PERAKTA: Kisah Kemah Akhir Tahunku

Setiap akhir tahun pembelajaran sekolah kami akan mengadakan acara perkemahan atau biasa disebut PERAKTA (Perkemahan Akhir Tahun) kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa kelas sepuluh, kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan tanda bantara. PERAKTA tahun ini berbeda dengan tahun biasanya karena dilakukan saat sedang kondisi pandemi Covid-19, PERAKTA tahun ini dilakukan di lingkungan sekolah, kami tidak bisa mendirikan tenda seperti biasanya sehingga sebagai gantinya kita tidur di dalam kelas. Kegiatan ini menjadi berwarna dengan banyak kegiatan dan hal-hal menarik yang kita lakukan bersama. Kegiatan PERAKTA ini dilakukan selama tiga hari dua malam. Acara dimulai pada Jumat siang dan berakhir pada Minggu siang. Kita dibagi beberapa regu yang sama seperti saat kita melakukan latihan rutin setiap hari Jumat biasanya, satu regu terdiri dari dua belas orang itu diacak dari semua kelas IPA maupun IPS.

Hari pertama berkemah dimulai dengan apel. Apel dilakukan pada siang hari dengan cuaca yang sangat terik, sehingga lumayan banyak teman-teman saya yang tumbang. Setelah apel, kita berkumpul dengan kelompok masing-masing untuk menata barang dan menata tempat untuk kita istirahat. Satu kelas diisi oleh lima regu. Satu regu berisi sekitar sembilan sampai dua belas orang, sehingga dalam satu kelas itu ada sekitar lima puluh anak. Pada sore harinya, kita memasak bersama. Kita membagi tugas, ada yang bertugas masak, menyiapakan tempat untuk kita makan, dan ada juga yang bertugas untuk nanti membereskan. Kegiatan masak pada sore itu berlangsung agak lama karena awalnya gasnya susah dipasang. Kita memasak menggunakan bahan-bahan yang kita bawa yang sudah ditentukan sebelumnya. Setelah makanan matang, kita memakanya bersama sama sambil bercerita hal-hal apa yang akan kita lakukan nanti malam.

Pada malam harinya, sebelum tidur, kita bercerita tentang banyak hal kita. Tidur sekitar jam setengah sebelas malam, tapi jam dua pagi tiba-tiba pintunya dibuka dengan keras oleh kakak DA, yang kemudian teriak keras membangunkan kita dan cuma dikasih waktu satu menit buat ganti baju. Di situ, saya buru-buru gantinya sampai masang kancingnya tidak bener jadi tinggi sebelah. Kita disuruh langsung lari ke lapangan. Sampai lapangan, kita baris dan mata kita ditutup. Kita disuruh mengular memegang pundak temen di depan kita. Kita diarahin sama kakak DA hanya menggunakan tepukan tangan menuju ke lapangan besar yang ada di depan sekolah. Di situ, kita diwawancarai. Siangnya kita diberi beberapa materi oleh narasumber-narasumber yang keren. Malamnya, ada penampilan dari setiap regu ada yang bernyanyi ada yang menampilkan tarian tapi acara malam itu berlangsung kurang kondusif karena ada beberapa anak yang kesurupan.

Pagi pada hari ketiga, itu kita mengikuti kegiatan wide game. Dalam kegiatan itu kita berkeliling melewati sawah dan permukiman warga untuk menyelesaikan tugas yang ada di beberapa pos. Ada pos yel-yel, sandi rumput, sandi morse, semaphore, dan terakhir kita kembali ke lapangan besar depan sekolah untuk mengambil tanda bantara. Di situ, kita disuruh merangkak. Kita dikasih brotowali kita ditanya tentang adat-adat yang ada disekolah, jika salah, brotowalinya akan dikasih semakin banyak. Setelah minum brotowali, kita dikasih air kelapa, tetapi cuma sedikit banget tidak nyembuhin paitnya brotowali. Akhirnya kita mendapat tanda bantara. Setelah mendapatkan tanda bantara, kita melakukan kegiatan sapu jagat. Kegiatan sapu jagat bertujuan untuk membersihkan lingkungan agar kembali bersih dan rapi. Setelah selesi melakukan sapu jagat, kita berkumpul untuk mengikuti apel penutupan. Dalam apel tersebut kita memasangkan tanda bantara yang kita dapat sebelumnya di baju kita. Setelah apel penutupan selesai, kita beres-beres untuk pulang.

Meskipun sangat Lelah dengan semua kegiatan yang sudah kita lakukan, kami sangat senang. Pengalaman PERAKTA ini memang agak menyiksa pada beberapa bagian mulai dari minum brotowali yang pahit hingga dibangunkan tengah malam untuk lari ke lapangan tetapi semuanya terasa seru! Kami pulang dengan banyak cerita lucu dan pengalaman berharga tentang keberanian serta arti persahabatan. Kegiatan ini mengajarkan kami bahwa meskipun situasi tidak selalu nyaman, kebersamaan dan tawa dapat mengubah segalanya menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Kini, setiap kali saya melihat botol jamu brotowali atau mendengar cerita tentang kesurupan, saya selalu teringat akan momen-momen seru yang penuh tantangan ini bersama teman-teman saya. Dengan semua pengalaman tersebut, saya menyadari bahwa meskipun terkadang terasa menyiksa, setiap momen dalam hidup ini memiliki nilai tersendiri yang akan selalu dikenang selamanya.

1 Like