Perbandingan Bahasa terhadap Perubahan Fomen Bahasa Jawa Kuno dan Bahasa Jawa

Perbandingan Bahasa terhadap Perubahan Fomen Bahasa Jawa Kuno dan Bahasa Jawa

Oleh: Maulana Danar Maaliki H

Teori yang biasa diterima mampu menjelaskan pertumbuhan bahasa secara menyeluruh sebagai suatu system konmunikasi adalah teori Hockett-Ascher. Teori Hockett-Ascher bukan merupakan sesuatu yang baru. Keduanya mengakui juga bahwa apa yang mereka kemukakan mempergunakan data-data arkeologis, fosil, dan data-data geologis yang telah diselidiki para ahli lain. Mereka hanya sekadar menghubung-hubungkan semua data itu untuk menjelaskan bagaimana pertumbuhan bahasa manuisa itu sejak awal mula perkembangannya. Bahasa sesungguhnya diperkirakan barutimbul sekitar 100.000-40.000 tahun yang lalu (Keraf, 1996)

Cabang Ilmu Bahasa ini secara luas dikenal di Eropa dalam abad XIX, sebagian disebabkan oleh penemuan bahasa Sanskerta yang telah menimbulkan banyak spekulasi diantara para ahli. Bentuk-bentuk kata yang sama antara pelbagai bahasa dengan makna yang sama, diperkuat lagi dengan kesamaan-kesamaan unsur tata bahasa, akan mendorong kita mengambil kesimpulan bahwa bahasa-bahasa tersebut harus diturunkandari suatu bahasa proto yang sama.

Ada sejumlah besar kosa kata dari suatu kelompok bahasa tertentu secara relatif memperlihatkan kesamaan yang besar bila dibandingkan dengan kelompok-kelompok lainnya. Kelompok bahasa Austronesia, yang distribusi geografisnya terbentang dari Madagaskar sampai ke Pulau Rapanui dan dari Formosa sampai ke Pulau Selandia Baru, memperlihatkan kesamaan-kesamaan kata-kata yang sangat mencolok. Hal itu tentu tidak bisa dijelaskan dengan mengatakan bahwa hal itu terjadi karena kebetulan atau karena pinjaman. Suatu alasan yang bisa diterima adalah karena bahasa-bahasa itu harus berkembang dari bahasa proto yang sama.

Pada awal perkembangan penelitian bahasa, orang-orang tertarik kepada kesamaan-kesamaan yang disebabkan oleh bentuk-bentuk onomatopoetis, yang urutan-urutan bunyinya memberi sugesti pada sesuatu atau meniru sistem fonologi suatu hal tertentu. Sehubungan dengan kemiripan-kemiripan yang dikemukakan di atas, perlu ditegaskan bahwa pertalian fonetis saja belum tentu mengandung kemiripan makna; atau kemiripan fonetis dan makna belum tentu membuktikan bahwa kedua bentuk itu berasal dari suatu bentuk proto yang sama (Rismanto, 2012).

Kemiripan fonetis dan semantik dapat terjadi karena faktor kebetulan. Misalnya kata Yunani modern mati yang berarti mata secara fonetis boleh dikatakan mirip dengan mata dalam bahasa Indonesia (Ruriana, 2018). Orang akan mengira bahwa di sini tedapat kesamaan fonetis dan semantis. Jadi seharusnya kedua kata itu berasal dari suatu kata proto yang sama. Tetapi setelah diselidiki dengan cermat ternyata bahwa pertalian semacam itu hanya bersifat kebetulan (by chance) karena sama sekali tidak terdapat hubungan sejarah antar kedua kata itu. Kata Yunani /mati/ merupakan hasil perkembangan terakhir dari kata Yunani Kuno ommation yang berarti mata kecil. Bentuk mati sebenarnya merupakan suatu bentuk derivatif dari kata dasar omma yang berarti mata. Sebaliknya kata mata dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk yang sama dengan bentuk proto dalam masa sebelumnya. Sebaliknya kata mati Yunani modern yang berarti mata itu hanya mempunyai pertalian fonetis saja dengan kata mati dalam bahasa Indonesia tanpa ada kesamaan semantik.

Perubahan fonetis sebagai yang dimaksud di atas tidak bisa dicatat dalam bahasa-bahasa Austronesia karena ketiadaan naskah tua yang mencatat keadaan bahasa pada tahap yang lebih tua, kecuali bahasa Jawa. Antara bahasa Jawa Kontemporer dan bahasa Jawa Kuno, dapat diturunkan perubahan fonetis karena ada data mengenai tingkatan yang lebih tua, misalnya:

Jawa Kuno : anwam wwas wwang wwas twas

Jawa : anom wos wong woh tos

mudah beras orang buah keras

DAFTAR PUSTTAKA

Keraf, Gorys. 1996. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Rismanto, R. (2012). Kekerabatan Kosakata Bahasa Sunda dengan Bahasa Melayu Betawi di Kota Tangerang Selatan: Kajian Linguistik Historis Komparatif. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Ruriana, P. (2018). Hubungan Kekerabatan Bahasa Jawa Dan Madura. Jurnal: Kandai, 14(1), 15-30. doi:10.26499/jk.v14i1.512.