023 I 00.01
Pak Ari Ramdani sebagai seorang guru honorer mengungkapkan bahwa penghasilannya masih belum mencukupi kebutuhan sehari-hari. Untuk mengatasi hal tersebut, ia berinisiatif menjadi guru les di rumahnya dan membuka bimbingan belajar bagi siswa yang ingin belajar di tempatnya. Upaya keras ini menjadi gambaran nyata akan tantangan keuangan yang dihadapi oleh banyak guru honorer.
Pak Ari Ramdani sudah menjadi guru honorer selama dua tahun sejak mendaftar pada November 2021. Keputusan untuk menjadi seorang guru honorer sendiri dipengaruhi oleh pengalaman masa SMA dan dorongan dari orang tua. Setelah lulus kuliah dengan jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Pak Ari Ramdani dipercayakan untuk mengajar di sekolah di dekat rumahnya.
Tidak hanya sebagai guru honorer, Pak Ari Ramdani juga menjalankan pekerjaan tambahan sebagai guru les di rumah. Ini mencerminkan semangat dan kegigihan dalam mencari sumber penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta dengan membuka les di rumah para peserta didik bisa mendapatkan ilmu tambahan yang dapat lebih mudah diserap ketika belajar secara privat. Setiap peserta didik memiliki karakteristiknya masing-masing oleh karena itu Pak Ari Ramdani juga berusaha mewadahi mereka yang merasa masih kurang dalam belajar di sekolah.
Pak Ari Ramdani menjabarkan bahwa beban kerja guru honorer dianggap setara dengan guru ASN. Pak Ari Ramdani menekankan perbedaan utama terletak pada besaran gaji. Meski dengan tugas mengajar, menggunakan perangkat ajar yang lengkap, dan berpartisipasi dalam kelompok kerja guru di wilayahnya, guru honorer masih mendapatkan kompensasi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan rekan mereka yang menjadi PNS.
Dalam harapannya kepada pemerintah, Pak Ari Ramdani berharap ada regulasi yang dapat memudahkan guru honorer untuk mengikuti seleksi menjadi PNS. Selain itu, ia menginginkan peningkatan kesejahteraan bagi guru-guru honorer yang sudah lama mengabdi dan yang baru memulai karirnya.
Namun, Pak Ari Ramdani juga menyoroti kebijakan yang dirasakannya memberatkan bagi guru honorer. Ia menyebutkan bahwa untuk mendaftar sebagai PNS, guru honorer harus terlebih dahulu terdaftar dalam sistem dapodik. Namun, proses masuk ke dalam dapodik seringkali memakan waktu yang cukup lama, bahkan ada daerah yang tidak membukanya dalam beberapa tahun. Hal ini menjadi hambatan bagi lulusan baru atau guru honorer yang ingin melangkah ke tahap berikutnya dalam kariernya.
Dengan perjuangan dan harapan yang tergambar jelas dari kisah Pak Ari Ramdani, gambaran kesejahteraan hidup seorang guru honorer di Indonesia menjadi sorotan penting untuk diperbaiki oleh masyarakat dan pemerintah. Seiring dengan mendekati Hari Guru pada tanggal 25 November 2023, kisah perjuangan Pak Ari Ramdani sebagai seorang guru honorer menjadi refleksi nyata dari tantangan yang dihadapi oleh pendidik di Indonesia. Meskipun dipenuhi dengan semangat mengajar dan pengabdian terhadap dunia pendidikan, guru honorer seperti Pak Ari Ramdani masih menghadapi kendala finansial yang signifikan. Hari Guru menjadi panggung untuk merayakan dedikasi guru dalam menghadapi realitas ini, sambil mengingatkan pentingnya pembenahan sistem untuk meningkatkan kesejahteraan para pendidik.
Pada peringatan Hari Guru, kisah Pak Ari Ramdani menggambarkan esensi pengabdian guru honorer yang sering kali terjebak dalam keterbatasan finansial. Sebagai bentuk apresiasi, peringatan ini seharusnya tidak hanya menjadi momen seremonial, tetapi juga menjadi panggung untuk menggali lebih dalam masalah kesejahteraan guru honorer. Pemerintah perlu berkomitmen untuk menciptakan solusi yang konkrit dan berkelanjutan guna meningkatkan kondisi hidup para pendidik di Indonesia.
Melihat harapan Pak Ari Ramdani terhadap pemerintah, Hari Guru pada tahun 2023 harus menjadi titik awal perubahan yang lebih baik. Dengan fokus pada regulasi yang mendukung guru honorer dalam mengikuti seleksi P3K dan peningkatan kesejahteraan bagi seluruh komunitas pendidik, peringatan Hari Guru diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk perbaikan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan adil di masa depan.