Pentingnya mengenal kegandaan makna

Penggunaan bahasa oleh sekelompok masyarakat merupakan sarana bagi manusia dalam menyampaikan suatu gagasan ataupun ide. Hal tersebut menjadikan bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Pada setiap kata atau kalimat yang diucapkan manusia dalam sebuah interaksi, di dalamnya memuat makna. Tak heran, terkadang sering terjadinya perselisihan akibat perbedaan pemahaman makna akibat penggunaan kata dalam penyampaian maksudnya memiliki makna ganda.

Kegandaan makna dapat terjadi baik dalam ujaran lisan maupun tulisan. Tafsiran lebih dari satu ini dapat menimbulkan keraguan dan kebingungan dalam mengambil keputusan tentang makna yang dimaksud. Faktanya dalam ranah pendidikan terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami kata-kata yang bermakna ganda karena mereka membuatnya berjuang dengan memahami teks (Hasni, 2019; Bangun, 2016). Siswa menjelaskan bagaimana dia mudah bingung dengan kata-kata yang bermakna ganda. Maka dari itu, perlu adanya pemahaman tentang kegandaan makna. Berpijak dari masalah tersebut, maka sangat penting adanya pemahaman tentang relasi makna terlebih kegandaan makna dalam semua pembelajaran.

Kegandaan makna merupakan adalah suatu kondisi yang timbul dalam berbagai cara (Ullman, 2014: 196). Kegandaan makna atau keambiguan adalah gejala yang terjadi dalam frase atau kalimat akibat makna yang memiliki makna ganda atau lebih dari satu arti yang terjadi pada kalimat akibat adanya penafsiran dalam stuktur gramatikal atau struktur tata bahasa yang berbeda (Chaer, 2013: 105). Kegandaan makna yang paling dikenal banyak orang adalah polisemi dan hominimi.

Polisemi merupakan suatu unsur fundametal tutur manusia yang mampu muncul dalam berbagai cara (Ullman, 2014: 202). Polisemi menurut Chaer (2013: 101) merupakan pe-rangkat bahasa pada kata juga frase dan memiliki makna ganda, memiliki lebih dari satu makna. Hal tersebut sejalan dengan Kridalaksana (2011: 197) yang menyatakan bahwa polisemi adalah pemakaian bentuk bahasa seperti kata, frase, dsb dengan makna yang berbeda-beda. Contoh: saya masih punya hubungan darah dengan keluarga Bu Ari (hubungan darah= saudara).

Homonimi adalah dua buah kata atau lebih yang memiliki bunyi identik mirip. Parera (2004: 81) mengemukakan bahwa homonim adalah dua ujaran dalam bentuk kata yang sama lafalnya dan atau sama jaannya/ tulisannya. Ullman juga memberikan contoh sebagai berikut: kata “kali” yang memiliki makna sungai dan “kali” yang bermakna kelipatan (Ullman, 2014: 201) menjelaskan tentang. Meskipun memiliki kesamaan pengucapan pada suatu kata, tapi huruf pada katanya berbeda (hal tersebut juga sebagai homonimi).

Pemahaman yang kuat terhadap konteks kegandaan makna akan membuat siswa mudah dalam melakukan interaksi lisan/tulisan, meskipun banyak faktor yang nantinya akan mempengaruhi kegandaan makna pada saat penggunaannya. Siswa dalam proses pembelajaran juga dalam memahami kegandaan makna dalam suatu teks pembelajaran, dengan begitu siswa dapat menyerap informasi dengan baik.

Daftar Pustaka:
Bangun, E, BR. (2016). Hubungan Penguasaan Relasi Makna Dengan Kemampuan Menggunakan Kalimat Kelas Ix Smp Negeri 3 Barusjahe. Wahana Inovasi. 5(02). 369-387.
Chaer, A. (2013). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hasmi, L. (2019). Kemampuan Memahami Relasi Makna Siswa Kelas V Sd Negeri 02
Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi Dengan Menggunakan Metode Kooperatif Tipe Make A Match. Menara Ilmu. 8(5). 59-66
Kridalaksana, H. (2011) . Kamus Linguistik. Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama.
Parera, J. D. (2004). Teori semantik. Erlangga.
Ullman, S. (2014). Pengantar Semantik. terj. Sumarsono. Yogyakarta: PustakaPelajar

2 Likes