Pengalaman pertama naik gunung

Aku masih ingat dengan jelas pengalaman pertamaku naik gunung. Saat itu aku masih di usia 18 tahun dan baru saja lulus SMA. Rasa penasaran dan keinginan untuk mencoba hal baru mendorongku untuk mengikuti pendakian gunung bersama teman-teman satu angkatan.
Gunung yang kami pilih adalah Gunung Prau, sebuah gunung yang terkenal dengan keindahannya di Jawa Tengah. Aku dan teman temanku berangkat pukul 7 pagi dan kira kira sampai lokasi pukul 2 sore. Aku dan teman temanku memilih basecamp kalilembu dan sebelum itu kami registrasi terlebih dahulu. Perjalanan dimulai dari basecamp Kalilembu, di mana kami bersiap diri dengan mengecek perlengkapan dan melakukan pemanasan.
Langkah pertama itu terasa sangat ringan dan penuh semangat. Pemandangan alam yang indah dan udara yang sejuk membuatku semakin bersemangat untuk mendaki. Tapi, rasa lelah mulai terasa setelah beberapa jam perjalanan. Medan yang terjal dan tanjakan yang curam membuatku harus mengeluarkan tenaga ekstra, bahkan sampai pos 1 saja nafasku sudah tidak beraturan haha.
Di tengah perjalanan mau ke pos 2, aku dan teman temanku sempat istirahat sebentar untuk mengatur nafas masing-masing, karena sangat lelah sekali jika harus memaksa naik lagi. Di sela sela kita istiahat kami melakukan foto bersama untuk dokumentasi, karena sangat sangat rugi jika di pengalaman kali ini tidak banyak melakakukan foto foto. Kemudian setelah kami kira kira sanggup untuk lanjut lagi, kami mulai naik lagi pelan pelan. Kemudian setelah sampai di pos 3 kami istirahat lagi dan memakan cemilan yg kami bawa sendiri sendiri, kami sangat menikmati sambil bercanda tawa. Dan akhirnya kami sudah mulai cukup semangat lagi untuk lanjut, kami langsung melanjutkan perjalanan ke puncak.
Tibalah kami di sabana gunung prau yang sangat indah dan sejuk, kami melakukan banyak dokumentasi di sini karena memang seindah itu buat di posting untuk story instagram. Kemudian kami melanjutkan lagi karena kami rasa sudah cukup.
Saat kami melanjutkan tiba tiba kabut mulai turun dan kami terpaksa memasang tenda di salah satu bukit yg cukup dekat dengan kami karena ya memang waktu sudah menunjukkan jam setengah 6. Kami bersama-sama membuat tenda secepat mungkin dan teliti sehingga tidak ada kesalahan yg terjadi. Sementara yang lain memasak untuk makan kami sore ini. Karena tenda sudah terpasang, kami memasukkan barang-barang kami ke dalam tenda dan merapikannya. Setelah itu kami makan bersama di selingi canda dan tawa menceritakan kejadian lucu yang tadi di alami kami semua.
Dan waktu sudah memasuki waktu maghrib, kami melakukan sholat berjamaah di luar tenda, kami wudhu dengan melakukan takyamum di karenakan kami kurang membawa cukup air jika mau pakai air. Kemudian di pertengahan kami melakukan sholat, aku merasakan ada langkah kaki yang aku kira itu pendaki lain atau setan, karena memang suaranya sangat menyeramkan dan membikin merinding badanku. Tapi ternyata ada sekelompok babi hutan lewat di depan kami yang sedang menjalankan sholat berjamaah, di situ kami dengan sangat hati hati pelan pelan saat melakukan sholat. Yang tadinya imam membaca surat cukup keras menjadi lebih pelan membacanya. Di situ kami sangat takut dan deg degan karena memang babi hutan nya besar dan banyak kabut di sekeliling kami sehingga menciptakan suasana yang mencekam. Kemudian selesai sholat dan babinya sudah mulai menjauh kami pelan pelan masuk ke dalam tenda masing-masing, dan mematikan lampu karena mungkin babi tersebut merasa terpanggil karena ada cahaya dan ada bau amis dari masakan kami tadi.
Kemudian di jam 8 kabut sudah hilang dan langit sudah cerah kami memberanikan diri untuk keluar tenda menikmati pemandangan citylight di dieng. Kami membuat kopi dan susu untuk menghangatkan tubuh karena sangat dingin sekali saat itu.
Tak terasa sudah pukul 11 kami pun masuk tenda dan tidur untuk melanjutkan ke puncak esok hari. Habis itu jam 4 kita bangun dan merapikan tenda untuk melanjutkan ke puncak dan untuk menikmati sunrise.
Saat aku hampir mencapai puncak, rasa lelah seakan terbayarkan dengan pemandangan yang luar biasa indah. Hamparan perbukitan hijau, langit biru yang cerah, dan lautan awan yang putih membuatku terpaku kagum.
Berdiri di puncak Gunung Prau, aku merasakan kebahagiaan dan rasa bangga yang luar biasa. Aku telah berhasil menaklukkan diri sendiri dan mencapai puncak gunung untuk pertama kalinya.
Pengalaman pertama naik gunung ini mengajariku banyak hal tentang arti perjuangan, kerja sama, dan rasa syukur. Aku belajar bahwa untuk mencapai sesuatu yang indah, dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Aku juga belajar bahwa kerja sama tim dan saling mendukung adalah kunci untuk mencapai kesuksesan.
Pengalaman ini akan selalu aku ingat sebagai salah satu momen paling berkesan dalam hidupku. Aku tak sabar untuk kembali mendaki gunung bersama teman temanku dan merasakan kembali keindahan alam yang luar biasa.