Perjalananku Melewati Tantangan Masuk Perguruan Tinggi

Kata sebagian orang, yang bisa masuk ke perguruan tinggi adalah orang-orang yang pintar, yang banyak memenangkan olimpiade atau perlombaan. Tapi beda halnya denganku. Inilah ceritaku…

Dari awal masuk SMK tidak pernah terpikirkan untuk melanjutkan kuliah, karna menurutku lulusan SMK sudah dibekali skill yang cukup untuk langsung terjun ke dunia kerja. Menjelang ujian sekolah Aku tiba-tiba ditanya orang tuaku ingin kuliah dimana, Aku bingung menjawab pertanyaan tersebut karna Aku sama sekali dari awal masuk tidak terpikirkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

Seketika setelah adanya pertanyaan dan desakan dari orang tua, Aku pun mulai memikirkan ingin kuliah dimana. Orang tuaku meminta untuk ke UIN, sedangkan Aku kurang suka dengan jurusan-jurusan yang ada di UIN . Aku ingin masuk ke PTN yang ada jurusan teknologi informasi, sistem informasi atau pun jurusan-jurusan yang berhubungan dengan komputer lainnya.

Jalur pertama yang aku ikuti yaitu SNBP (Seleksi Nasional Berbasis Prestasi). Aku nekat mengikuti jalur itu dengan nilai rapotku yang pas-pasan. Aku memilih 1 universitas impianku di daerah Semarang dengan 2 jurusan yang berbeda. Banyak orang bilang, lebih baik pilih satu universitas dengan 2 pilihan jurusan daripada memilih 2 jurusan dengan 2 universitas yang berbeda. Karena dengan hanya memilih satu universitas lebih berkesempatan untuk lolos seleksi. Namun, keberuntungan belom berpihak denganku. Aku tidak lolos seleksi SNBP.

Tak terlalu lama bersedih dengan kabar tersebut, Aku berusaha lagi untuk mengikuti jalur lainnya yaitu UTBK-SNBT (Ujian Tertulis Berbasis Komputer – Seleksi Nasional Berbasis Tes). Aku tetap memilih kampus impianku itu untuk pilihan yang pertama dan yang kedua aku memilih kampusku yang sekarang dengan jurusan yang berbeda dengan jurusanku sekarang. Kali ini, Aku rajin ke perpustakaan sekolah untuk mempersiapkan diri belajar supaya bisa menghadapi soal-soal UTBK. Pada fase ini sungguh berat untuk memanajemen waktu dengan bersamaannya ujian-ujian di sekolah ditambah lagi tidak tahu harus belajar apa untuk persiapan UTBK.

Tiba waktunya untuk UTBK, kebetulan aku mendapati tempat UTBK yang tidak terlalu jauh, kurang lebih 45 menit perjalanan dari rumahku. Di keluargaku hanya mempunyai 2 kendaraan yaitu kendaraan milik ibu dan bapak. Ibuku menggunakan motor itu untuk bekerja sehari-hari. Ibuku tidak bisa menggunakan motor bapak, karna motor bapak tidak matic, sedangkan ibu hanya bisa menggunakan motor matic saja. Untuk penggunaan sehari-hari biasanya kita bergantian.

Bertepatan dengan Aku yang ingin memakai motor ibu untuk UTBK tetapi juga ingin dipakainya untuk bekerja, jadi Aku harus mengantar ibu terlebih dahulu ke tempat kerjanya yang kebetulan searah dengan lokasi UTBK-ku. Aku mendapatkan jadwal pagi yaitu pukul 07.00 tes dimulai, dan harus sudah sampai lokasi maksimal 06.45. Sedangkan ibu masuk kerja pukul 07.00, dan mau tidak mau ibu harus berangkat lebih awal agar Aku tidak terlambat. Tetapi, diluar rencana ternyata kita berangkat dari rumah sudah pukul 05.55 dengan rencana awal berangkat yaitu pukul 05.30 agar Aku tidak terburu-buru dijalan.

Dalam perjalanan setelah mengantar ibu, aku mulai meningkatkan kecepatan laju motorku karena waktu sudah mepet. Lampu merah membuat aku mengurangi kecepatanku dan berhenti, tak disangka motor yang Aku kendarai tiba-tiba mati. Aku mencoba untuk tidak panik, Aku membawa motorku ke tepian jalan. Aku mencoba starter berulang kali tetapi tetap tidak bisa, Aku meminta tolong pak polisi yang ada didekatku waktu itu, tetapi dia tidak bisa membantuku karena sedang bertugas mengatur lalu lintas, sampai akhirnya ada satu bapak-bapak yang terburu-buru berangkat kerja tetapi dia tetap ingin membantuku. Dia mendorong motorku dari belakang untuk dibawa ke bengkel yang jaraknya mungkin kurang lebih 1 km.

Setelah di cek oleh bengkelnya, ternyata ibuku lupa mengganti oli sampai olinya habis dan ada satu bagian motor yang aku lupa apa namanya itu perlu diganti karna rusak. Untuk dibenarkan harus menghabiskan sekitar kurang lebih Rp. 300.000,00 itupun hanya untuk sekedar bisa dipakai pulang, setelah itu harus diservis kembali. Sedangkan Aku hanya membawa uang kurang lebih Rp. 150.000,00. Sudah panik karena waktu sudah menunjukkan pukul 06.25 yang mana untuk menuju lokasi UTBK-ku masih kurang lebih 20-25 menit lagi.

