Peran Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Resmi Asean : Implementasi, Tantangan, dan Dampak Terhadap Integrasi Regional

Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) memiliki peran penting dalam mendorong kerja sama dan persatuan di antara negara-negara anggotanya yang beragam. Pemilihan bahasa yang sama untuk berkomunikasi dan bekerja sama adalah komponen penting yang mendorong perserikatan ini bersatu. Bahasa Indonesia, salah satu dari banyak bahasa yang digunakan di negara-negara anggota ASEAN, telah menjadi bahasa resmi dan memainkan peran penting dalam mempermudah komunikasi dan pemahaman antara negara-negara anggota.
Secara historis dan strategis, menjadikan Bahasa Indonesia sebagai lingua franca ASEAN. Pemilihannya dilakukan dengan teliti dengan tujuan mendorong persatuan dan mengurangi hambatan komunikasi di daerah yang ditandai oleh keragaman linguistik. Dengan menggunakan Bahasa Indonesia, orang dapat lebih mudah berinteraksi satu sama lain, baik secara resmi maupun tidak resmi, sehingga lebih mudah untuk bekerja sama.
Sejak awal berdirinya, ASEAN telah menjadi aliansi keamanan, tetapi tidak banyak orang yang menyadari fakta ini. Kepentingan politik untuk mewujudkan keamanan dan stabilitas di Asia Tenggara mendorong pembentukan ASEAN. Melalui kolaborasi dalam bidang teknologi, ekonomi, dan sosial budaya.
Dalam upaya mendorong stabilitas regional, berbagai traktat seperti Asia Tenggara sebagai zona damai, bebas, dan netral; zona bebas senjata nuklir; zona bebas senjata nuklir; dan Treaty of Amity and Cooperation (TAC).
Sulit untuk menafikan bahwa ASEAN adalah satu-satunya kelompok kerja sama regional yang terus berkembang pasca perang dingin di luar Eropa dan Amerika Utara. Bahkan, ASEAN terus berkembang setiap tahunnya.
Setelah berbagai pertimbangan dari negara-negara anggota, para kepala negara ASEAN pada KTT ke-12 setuju bahwa Komunitas ASEAN harus dibentuk lebih cepat. Ini adalah bagian dari Piagam ASEAN, yang ditandatangani pada KTT ASEAN ke-13 di Singapura, 20 November 2007.
Visi ASEAN 2015 menggambarkan tekad untuk mencapai kesejahteraan bersama dan membangun kawasan yang bersatu, berdaya saing, dan berkeadilan. Meskipun masa berlakunya visi tersebut telah berakhir, upaya terus dilakukan untuk mencapai tujuan integrasi dan kerja sama di kawasan ASEAN.
Bekerja sama dalam kemajuan dinamis dan dalam komunitas yang penuh kasih sayang. Pada dasarnya memang Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat atau sarana dari seorang individu untuk berkomunikasi dengan individu lainnya. Namun, fungsi turunan bahasa menjadi penting untuk dibahas seiring dengan perkembangan zaman. Sebuah negara mulai mengejar manfaat turunan seperti identitas dan alat diplomatik untuk menunjukkan kekuatan di kancah hubungan internasional demi kepentingan negaranya sendiri (Rose, 2011). Menurut Abidin et al. (2010), fungsi keempat adalah fungsi bahasa sebagai alat fungsional yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Selain itu, seperti yang dinyatakan dalam Bab XV Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Bahasa Indonesia, selain berfungsi sebagai bahasa resmi negara, juga berfungsi sebagai alat untuk menyatukan daerah yang memiliki kearifan budaya lokal yang berbeda, dan sebagai simbol kebanggaan nasional dan identitas bangsa.
Karena Bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa yang sangat mudah dipelajari dan dikuasai oleh penutur asli dan asing, sangat mungkin untuk menjadi bahasa yang tidak hanya digunakan oleh negara Indonesia sendiri. Menurut Cliff Goddard dalam bukunya “The Languages of East and Southeast Asia: An Introduction” (2005), ada 200 juta penutur bahasa Indonesia dan Malaysia (juga dikenal sebagai Malay) di Asia Tenggara, berbanding dengan 50 juta penutur bahasa Tagalog, dan sisanya adalah bahasa lain yang sangat jelas secara kuantitatif. Ini menunjukkan bahwa jumlah penutur bahasa yang berasal dari bahasa melayu adalah salah satu kekuatan besar di ASEAN.

