Perjalanan Menemukan Minat dan Bakatku

Setiap manusia terlahir dengan minat dan bakatnya masing-masing. Ada yang berbakat di bidang sastra, seni, memasak, berhitung, dan lain sebagainya. Beberapa dari mereka menyadari langsung bakat yang dimilikinya, namun tidak sedikit yang tidak menyadari bahkan masih bertanya-tanya karena belum tahu apa bakat yang dimilikinya. Mungkin salah satunya kamu? Jika ya, disini aku akan berbagi kisahku menemukan minat dan bakatku.

Sama sepertimu, aku pernah berada di posisi bingung karena nggak tahu bakat yang ada di dalam diriku itu apa. Pernah merasa paling monoton, karena nggak bisa seperti teman-teman lainnya yang sibuk mengasah bakat mereka masing-masing.

Waktu itu aku masih duduk di bangku SD. Beberapa dari temanku, sibuk mempersiapkan lomba yang akan mereka hadapi. Ada yang hendak lomba sepak bola, menari, cerita islami, dan berlatih menjadi pemimpin upacara. Sedangkan aku? Hanya bisa melihat dan mendukung teman-temanku saja. Bagaimana lagi? Orang aku nggak punya minat dan bakat ke apapun, pikirku waktu itu. Tidak ada yang menonjol dari diriku. Aku hanya tahu bermain, hehe. Tapi karena hal itu, timbul rasa iri di hatiku karena aku nggak punya bakat apa-apa. Di sekolah dasar, aku adalah anak yang senang bermain dan cenderung nggak terlalu serius di bidang akademik.

Saat aku naik ke tingkat SMP aku mulai mengikuti ekstrakurikuler dan serius di bidang akademik, sebab aku belajar dari teman-temanku waktu SD dan memanfaatkannya saat di SMP. Disinilah perjalananku menemukan minatku di mulai. Dimulai saat masih kelas 7 atau kelas 1 SMP, aku mulai mencoba mengikuti ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) dan juga ekstrakurikuler Speaking English atau kelompok belajar bahasa Inggris, namun setelah pelantikan PMR atau setengah jalan aku memutuskan untuk keluar dari PMR, karena aku merasa bosan dan sepertinya bukan di bidangku. Namun, aku tetap mengikuti SE hingga selesai kelas 7. Setelah naik ke kelas 8 atau kelas 2 SMP, ada ekstrakulikuler baru di sekolahku saat itu, yaitu PBB atau Pasukan Baris Berbaris, akupun ikut daftar mencobanya. Motivasinya karena aku pengin mendapatkan materi-materi dasar tentang baris berbaris selain itu karena pengin coba mendaftar Paskibraka nanti saat sudah SMA. Ya, aku punya rencana jangka panjang saat itu. Artinya, aku sudah mulai mempunyai ketertarikan terhadap sesuatu dan mulai menekuninya. Selain masuk ekstrakurikuler PBB, aku juga dipilih oleh wali kelasku untuk menjadi pengurus OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) sejak aku kelas 7. Aku juga ikut organisasi Pramuka sebagai pengurus Dewan Penggalang (DP). Hehehe, rakus banget yaa… namanya juga nyari jati diri. (mencoba membela diri><).

Di tengah huru-haranya kepadatan organisasi-ekstrakurikuler-sekolahku, aku ditunjuk guru Bahasa Indonesiaku untuk mengikuti lomba cerpen (cerita pendek) tingkat kota. Mengetahui kabar itu, yang aku rasakan pertama kali adalah bingung. Yap, bingung. Karena… itu kali pertama aku mengikuti lomba cerpen, bahkan untuk punya pengalaman menulis pun aku belum pernah. Paling-paling bikin puisi sama pantun pas SD karena tugas dari sekolah. Itupun ala kadarnya, sepemahaman anak berusia 9 tahun. Aku mengikuti lomba cerpen tingkat kota di kantor dinas pendidikan dan kebudayaan di kotaku dengan tidak banyak “perbekalan”. Aku mengandalkan hp dengan akses internet yang kupunya kemudian meng-search : “kumpulan cerpen tentang persahabatan”, “kumpulan cerpen tentang ibu” atau “kumpulan cerpen terbaru”. Seketika minat bacaku meninggi, hehe. Aku mengandalkan ke-rajin-an membaca cerpenku yang hanya H-3 sebelum lomba itu dan juga kekhataman menonton sinetron favoritku. Dan kalian tahu? Yap, aku nggak menang! Hahaha. Walaupun ada rasa sedih namun ada rasa senang dan bersyukur aku dapat pengalaman yang nggak akan terlupa di hidupku. Sejak itu, aku mengenali dunia kepenulisan. Setelah naik ke kelas 9, aku mulai fokus mempersiapkan Ujian Sekolah, Ujian Praktik, dan Ujian Nasional.

