Peniruan Bunyi dan Penyebutan Bagian dalam Tataran Semantik

Hai sobat mijil? Perlu kalian ketahui bahwa semantik merupakan salah satu cabang dari ilmu linguistik yang menyelidiki tentang makna bahasa. Dalam kajiannya, semantik berperan dalam penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya pada suatu sistem (Permata dkk., 2020). Pada faktanya, dalam kehidupan manusia sehari-hari tidak akan terlepas dari tataran semantik. Seseorang akan terus -menerus melontarkan berbagai kalimat dan tuturan sebagai alat komunikasi dalam melakukan aktivitas. Dan dalam percakapan-percakapan yang dilakukan oleh seseorang, pasti akan terkandung sebuah makna. Percakapan tersebut apabila dikaitkan dengan kajian semantik, maka objek kajian yang dibahas yaitu mengenai makna ataupun makna yang sebenarnya dalam satuan bahasa. Selain pada kalimat atau tuturan dalam percakapan seseorang, adanya suatu makna dapat pula ditemui pada kajian penamaan yang disandang oleh manusia sebagai suatu yang melekat pada kehidupan ataupun aktivitas keseharian seseorang.

Penamaan sendiri menurut Chaer (2013) merupakan suatu proses yang melambangkan tiga komponen yakni suatu konsep, benda, dan peristiwa untuk mengacu pada suatu referen yang berada di luar bahasa. Penamaan terbentuk karena dipengaruhi oleh berbagai sebab yang dilatarbelakangi oleh beberapa faktor seperti peniruan bunyi, penyebutan bagian, penyebutan sifat khas, penemu dan pembuat, tempat asal, bahan, keserupaan, pemendekan, dan penamaan baru. Dalam berbagai penamaan tersebut, penulis akan memaparkan lebih rinci mengenai peniruan bunyi serta penyebutan bagian.

Sudaryanto (1989:113) mengemukakan bahwa tiruan bunyi merupakan cerminan dari kata-kata yang membentuk suatu aspek menjadi kenyataan tertentu, dimana sebuah benda atau keadaan tertentu dinamakan dengan bunyi atau membuat kesan yang timbul dengan ungkapan dalam bentuk tulisan. Peniruan bunyi apabila didasarkan pada nama julukan orang merupakan penamaan yang dilatarbelakangi oleh hasil suara yang ditimbulkan oleh suatu benda tersebut seperti manusia (Kustina, 2020). Tiruan bunyi ini dapat timbul dari berbagai faktor seperti, benda atau gerakan yang dialami tokoh misalnya: menangis, tertawa, menyuruh orang lain, berjalan, berlari dan sebagainya, tak terkecuali suara yang dihasilkan oleh hewan. Tiruan bunyi yang dihasilkan dari berbagai benda dapat pula berasal dari tabrakan antar dua benda, seperti benda jatuh, letusan benda dan benda lain-lain.
Seperti contoh :

  • Terdengar bunyi “tok tok tok” ketika seseorang sedang megetuk pintu
  • Terdengah bunyi “duar” ketika terdapat barang yang meletus atau meledak seperti ban meletus, balon meletus, atau gas elpiji yang meledak, dan petasan yang diledakkan
  • Terdengar bunyi “klik” ketika memutar anak kunci, seperti aktivitas memutar kunci kendaraan, ataupun memutar kunci rumah
  • Terdengar bunyi “plak” ketika terdapat seseorang menggunakan tanganya untuk menampar
  • Terdengar bunyi “kukuruyuk” ketika ayam jantan berkokok, “gug gug” ketika anjing menggonggong, “meong” ketika kucing mengeong
  • Terdengar bunyi “pyar” ketika suatu benda berbahan kaca pecah, seperti gelas kaca, piring, dan kaca jendela

