PERAN GURU DAN KESATUAN BERBAHASA DALAM MENCEGAH BULLYING DI SD
Oleh: Fadila Dewi Ana Tassya
Bullying di sekolah dasar bukan lagi hal baru, tapi setiap kali muncul kasus baru, rasanya tetap saja bikin miris. Data PISA 2018 bahkan mencatat bahwa 41,1% murid Indonesia pernah mengalami bullying, angka yang jauh lebih tinggi dari rata-rata negara OECD yang hanya 22,7%. Artinya, hampir setengah anak Indonesia pernah merasakan pengalaman buruk ini. Dari diejek, dikucilkan, kehilangan barang, sampai disebarkan kabar bohong—semuanya terjadi di lingkungan yang seharusnya paling aman: sekolah.
Fenomena ini jelas menuntut perhatian, terutama dari guru yang setiap hari berinteraksi langsung dengan siswa. Guru bukan hanya pengajar mata pelajaran, tetapi juga figur yang paling dekat dengan dinamika sosial anak. Sering kali guru adalah orang pertama yang melihat tanda-tanda kecil: perubahan sikap, konflik kecil antara siswa, atau bahasa tidak sopan yang terus dibiarkan.
Di sinilah kesantunan berbahasa menjadi kunci. Banyak orang lupa bahwa bullying verbal adalah bentuk perundungan yang paling sering terjadi dan paling sulit terdeteksi. Padahal, kata-kata kasar, ejekan, dan sindiran bisa melukai lebih dalam daripada tamparan. Penelitian Smith dkk. (2019) menunjukkan bahwa pendidikan tentang kesantunan berbahasa terbukti mampu menurunkan intensitas bullying di sekolah. Siswa yang dibiasakan memakai bahasa yang sopan cenderung memiliki interaksi sosial yang lebih sehat—dan itu dimulai dari contoh yang mereka lihat setiap hari: gurunya sendiri.
Namun, tantangan zaman sekarang adalah anak-anak tidak hanya berinteraksi di dunia nyata. Mereka juga hidup di dunia digital, di mana batasan sopan-santun sering kabur. Konten kekerasan, video agresif, dan komentar kasar sangat mudah diakses anak SD. Kalau tidak diawasi, dunia digital justru memperkuat pola komunikasi agresif yang kemudian terbawa ke sekolah.
Karena itu, integrasi media digital interaktif dalam pendidikan karakter menjadi relevan. Salah satu media yang kini banyak digunakan adalah Edpuzzle—platform video interaktif yang memungkinkan guru menambahkan pertanyaan atau catatan di dalam video pembelajaran. Penelitian terbaru (Saragi et al., 2025) menunjukkan bahwa penggunaan Edpuzzle untuk materi kesantunan berbahasa membantu siswa memahami mana bahasa yang pantas dan tidak pantas melalui contoh konkret. Anak bukan hanya “diceramahi”, tetapi diajak melihat, menganalisis, lalu merefleksikan sendiri dampaknya.
Menurut saya, pendekatan seperti ini jauh lebih efektif dibanding sekadar memberi nasihat setelah terjadi konflik. Anak SD belajar lebih baik lewat visual, contoh nyata, dan pengalaman interaktif. Ketika guru menggabungkan pendidikan karakter dengan media digital yang dekat dengan kehidupan mereka, pesan moral jadi lebih mudah menempel.
Pada akhirnya, mencegah bullying bukan hanya tentang memberi sanksi ketika ada kasus. Lebih dari itu, sekolah harus melatih siswa untuk mampu mengendalikan diri, berbahasa sopan, dan menghargai perbedaan. Guru memegang peran sentral dalam membentuk budaya itu—baik lewat ketegasan, teladan, maupun cara berkomunikasi.
Kita sering bicara tentang sekolah ramah anak, tapi tidak ada “ramah” yang bisa terwujud tanpa budaya bahasa yang ramah juga. Mencegah bullying berarti memastikan setiap kata yang keluar dari mulut anak tidak menjadi senjata yang menyakiti teman sekelasnya. Dan itu semua dimulai dari ruang kelas, dari guru, dan dari cara kita mengajarkan anak memilih kata yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Nasir, A. (2018). Konseling behavioral: Solusi alternatif mengatasi bullying anak di sekolah. Journal of Guidance and Counseling, 72.
Indramaya, I. (2023). Sosialisasi bullying dan cara mengatasi bullying di sekolah. Pattimura Mengabdi: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat.
Saragi, C. N., Pinem, I., Sinaga, G. H. D., Sitinjak, A. S., & Zai, A. (2025). Optimalisasi Media Digital Interaktif Edpuzzle Dan Strategi Kesantunan Berbahasa Sebagai Upaya Preventif Bullying Pada Anak Sekolah Dasar Di SD Negeri 162107. Jurnal Visi Pengabdian Kepada Masyarakat, 6(2), 209-21.
Aulia, L. R., Kholisoh, N., Rahma, V. Z., Rostika, D., & Sudarmansyah, R. (2024). Pentingnya pendidikan empati untuk mengurangi kasus bullying di sekolah dasar. Morfologi: Jurnal Ilmu Pendidikan, Bahasa, Sastra Dan Budaya, 2(1), 71-79.