Aku bingung harus naik apa untuk sampai ke lokasi UTBK. Aku menelfon kakak sepupu ku untuk minta tolong mengabari bapak. Tetapi bapak ternyata sudah berangkat ke kebun. Kakak sepupuku yang baru saja bangun tidur tidak tega dengan Aku, dia langsung menjemputku. Selama menunggu kakakku datang menjemput, motorku dititipkan di bengkel dan Aku berjalan dari bengkel menuju ke lampu merah agar kakakku tidak bingung mencariku. Selang 25 menit kakakku sudah datang menjemputku.

Kakakku langsung tancap gas mengantarku walaupun mustahil untuk tidak terlambat. Selama dijalan rasanya Aku ingin menangis, karena ini harapan satu-satunya Aku untuk bisa masuk perguruan tinggi. Aku takut tidak diperbolehkan masuk ruangan. Sepanjang jalan aku hanya berdoa agar Aku masih diizinkan mengikuti tes. Sesampainya di lokasi kurang lebih pukul 07.05 Aku meminta kakakku untuk menungguku dan Aku memastikan terlebih dahulu bisa masuk ruangan atau tidak, setelah tahu aku diperbolehkan masuk kakakku baru pulang. Alhamdulillah doaku terkabul, Aku dapat mengikuti tes.

Selama tes berlangsung, Aku merasa pikiranku tidak fokus, pikiranku kacau karena kejadian tadi pagi. Aku hanya bisa pasrah dengan hasilnya. Kemudian setelah tes selesai Aku bingung harus pulang naik apa. Aku menelfon kakakku meminta bapak untuk menjemputku, tapi ternyata bapak tidak mau, dia tidak berani mengendarai motor sampai ke kota. Dan akhirnya kakakku lagi yang menjemputku, dia rela menunda acaranya karena menjemputku.

Aku berlajan lagi mencari angkutan umum karena kakakku meminta ditunggu di alun-alun kota. Aku menunggu disana kurang lebih 30 menitan dan datanglah kakakku dengan temannya. Kaget karna kakakku menjemputku dengan satu motor saja, ternyata kita harus bonceng tiga sampai ke bengkel yang tadi pagi, cukup jauh jaraknya tapi kita bertiga nekat. Jangan meniru adegan ini ya teman-teman.

Sesampainya di bengkel, motorku dibawa pulang dengan cara didorong dari belakang oleh temannya kakakku. Kasihan sekali kakakku dan temannya karena harus mendorong motor menggunakan kaki selama 30-40 menitan. Setelah hampir sampai rumah ternyata motor temannya kakakku kehabisan bensin, kita harus mendorong motor sampai menemukan penjual bensin. Sungguh merepotkan orang Aku di hari itu. Kemudian kita sampai rumah dengan selamat dan motorku langsung dibawa ke bengkel untuk diservis.

Tiba waktunya pengumuman hasil UTBK, ternyata Tuhan berkata lain, mungkin usahaku kurang dan diminta usaha lebih keras lagi, Aku gagal masuk perguruan tinggi melalui jalur ini. Sempat menangis dan berdiam diri di kamar beberapa hari karena merasa sangat kecewa. Tidak hanya mengecewakan diriku tetapi juga orang tua, kakak dan keluarga lainnya karna Aku merupakan anak pertama yang kuliah di keluargaku.

Orang tuaku mendengar kabar tersebut sudah putus asa dan kembali menyuruhku untuk masuk ke UIN walaupun jalur mandiri orang tuaku menyanggupinya, tetapi Aku tidak berminat sama sekali untuk masuk ke UIN. Orang tua ku sampai sudah Lelah dan putus asa menghadapi diriku. Satu-satunya cara yang dapat dilakukan yaitu masuk PTN dengan jalur mandiri. Sebenarnya orang tuaku sedikit keberatan soal biaya apabila Aku masuk PTN jalur mandiri. Tetapi Aku tetap ingin mencoba, kalaupun nantinya Aku gagal Aku sudah komitmen dengan diriku agar Aku menerimanya dan akan mencoba kembali tahun depan dengan uangku sendiri.

Karena sadar kalau orang tua ku tidak mampu membiayai kuliahku di PTN yang cukup terkenal di semarang, maka Aku mengurung niatku untuk kuliah disana. Yang ada dipikiranku waktu itu hanyalah 1 universitas saja, yaitu kampusku yang sekarang. Entah jurusan apa yang ingin ku ambil tapi Aku merasa lebih baik kuliah disini daripada Aku harus kuliah di UIN. Dan Aku rasa semua ini memang sudah ditakdirkan.

Aku bersyukur bisa diterima kuliah di kampusku yang sekarang walaupun jurusan dan kampusnya bukan yang dulu Aku impikan. Tetapi jurusanku ini adalah jurusan yang ibuku inginkan. Aku percaya, dibalik semua ini pasti ada maksud dari Tuhan menakdirkan Aku seperti ini. Awalnya memang kecewa dan seperti tidak bersemangat untuk menjalankan perkuliahan, tapi mengingat orang tuaku yang berjuang membiayaiku untuk masuk ke PTN, Aku memanfaatkan kesempatan baik ini untuk menjadikan diri Aku lebih berkembang. Aku sadar, tidak semua anak bisa merasakan kesempatan yang Aku rasakan ini. Jadi jangan lupa bersyukur ya teman-teman!!