Kemudian menurut Manaf (dalam Mukhlis, 2016:46), penamaan berdasarkan penyebutan bagian merupakan penamaan yang dapat dilakukan dengan menyebutkan bagian dari objek yang dinamai. Julukan berdasarkan penyebutan bagian dibagi kembali menjadi dua macam yaitu pars prototo dan totem proparte. Penyebutan bagian tersebut dapat berupa penyebutan bagian yang mengartikan keseluruhan atau pars prototo dan penyebutan bagian dari keseluruhan tapi yang dimaksud adalah sebagian atau biasa disebut dengan totem proparte.
~ Contoh Gaya bahasa pars pratoto:

  • “Seekor ayam masuk ke kandang ketika sore hari.”
    Penjelasan: kata “seekor” merujuk kepada ayam secara keseluruhan, bukan hanya ekor ayam saja.
  • “Keluarga Pak Cahya terpaksa untuk angkat kaki dari rumah kontrakan, karena belum membayar uang sewa selama 3 bulan."
    Penjelasan: kata “angkat kaki” mewakili keseluruhan anggota tubuh, bukan hanya salah satu anggota bagian tubuh yaitu kaki. Angkat kaki sendiri mempunyai arti yaitu pergi atau meninggalkam rumah.
  • “ 100 kepala keluarga akan melakukan transmigrasi sebagai imbas dari penggusuran lahan."
    Penjelasan: frasa “kepala keluarga” bukan hanya berarti kepala keluarga yaitu ayah yang akah melakukan transmigrasi, melainkan juga bersama istri dan anaknya.

~ Contoh Gaya Bahasa totem Pro parte:

  • “Aplikasi Ruang Guru memberikan beasiswa bagi para pelajar yang berprestasi.”
    Penjelasan: Kata “Ruang Guru” dapat diartikan sebagai perwakilan dari berbagai petinggi perusahaan ruang guru yang memberikan beasiswa.
  • “Polri telah berhasil menangkap penjahat dalam kasus pembunuhan berencana."
    Penjelasan: Kata “Polri” mempunyai maksud bahwa hanya beberapa anggota polisi saja yang menangkap penjahat tersebut dan kata Polri sendiri hanya sebuah perwakilan saja.
  • “Vietnam berhasil memboyong ratusan medali di SEA Games tahun 2022.”
    Penjelasan: Kata “Vietnam” mempunyai maksud bahwa Vietnam dijadikan sebagai perwakilan dari beberapa atlett yang berhasil memperoleh mendali.

Dengan demikian, terbukti bahwa sangat luas sekali kajian yang dibahas dalam semantik, termasuk kajian dalam penamaan yang berupa peniruan bunyi dan penyebutan bagian. Apabila melihat dari peniruan bunyi, maka bisa dibilang bahwa kajian ini dapat diperoleh dari suara-suara unik yang dihasilkan atau didengar secara tidak sengaja oleh manusia dalam aktivitas yang dilakukanya, seperti suara hewan ataupun benda terjatuh. Sedangkan apabila melihat dari penyebutan bagian, maka lebih berkaitan dengan gejala umum dalam pemakaian bahasa yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari termasuk di acara berita televisi.

Referensi:

Permata, F., Dewi, K., Astuti, P. P., Novita, S., & Medan, U. N. (2020). Metafora Dalam Lirik Lagu Agnez Mo : ASAS: Jurnal Sastra, 9(2), 72– 80.

Chaer, A. (2013). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. PT. Rineka Cipta.

Sudaryanto. 1989. Pemanfaatan Potensi Bahasa; Kumpulan Karangan Sekitar dan Tentang Satuan Lingual Bahasa Jawa Yang Berdaya Sentuh Indrawi. Yogyakarta: Kanisius

Kustina, R. (2020). Onomatope Bahasa Devayan. Jurnal Metamorfosa, 8(1), 112-122.

Mukhlis, M. (2016). Penamaan Julukan Orang di Kelurahan Sedinginan Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir Suatu Kajian Semantik. Geram (Geram Aktif Menulis), 4(3), 40-48.

1 Like