Perihal Mengikhlaskan

Apa itu “mengikhlaskan” ?

Dalam KBBI “mengikhlaskan” berarti memberikan atau menyerahkan dengan tulus hati dan merelakan. Sama halnya dengan arti “menerima”. Tapi, arti mengikhlaskan berbeda pada setiap orang.
Hal ini bukan tentang melupakan,tapi kita diajarkan untuk menerima sesuatu yang terjadi pada hidup kita atau merelakan apa yang kita miliki. Karena dengan kita menerima,berari kita bisa melupakan dan mengikhlaskan sesuatu yang bukan untuk kita. Dengan begitu, hidup kita akan jauh lebih bahagia. Memang tidak mudah untuk “mengikhlaskan” sesuatu yang kita harapkan, hal itu membutuhkan waktu yang cukup lama.

Pada setiap orang memiliki waktu yang berbeda untuk “mengikhlaskan”, mungkin juga butuh pengorbanan yang besar. Karena pada dasarnya “mengikhlaskan” juga perlu pengorbanan untuk mencapainya.
Seperti halnya yang sedang saya lakukan sekarang,saya harus “mengikhlaskan” apa yang jadi keinginan saya demi mewujudkan impian keluarga saya.
Awalnya sulit untuk saya menerima keputusan orang tua saya, tapi mau tidak mau saya harus menjalankan amanah orang tua saya.

Saya meninggalkan kesenangan saya dalam hal kesenian untuk fokus berkuliah dijurusan keperawatan. Saya memang tidak sangat pandai dalam hal menggambar, tapi saya senang menggambar untuk menghilangkan penat saya.
Tapi sekarang saya tidak bisa menggambar lagi karena waktu kuliah yang padat. Saya suka menggambar,mendengarkan musik,kadang juga suka menari. Saya juga suka membaca diksi² yang berisi filosofi seperti novel karya pramoedya ananta toer, sapardi djoko damono, dan semacamnya.

Sekarang saya harus meninggalkan hal itu untuk sementara waktu atau bahkan tidak melakukannya lagi, karena bersekolah dijurusan kesehatan itu menghabiskan waktu karena memang kesehatan itu tidak mudah. Pada awalnya saya marah,menolak,dan tetap kekeh dengan keinginan saya untuk bekerja saja, karena dengan bekerja, saya masih bisa melakukan kesenangan saya tanpa terbebani makalah atau semacamnya. Saya bisa mengurangi penat saya lewat menggambar atau hanya sekedar mendengar musik.

Tapi setelah saya pikir-pikir, tidak buruk juga untuk mewujudkan keinginan orang tua saya, karena selama ini orang tua saya yang sudah membesarkan saya, bahkan mereka dengan ikhlas membesarkan saya sampai sekarang. Memang tidak mudah untuk menerimanya karena saya harus menyampingkan ego saya, saya juga harus menahan rasa penat yang tidak bisa saya salurkan lewat menggambar karena memang jadwal kuliah yang padat.
Pada awalnya, saya melakukan semuanya setengah hati karena memang ini bukan yang saya inginkan.Tapi semakin berjalannya waktu saya sadar, kalau saya terus-terusan berjalan dengan setengah hati saya hanya akan merasa penat dan menderita.

Semakin saya memaksa, malah semakin penat yang saya rasakan. Bukan hanya penat, tapi sedih bahkan stres karena saya terus-terusan memikirkan keinginan saya yang tidak terwujud. Memaksakan diri dengan terus memegang harapan yang tidak bisa saya wujudkan, membuat saya secara tidak sadar menekan lebih keras diri saya untuk terus mengejar apa yang saya inginkan.

Sekarang saya mulai mencoba untuk menerima, karena setelah saya pikirkan lebih baik terus maju menjalani apa yang ada didepan saya, daripada terus menoleh kebelakang yang belum tentu bisa membuat kita lebih bahagia. Mungkin untuk saat ini saya belum menemukan waktu yang pas untuk mulai menggambar lagi, tapi saya percaya kalau nanti pasti ada cara yang mungkin lebih menenangkan saya disaat saya merasa penat.

Menurut saya, “mengikhlaskan” itu seperti proses beradaptasi, kenapa begitu? karena “mengikhlaskan” itu bisa karena terbiasa.

1 Like