Pembahasan
Kepemimpinan Indonesia di ASEAN
Sebagai salah satu pendiri ASEAN pada 8 Agustus 1967 bersama dengan empat negara lain, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, Indonesia memiliki rasa kepemimpinan. Selain itu, ada banyak potensi di dalam negeri, terutama dari segi kekuatan sumber daya manusia, karena negara ini adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar di ASEAN dan wilayah terluas (ASEAN Secretariat, 2020). Selain itu, Jakarta, ibu kota Indonesia, memiliki Gedung Sekretariat ASEAN, juga dikenal sebagai Heritage Building (ASEAN Secretariat, 2020). Banyak faktor membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki posisi strategis dalam organisasi kawasan ini.
Menurut teori Realisme Politik dalam Studi Hubungan Internasional, keterlibatan sebuah negara dalam organisasi atau kerja sama, baik bilateral maupun regional, secara tidak langsung mengurangi nilai kedaulatan negara tersebut. Pada akhirnya, ini akan membuat negara lebih rentan untuk diserang oleh negara lain yang lebih berkuasa (Morgenthau, 2005). Namun, Indonesia memiliki kekuatan dan posisi tawar atau posisi tawar yang cukup potensial dalam berbagai bidang. Dalam kasus ini, bahasa sebagai identitas akan menjadi bagian dari slogan “satu identitas ASEAN” dan dimiliki oleh Indonesia sendiri sebagai jati diri bangsa (Pakpahan, 2018).
Indonesia tahu bahwa warga ASEAN tertarik pada Indonesia. Mereka dapat melihatnya dari sudut pandang negatif dan dapat memanfaatkannya untuk kepentingan negara mereka sendiri. Dalam kerangka regional ASEAN, posisi Indonesia dan program MEA akan selalu terhubung. Arah tindakan Indonesia ditentukan oleh kebijakan luar negerinya. Karena ada banyak kesempatan bagi warga ASEAN lainnya untuk bekerja dan melakukan kegiatan ekonomi lainnya di Indonesia, mereka mungkin tidak ingin belajar bahasa Indonesia. Selain itu, pembukaan investasi yang signifikan di Indonesia oleh berbagai organisasi global mendorong aktivitas ekonomi ini.

Peluang dan Hambatan Bahasa Indonesia sebagai Lingua Franca ASEAN
Menurut Kirkpatrick (2007), Lingua Franca adalah bahasa yang digunakan dalam masyarakat yang memiliki berbagai bahasa ibu. Bahasa pengantar biasanya disebut Lingua Franca. Bahasa pengantar muncul sebagai akibat dari pertumbuhan komunikasi internasional (Nugraha, 2013), tetapi proses menjadikan suatu bahasa sebagai lingua franca membutuhkan waktu yang lama. Inggris juga tidak hanya menjadi bahasa global saat ini. Sejarah menunjukkan bahwa bahasa Inggris pernah menjadi bahasa yang tidak dihormati atau tidak memiliki arti di Inggris. Menurut Subiyati (1995), bahasa Inggris telah berkembang menjadi sebuah bahasa intemasional selama bertahun-tahun.
Indonesia memiliki potensi luar biasa yang belum diteliti, seperti kekayaan alam dan budayanya. Indonesia memiliki budaya yang beragam dan kekayaan alam yang melimpah. Hal inilah yang mendorong banyak peneliti dan bahkan wisatawan asing untuk belajar Bahasa Indonesia selama penelitian atau liburan di Indonesia. Namun, menurut Iwan Fatiri, rivalitas negara-negara tetangga membuat Indonesia kesulitan dalam internasionalisasi Bahasa Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa Malaysia juga ingin bahasa nasionalnya menjadi bahasa pertama di ASEAN (Fatiri, 2017). Di dalam negeri, revitalisasi dan pengembangan terus menerus harus dilakukan untuk meningkatkan martabat Bahasa Indonesia. Dengan demikian, upaya untuk menginternasionalisasi Bahasa Indonesia harus diteliti (Assapari, 2014). Dengan demikian, penelitian yang lebih mendalam harus dilakukan tentang upaya internasionalisasi Bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa yang digunakan di ASEAN sebagai sebuah organisasi regional di Asia Tenggara. Penelitian ini harus dilakukan dari perspektif kesempatan, kekuatan, tantangan, dan efektivitas untuk mencapai tujuan nasional.
Indonesia menarik, karena itu banyak negara maju yang ingin berinvestasi karena lokasinya yang strategis. Selain itu, bahasa yang dapat membentuk identitas organisasi ASEAN sangat penting. Selain bahasa Inggris, dikatakan bahwa Bahasa Indonesia memiliki potensi besar untuk digunakan di ASEAN karena fakta bahwa lebih dari 253.609.643 orang di Indonesia berbicara Bahasa Indonesia (Wijana, 2018). Saat ini, Bahasa Indonesia adalah bahasa dengan jumlah penutur terbanyak di ASEAN. Dalam wawancaranya dengan Kepala PPDB Kemendikbud, Dr. Sugiyono mengatakan bahwa Bahasa Indonesia memiliki peluang untuk menjadi salah satu bahasa internasional di dunia (Burhani, 2014). Selain itu, pemerintah Indonesia saat ini terus berusaha untuk menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional secara bertahap. Ini dapat dilihat dari bagaimana pemerintah Indonesia menggunakan Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan negara-negara ASEAN. Selain itu, generasi muda Indonesia harus bekerja sama untuk menjadikan bahasa nasional kita sebagai salah satu bahasa resmi ASEAN dengan menggunakannya dengan baik.
Pada dasarnya, Bahasa Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di seluruh dunia. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan program pendidikan BIPA di Indonesia dan negara-negara lain di seluruh dunia. Hal ini disebabkan oleh kerjasama untuk membangun hubungan yang baik dengan negara asing dalam bidang-bidang seperti pendidikan, budaya, dan pariwisata, yang menghasilkan popularitas Bahasa Indonesia saat ini. Pada dasarnya, Indonesia telah melakukan beberapa upaya untuk menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ASEAN. Ini dapat dilihat dari adanya forum yang disebut “Roundtable Conference Indonesia-Malaysia”, di mana Indonesia dan Malaysia sama-sama mengusulkan agar Bahasa Indonesia-Malaysia menjadi salah satu bahasa resmi di ASEAN. Dibandingkan dengan bahasa negara-negara lain, Bahasa Indonesia telah berkembang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Ada beberapa alasan untuk hal ini.

