Peranan Filosof Yunani Terhadap Sejarah Bahasa

download

Bahasa dimaksudkan untuk menyampaikan informasi oleh penutur kepada lawan tuturnya. Maka dari itu bahasa diibaratkan sebagai alat komunikasi. Jika dipikirkan kembali, tanpa bahasa kita tidak akan dapat mengerti satu sama lain dan juga mengalami keterbelakangan karena tidak adanya ilmu pengetahuan yang dapat disebarluaskan.

Namun sebenarnya bagaimana bahasa itu ada? Lalu bagaimana sejarah perkembangan bahasa itu? Disini saya akan sedikit membicarakan sejarah bahasa menurut peranan filosof yang ada pada Masa Yunani.

Masyarakat Yunani sebelumnya berpikir secara mitologis dalam menjawab segala sesuatu permasalahan yang ada di dunia. Namun semakin lama mereka semakin jenuh dengan menggunakan mitologi. Maka dari itu mereka beralih ke cara berpikir filsafat.

Slamet Subekti (2003: 62, dalam Ahmad Noviansah, 2020: 3) memaparkan bahwa filsafat sendiri merupakan kemampuan berpikir manusia menurut logika secara bebas dan tidak terikat dengan tradisi atau aturan-aturan tertentu maupun agama, serta mampu berpikir secara sistematis dan berpikir jauh untuk menggali sedalam-dalamnya sehingga sampai pada dasar-dasar permasalahan (radikal).

Para filosof Yunani yang berkontribusi dalam bahasa antara lain sebagai berikut:

Plato (Lyons, 1980) memiliki pemikiran bahwa kajian kompetensi dalam bahasa memandang kalimat sebagai satuan pikiran terkecil yang utuh (kelas kata) yang terdiri dari onoma (kata kerja) dan rhema (kata benda) dalam model tata bahasa.

Aristoteles membagi kelas kata menjadi onoma (kata kerja), rhema (kata benda) dan syndesmoi (kata sambung). Ia mengemukakan bahwa unsur-unsur tersebut merupakan pemadu kalimat. Temuannya tersebut memberikan variabel pemadu pada kalimat (Sadtono, 1979).

Socrates sendiri lebih berperan dalam menguji suatu kebenaran dalam bahasa. Ia memiliki pandangan bahwa pendidikan logika yang koheren merupakan salah satu prioritas belajar bahasa. Oleh karena itu, berfikir benar dalam arti perkembangan intelektual adalah tujuan berbahasa itu (Pangaribuan, 2008: 38).

Selain itu, terdapat pula para filosof dari kaum Stoa (Stoik) pada abad ke-4 SM yang menemukan dan membagi lagi kelas kata dari temuan sebelumnya menjadi onoma (kata kerja), rhema (kata benda), syndesmoi (kata sambung), dan arthron (kata sandang).

Pada masa yang sama yaitu pada abad ke-4 SM, muncullah para filosof dari kaum Alexandrian, yang terkenal salah satunya adalah Dionysius Thrax, membagi kelas kata menjadi lebih luas antara lain yaitu onoma (kata kerja), rhema (kata benda), metosche (partisipel), arthron (kata sandang), antonymia (kata ganti), prothesis (kata depan), epirhema (kata keterangan), dan syndesmoi (kata sambung).

Referensi:

Noviansah, A. (2020). Pemikiran filsafat menurut Thales (Analisis Kritis Dalam Perspektif Filsafat dan Agama). Zawiyah: Jurnal Pemikiran Islam , 6 (2), 228-249.

Pateda, Mansoer. (2011). Linguistik: Sebuah Pengantar . Bandung: Angkasa. (hal: 15 – 50).

Pangaribuan, T. (2008). Paradigma bahasa . Graha Ilmu.