Pengaruh Media Sosial terhadap Kesehatan Mental

cec7c8b9fd07362daf0cd27a0843540c
(Sumber: pinterest.id)

Perkembangan teknologi yang semakin cepat menghantarkan dunia yang sangat luas ini seakan tidak ada jarak. Salah satu wujud dari perkembangan teknologi yaitu media sosial. Media sosial pada era sekarang ini menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari aktivitas kehidupan sehari-hari dari hamper semua di berbagai kalangan usia. Namun dengan berinteraksi sosial melalui media sosial kita tidak melulu mendapatkan materi positif saja, tetapi tentu juga ada materi negatifnya. Karena seseorang yang menggunakan media sosial secara terus menerus dapat menyebabkan perasaan kecanduan, menutup diri, memikirkan sesuatu yang tidak realistis, menjadi cemas, takut, dan berdampak pada depresi karena tidak bisa menempatkan dirinya pada situasi yang menekan perasaannya. Maka dari itu, dibutuhkan kesehatan untuk berpikir positif, mampu belajar dari pengalaman, mampu menilai kekuatan dan kelemahan dirinya dalam bermedia sosial. Sebelum itu, mari kita kenal lebih dalam tentang media sosial dan kesehatan mental.

Media sosial adalah suatu sarana untuk menyampaikan pesan atau informasi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi agar komunikasi dapat berjalan dengan baik. Dengan adanya media sosial kita dapat berinteraksi antara individu dan masyarakat dimanapun dan kapanpun tanpa khawatir tentang seberapa jauh jaraknya. Sedangkan kesahatan mental adalah sebuah cabang ilmu psikologi yang menekankan pada kondisi kejiwaan seseorang, terhindarnya gangguan dan penyakit jiwa dalam diri seseorang sehingga seseorang tersebut dapat dikatakan memiliki mental/jiwa yang sehat dan baik. (Rosa Lisa, 2020)

Media sosial biasanya menjadi sarana untuk mengekspresikan diri. Jika intensitas penggunaan media sosial semakin tinggi maka cenderung menyebabkan kecanduan. Kecanduan ini dapat menimbulkan masalah psikis. Ketergantungan terhadap media sosial ini menyebabkan sesorang merasa hidupnya tidak lengkap jika ia tidak membuka media sosial sehari saja. (Taqwa, 2018). Dengan adanya hal tersebut, dimungkinkan pengguna media sosial menjadi malas mengerjakan hal-hal produktif, mungkin juga bisa menjadi lebih narsis bahkan angkuh.

Munculnya gangguan kejiwaan ini disebabkan oleh kecenderungan penggunanya membandingkan dirinya dengan pencapaian, keberhasilan, dan kesempurnaan hidup orang lain. Saat orang lain mengunggah postingan yang mempertontokan pencapaiannya, mungkin hal tersebut menjadikan kita terpacu untuk bersemangat dan termotivasi agar menjadi lebih baik. Namun jika hal tersebut justru menjadikan kita iri hati, insecure, dan overthinking bagaimana jadinya? Tentu hal tersebut akan merusak diri kita sendiri khususnya kesehatan mental kita.

Selain itu, koneksi yang terbentuk di media sosial tidak berlangsung melalui tatap muka secara langsung. Hal ini memungkinkan sebagian orang menjadi kurang terpuaskan secara emosional , sehingga munculnya rasa terisolasi dari kehidupan sosial.

Begitulah besarnya pengaruh media sosial yang dapat mendistraksi pikiran dan perasaan kita baik itu persepsi positif maupun negatif. Media sosial seakan menjadi sebuah standar kehidupan, menjadi ajang perlombaan yang mengakibatkan adanya rasa enggan terkalahkan dari orang lain. Wajar saja jika apa yang kita lihat di media sosial terlihat menggoda, terlihat sempurna, seakan hidup kita selalu kalah dan tak sebanding dengan mereka. Karena tidak ada yang senang jika memperlihatkan hal-hal buruk terjadi pada dirinya di media sosial.

Kalau begitu, bagaimana cara kita menyikapi hingar bingar media sosial yang gemerlap ini? Mari kita ingat kembali, kita tidak bisa mengontrol apa yang orang lain unggah di media sosial. Maka seharusnya kita tidak bisa menyalahkan orang lain, saat diri ini merasa sesak karena insecure dan overthinking. Kuncinya kita harus bisa mengendalikan pikiran atau persepsi diri sendiri.

Maka dari itu, cobalah ikuti konten positif dan bermanfaat agar konten itu bisa senantiasa memberikan vibes baik bagi kita. Jangan lupa untuk memberi penghargaan pada diri sendiri (self acceptance), kenali dirimu lebih dalam agar kamu bisa lebih percaya diri. Kemudian berhentilah membandingkan dirimu dengan orang lain agar tidak semakin menyesakkan hati dan pikiranmu. Mulailah berlatih merasakan sesuatu saat ini tanpa melalui penilaian (mindfulness). Yang terakhir, cobalah memilih persepsi positif baik saat menanggapi unggahan orang lain maupun saat mengunakan akunmu sendiri. (injo.id, 2021)

Kelima poin di atas dapat dijadikan alternatif untuk menciptakan kesehatan mental dalam bermedia sosial. Keluar dari rasa insecure dan overthinking merupakan bentuk rasa sayang kita terhadap diri sendiri. Sekaligus meningkatkan rasa syukur dan husnudhon kepada Allah. Kurangilah respon terhadap apa yang berada di luar ranah kendali, karena bahagia terdapat pada persepsi diri sendiri, bukan digantungkan pada opini di luar diri.

1 Like