Kesimpulan
Bahasa Indonesia dipilih sebagai lingua franca ASEAN untuk membantu negara-negara anggota berkomunikasi dan saling memahami. Ini dilakukan untuk mengurangi hambatan komunikasi dan mendorong persatuan di wilayah yang beragam bahasanya.
Bahasa Indonesia sangat penting untuk memperkuat posisi Indonesia di ASEAN karena berfungsi sebagai alat diplomasi dan sebagai simbol identitas nasional. Dalam organisasi regional ini diberikan kepada kepemimpinan Indonesia, yang merupakan salah satu negara pendiri dan memiliki sumber daya manusia yang melimpah.
Untuk meningkatkan peran Bahasa Indonesia sebagai lingua franca ASEAN, diperlukan pendekatan yang menyeluruh karena ada tantangan terkait rivalitas dengan bahasa negara tetangga dan upaya revitalisasi dan pengembangan dalam negeri.
Kemungkinan untuk meningkatkan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ASEAN sangat besar, terutama karena jumlah penutur Bahasa Indonesia di ASEAN adalah yang terbesar. Kerja sama antara negara-negara anggota dalam mengembangkan Bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa identitas ASEAN dapat menjadi langkah strategis untuk mencapai integrasi regional yang lebih kuat.
Dengan kesadaran akan kekuatan dan potensi Bahasa Indonesia, serta peningkatan minat di dalam dan luar negeri untuk mempelajarinya, peran Bahasa Indonesia dalam ASEAN dapat semakin dominan dan memperkuat identitas regional ASEAN. Dengan kerja sama yang kokoh dan upaya terus-menerus untuk mengembangkan dan mengintegrasikan Bahasa Indonesia, visi ASEAN untuk membangun wilayah yang bersatu, berdaya saing, dan berkeadilan dapat tercapai.

Daftar Pustaka
Harmoko, D. D. (2015). Analisa Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Komunikasi Antar Negara Anggota ASEAN. SNIT 2015, 1(1), 1-6.
Aziz, A. L. (2014). Penguatan identitas bahasa Indonesia sebagai lambang identitas nasional (MEA) 2015. Jurnal Studi Sosial, 6(1), 14-20.
Rambu, C. G. (2016). Penggunaan bahasa Indonesia dalam diplomasi pertahanan Indonesia terhadap negara ASEAN. Jurnal Pertahanan dan Bela Negara, 6(1), 213-228.
Saragih, H. M., No, J. S. M., & Pejaten, P. M. (2016). TANTANGAN DAN HARAPAN KOMUNITAS KEAMANAN ASEAN 2015. International & Diplomacy, 2(1), 19-32.
Qubaisy, R. (2019). PERAN INDONESIA DALAM PELAKSANAAN ASEAN TAHUN 2015-2017 (Doctoral dissertation, Universitas Wahid Hasyim Semarang)
Alam, G. N., Mahyudin, E., Affandi, R. N., Dermawan, W., & Azmi, F. (2022). Internasionalisasi bahasa Indonesia di Asean: suatu upaya diplomatik Indonesia. Dinamika Global: Jurnal Ilmu Hubungan Internasional, 7(01), 25-52.
Zulfikar, A. (2013). Bahasa Indonesia Sebagai Embrio Bahasa Asean. Makalah Dalam Konferensi Bahasa Indonesia X.