Penyesalan, harapan, dan kesadaran

PENYESALAN, HARAPAN, DAN KESADARAN

Saat setelah sholat Jum’at tepatnya pada 6 September 2002. lahir seorang anak laki-laki yang mungil dari rahim seorang ibu yang kuat dan lemah lembut. Saat itu orang-orang menyambutnya dengan rasa senang dan bahagia. Lantunan azan pun ikut menyambut kelahirannya yang dikumandangkan oleh sosok ayah yang tangguh tepat disebelah telinga bayi itu. Tak lupa juga doa dan harapan terus ditujukan pada anak itu.

Kini tepat 21 tahun sudah umur anak itu. Tentu itu bukan waktu yang singkat untuk dilalui olehnya. Banyak cerita, pengalaman, dan tentunya pelajaran yang didapat. Dan itu semua tak lepas dari doa dan dukungan orang tuanya yang senantiasa membimbing anak itu. Orang tuanya hanya lah orang biasa. Namun, doa dan nasihatnya sangat luar biasa bagi nya. Beliau bekerja keras demi pendidikan anak nya itu. Karena orang tuanya sangat mementingkan pendidikan anaknya. Alangkah beruntungnya anak itu mempunyai orang tua sepertinya.

Disini penulis ingin menceritakan tentang kehidupan seorang anak tadi yang telah dilaluinya selama ini hingga sampai titik sekarang.

Saat kecil anak itu bisa dibilang sedikit nakal. Contohnya waktu itu saat anak itu di ajak ke rumah sanak saudara nya anak itu sangat rewel. Caranya mengajak orang tuanya pulang dengan menarik-narik kerudung yang dikenakan oleh ibunya sehingga orang-orang sudah tidak heran lagi dengan cara si anak itu jika ingin mengajak pulang. Bahkan anak itu dulunya pernah dicekoki cabe oleh ibunya Karena sering ngomong kotor. Dulunya anak itu sangat cengeng ketika pertama kali masuk sekolah, anak itu tidak mau ditinggal oleh orang tuanya saat diantarkan ke sekolah. Dengan kesabaran orang tuanya anak itu harus ditunggu selama proses belajar disekolah. Melihat anak itu yang nakal dan tidak mau masa depan anak itu suram. Setelah lulus SD orang tua nya memasukkan anak itu ke sebuah pondok pesantren di daerahnya dengan harapan anaknya itu memahami dan mendalami ilmu agama. 6 tahun lamanya anak itu menempuh pendidikan di pesantren itu. Banyak cerita dan pengalaman yang dialami nya selama di pesantren, suka dan duka pun telah ia lalu bersama teman-teman nya. Merajut silaturahmi dan rasa persaudaraan yang erat bagaikan sebuah ikatan pada sapu lidi. Berbagai daerah disatukan di sana, di tempat yang sama menjadi keluarga besar yang dibanggakan. Namun ketika telah sampai diujung kelulusan, perjalanan mereka harus terhalang oleh sebuah wabah virus yang menggemparkan dunia. Semua agenda dan plening kedepannya rusak diterjang wabah itu. Dan dengan ada nya edaran surat dari pemerintah mereka pun di lulus kan begitu saja.

Usai sudah pendidikan nya di pesantren, anak itu pun kembali ke rumah dengan perasaan senang. Karena telah keluar dari penjara suci yang ia huni selama 6 tahun itu. Dengan harapan setelah ia lulus dari pesantren, kehidupan nya bisa bebas di luar. Namun itu semua hanya angan-angan saja Karena situasi virus yang meraja lela, orang tua nya pun membatasi kegiatan nya diluar rumah. Hingga pada suatu malam ketika ibu nya bangun ingin melaksanakan sholat Sunnah, ibunya mendengar bahwa anak itu belum tidur. Sontak ibunya menggedor pintu kamar nya dan ketika dibuka anak itu mendapati ibunya yang sudah duduk dengan air mata membasahi mata cantiknya. Dengan tersedu-sedu ibu itu menasehati anak nya itu. Menanyakan “Nak, kenapa kamu ngerokok.” Anak itu pun hanya bisa menunduk dan diam mendengarkan nasehat ibunya itu. Di hati anak itu ingin memberontak namun ia tidak bisa mengungkapkannya. Di dalam hatinya berkata " Aku ingin bebas Mak, aku sudah besar." Keesokan harinya penyesalan menghampirinya karena telah membuat ibu nya menangis. Anak itu pun meminta maaf dan memohon kepada ibunya agar di maafkan kesalahannya.

Seiring berjalannya waktu, setelah kejadian itu akhirnya ia pun menyadari bahwa semua nasihat dan peringatan dari orang tuanya itu baik untuk dirinya. Setahun sudah berlalu setelah kelulusannya. Orang tuanya ingin anak nya itu melanjutkan perkuliahan. Ia melanjutkan perkuliahan di salah satu universitas yang ada di kota istimewa. Dan dengan keinginannya dan keinginan orang tua nya akhirnya anak itu melanjutkan pendidikan di pesantren yang dibarengi dengan kuliah. Dengan harapan ketika pulang nanti bisa bermanfaat untuk masyarakat. Kini tepat satu setengah tahun sudah anak itu menempuh pendidikan di kota istimewa itu.

Penulis : Jamall

2 Likes