Penggunaan Diksi 'keseleo' dalam judul hedaline news

Oleh: Nurlaelah Mahmud & M. Rohmadi

“Menggelikan, Spanduk Ramadhan Acep Purnama ‘Keseleo’ Syawal. Penggunaan kata ‘keseleo’ pada judul headline news Inilah Kuningan yang terbit pada 29 Maret 2023 yang lalu tentunya memiliki makna yang berbeda dari makna sebenarnya. Seperti yang kita ketahui Bersama bahwa ‘keseleo’ merupakan salah satu penyakit yang diderita oleh manusia yang memberikan dampak negatif bagi Kesehatan. Namun penggunaan kata ‘keseleo’ ini ternyata tidak pada makna sebenarnya namun tetap memiliki persepsi yang sama dalam hal memiliki stigma negatif.

Menilik dari isi berita, permasalahan utama yang disajikan dalam informasi itu adalah Spanduk yang berlogo Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang memiliki ciri khas kepala banteng yang didominasi warna merah, di kabupaten Kuningan. Dalam spanduk itu terdapat foto bupati kuningan dan salah satu caleg DPRD Sulawesi Barat. Kedua tokoh ini bernaung dipartai politik berlambang Kepala Banteng tersebut. Sepintas tidak ada yang aneh dalam spanduk tersebut. Namun pada saat membaca isi spanduk tersebut, yang diketahui spanduk tersebut merupakan ucapan selamat menyambut bulan suci Ramadhan 1 Syawal 1444 Hijriah, disusul tulisan Marhaban Ya Ramadhan

Dari dikisi Syawal ini tentunya memberikan dampak pada makna penulisan dari seluruh rangkaian kalimat tersebut menjelaskan pada pembaca bahwa terdapat kesalahan dalam penggunaannya. Sebagaimana kita ketahui dalam ajaran umat Islam kita mengenal bulan Ramadhan merupakan 1 Ramadhan, sedangkan 1 Syawal adalah merupakan nama bulan hijriah berikutnya yang menandakan ummat islam merayakan hari raya idul fitri pada tanggal tersebut.

Letak diksi ‘keseleo’ disini berada pada kesalahan penulisan bulan ‘Syawal’ yang harusnya bulan Ramadhan. Namun tampaknya sampai pada pemasangan spanduk spanduk tersebut, tim ini tidak menyadarinya, sehingga spanduk-spanduk tersebut menuai kontrofersi di masayarakat, bahkan salah satu warga menanggapi, jika spanduk tersebut dibiarkan terpasang, maka dapat mencederai ummat silam.

Menganalisis dari kesalahan penulisan tersebut dapat kita simpulkan bahwa hal tersebut dapat memberikan dampak negatif bagi stigma masyarakat. Penggunaan diksi salah satu penyakit yang diderita oleh manusia bukan pertama kalinya saya dapati, dalam proses persidangan Ferdi Sambo beberapa waktu lalu terdapat juga penggunaan diksi ‘masuk angin’ yang tentunya tidak berada pada makna sebenarnya namun kedua diksi ini ‘keseleo’ dan ‘masuk angin’ memiliki kesamaan mendasar yaitu memiliki makna negatif.

Biodata Penulis:

Nurlaelah Mahmud, lahir di Rappang, Sidrap, Sulawesi Selatan. Mahasiswa doktoral prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta serta tenaga pengajar di Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang.

M. Rohmadi merupakan ketua ADOBSI (Asosiasi Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia). Ia juga merupakan salah satu dosen di Universitas Sebelas Maret Surakata.

1 Like