Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879. Putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan ibunya M.A Ngasirah, Raden Ajeng Kartini berasal dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Pada tahun 1903, Kartini menikah dengan K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang saat itu adalah bupati Rembang. Kartini tetap ingin melanjutkan cita-citanya menjadi seorang guru walaupun ia sudah menjadi seorang istri. Suami Kartini mendukung dan membiarkan dia melakukan apa yang dia mau. Dibangunnya sekolah wanita di timur pintu gerbang perkantoran Rembang adalah salah satu bentuk dukungannya. Yayasan Kartini mendirikan Sekolah Kartini pada tahun 1912 sebagai hasil dari ketekunan Kartini. Keluarga Van Deventer, seorang tokoh politik etis di masa itu, adalah orang yang mendirikan sekolah ini. Sekolah Kartini pada awalnya hanya didirikan di Semarang, tapi kemudian berdiri juga di Surabaya, Yogyakarta, Madiun, Malang, dan daerah lainnya.
Perempuan mempunyai peran yang penting, sebagai makhluk ciptaan Tuhan , perempuan nantinya akan menjadi seorang isteri untuk mengurus rumah tangganya dan sebagai ibu yang memberikan kasih sayang serta menjadi pendidik pertama bagi anak-anaknya. Perempuan tidak boleh terpaku pada rutinitas dan keterbatasan. kita harus berani melangkah keluar zona nyaman, menjelqjahi potensi diri dan membangun kemandirian. Perempuan bukan sekedar melakukan kewajibannya melainkan juga meminta hak-haknya dan mendapatkan jati diri yang mampu memusakan pengaruh positif serta mengambil peran yang baik bagi keluarganya ataupun masyarakat luas. Semangat Kartini harus menjadi obor yang menerangi langkah perempuan masa kini untuk terus berjuang mencapai cita-cita. Perempuan masa kini harus terus belajar dan berkembang agar bisa menjadi individu yang cakap dan mampu berkontribusi di Masyarakat.
Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk menciptakan lingkungan dan proses pembelajaran di mana siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki keagamaan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan untuk diri mereka sendiri dan masyarakat. Menurut Langeveld, seorang ahli pedagogik dari Belanda, pendidikan adalah instruksi yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu kedewasaan. Pendidikan bukan hanya pertukaran pengetahuan itu juga proses mengajar. Membimbing dan mengantarkan seseorang untuk mencapai tujuan pendidikan disebut mendidik. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa mendidik adalah proses membimbing dan mengarahkan seluruh potensi anak agar mereka berkembang menjadi manusia yang kuat dan anggota masyarakat yang berkontribusi positif.
Proses pelepasan wanita dari status sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi peluang mereka untuk maju dan berkembang disebut emansipasi wanita. Salah satu faktor penting dalam mencapai emansipasi perempuan adalah pendidikan.Pendidikan sangat penting bagi wanita, tidak hanya bagi mereka sendiri, tetapi juga bagi keluarga, masyarakat, dan bangsa. Pendidikan memberi mereka kesempatan untuk mengembangkan potensi dan keterampilan mereka. Wanita dapat berkarya dan berpartisipasi dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, politik, sosial, dan budaya, dengan ilmu pengetahuan dan keahlian yang diperoleh. Pendidikan meningkatkan kualitas hidup wanita secara fisik, mental, dan sosial. Wanita yang berpendidikan biasanya memiliki kesehatan yang lebih baik, pendapatan yang lebih tinggi, dan kehidupan yang lebih mandiri. Mereka lebih mampu dalam membesarkan anak dan membangun keluarga yang bahagia.
Pendidikan dan emansipasi wanita sangat terkait satu sama lain. Pendidikan memungkinkan perempuan untuk meraih potensi mereka dan keterlibatan secara signifikan dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk bekerja sama demi mewujudkan pendidikan dan emansipasi wanita yang berkualitas tinggi di Indonesia.