Di tahun 2019, aku duduk di bangku SMA Negeri di kotaku. Karena telah banyak “mencoba-coba” di SMP. Aku mulai memilih 2 organisasi yang akan aku tekuni di SMA. Ada yang bisa tebak, aku pilih apa? Yap, aku memutuskan mau menekuni lebih dalam lagi OSIS dan PBB. Aku memilih OSIS karena aku mau belajar tentang kepanitiaan. Kalau PBB, aku sudah bilang dari awal, aku ingin menjadi seorang Paskibraka.

Di tengah-tengah kesibukanku menjadi seorang junior di kedua organisasi itu, di semester 1. Tiba-tiba Covid-19 dengan cepat melanda kotaku. Semua kegiatan berantakan, semua kegiatan beralih melalui dunia maya atau daring. Covid-19 melonjak hingga aku duduk di kelas 11 atau kelas 2 SMA, keinginanku menjadi seorang Paskibraka pupus seketika. Tidak ada seleksi Paskibraka waktu itu. Selain karena Covid-19 pada saat sebelum ada pengumuman bahwa tidak ada seleksi, ada timbul rasa ragu dalam lubuk hatiku untuk mencoba mendaftar seleksi, karena aku merasa tidak percaya diri dan merasa kemampuanku tidak mencukupi.

Kami mulai terbiasa dengan sistem pembelajaran jarak jauh. Di pertengahan semester, ada pengumuman dari guru Bahasa Indonesiaku, tentang kepenulisan cerpen yang di bukukan atau kita bisa menyebutnya dengan antologi cerpen. Karena tertarik dan merasa dulu waktu SMP pernah ikut lomba, aku memutuskan untuk mencoba ikut. Kali ini, aku mulai menulis dengan kurasa aku menikmati setiap pembuatannya. Karena… pada saat itu, aku suka sekali membaca tulisan dari penulis idolaku yaitu Nadhifa Allya Tsana dan Pak Sapardi Djoko Damono. Merekalah inspiratorku yang menyebabkan aku suka membaca.

Satu bulan setelah pengumpulan naskah cerpenku, akhirnya buku kami terbit. Pada saat itu, guruku, lewat grup WhatsApp memberi pengumuman bahwa cerpenku merupakan salah satu cerpen terbaik. Aku senang, sangat senang.Semenjak itu, aku rasa minatku ada di dunia kepenulisan cerita. Akhirnya perjalananku menemui dermaganya. Setelah melewati banyak sekali “coba-coba” kini aku mengenali minatku. Mulai saat itu, aku ingin seperti teman-teman SD ku dahulu, mengasah kemampuanku. Hingga sekarang, aku masih dalam proses belajar memperbaiki kepenulisanku yang masih banyak kekurangan. Percayalah pada proses, pisau yang tajam bermula dari sebilah pisau tumpul yang terus diasah.

Jadi, untuk teman-teman yang masih belum tahu dengan bakat dan minatnya, gimana kalau pakai caraku : mencoba-coba. Dengan mencoba-coba, selain dapat pengalaman juga aku yakin nanti akan ketemu bakatnya dimana. Apa salahnya mencoba, kan?

Wah nggak kerasa aku udah cerita panjang banget, terima kasih buat kamu yang udah nyimak sampai akhir. Senang berteman denganmu. Semoga bermanfaat. Sampai ketemu lagi!

1 Like