Salah satu pengalaman yang pernah aku alami dan tidak akan pernah aku lupakan adalah saat pertama kali aku melakukan operasi usus buntu di salah satu rumah sakit umum di kotaku. Saat itu, aku berada di bangku kelas dua SMP pada tahun 2019. Ya, itu terjadi lima tahun yang lalu.
Gejala yang aku rasakan pada waktu itu adalah sakit di perut bagian bawah sebelah kanan. Aku merasakan sakit perut itu, saat sedang pergi bermain dengan temanku. Ketika pulang ke rumah rasanya perutku semakin sakit bahkan sampai malam hari, meskipun sudah diberi obat pereda nyeri dan dikompres air hangat. Saat itu juga, aku langsung memberi tau ibuku. Ibu meminta tolong pada tetanggaku yang seorang perawat untuk membantu mengecek keadaanku saat itu, karena ibu sudah menduga bahwa ada sesuatu yang terjadi. Tetanggaku bilang, bahwa aku harus dibawa ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut.
Besok paginya, ibuku memutuskan untuk membawaku ke puskesmas untuk diperiksa. Saat sampai di puskesmas dan mengisi data diri, aku dipanggil ke dalam ruangan untuk di periksa kondisi perutku. Dokter mengatakan bahwa kemungkinan besar aku mempunyai usus buntu, jadi aku diminta mengambil rujukan ke rumah sakit yang lebih besar untuk diperiksa lebih lanjut lagi oleh dokter spesialis penyakit dalam. Setelah mendengar itu, seketika ibu dan aku terdiam. Kami masih belum percaya bahwa ternyata hal buruk yang kami bayangkan telah terjadi. Kalau memang benar aku mempunyai usus buntu, maka kemungkinan besar harus di operasi, yang tentunya akan membutuhkan biaya sangat banyak.
Akhirnya, ibu memutuskan untuk membawaku ke rumah sakit sore itu. Di rumah sakit itu aku harus menjalani beberapa pemeriksaan dahulu, seperti USG dan juga Rontgen. Saat konsultasi, dokter mengatakan memang harus segera dilakukan operasi sebelum infeksi dan akan semakin bertambah parah. Awalnya aku sempat menolak untuk dioperasi, karena yang aku pikirkan adalah operasi itu pasti sangat sakit sekali. Namun, pada akhirnya setelah dibujuk oleh keluarga, akupun mau untuk dioperasi.
Aku tidak langsung menjalani operasi hari itu, karena ada beberapa prosedur yang harus dipenuhi oleh pihak keluarga pasien sebelum dilakukannya operasi besar. Jadi aku diminta untuk pulang ke rumah dulu, dan menunggu hingga tiga hari. Setelah tiga hari melakukan pemeriksaan itu, aku kembali ke rumah sakit untuk mulai dirawat sebelum melakukan operasi. Sebelum masuk ke ruang perawatan, aku harus melakukan pemeriksaan kesehatan dulu di IGD dan ibuku diminta untuk menandatangani dokumen yang dibutuhkan untuk melakukan perawatan kedepannya. Baru setelah itu, aku dibawa ke ruang perawatan, dan diharuskan untuk berpuasa setelah makan siang sampai saatnya operasi nanti.
Operasiku dimulai pukul 8 malam, dan akan berlangsung selama dua jam. Sebelum aku dibawa ke ruang operasi, banyak anggota keluarga yang datang memberikan semangat dan doa untuk kelancaran operasi juga kesembuhanku. Karena operasi usus buntu ini termasuk dalam operasi besar, jadi aku harus dibius total. Setelah dua jam berlalu, akhirnya tindakan operasi selesai. Aku tidak langsung dibawa kembali ke ruang perawatan, tetapi menunggu hingga aku mulai kembali sadar secara total dari bius. Saat mulai memasuki ruangan dan aku melihat wajah ibuku, disitu aku mulai menangis karena merasakan sakit. Ya, sakitnya mulai terasa saat efek bius itu menghilang.
Aku menjalani perawatan pasca operasi selama tiga hari di rumah sakit. Banyak tenaga medis yang memberiku doa dan semangat agar aku cepat sembuh. Teman-teman, saudara, bahkan tetangga juga banyak yang datang untuk menjengukku di rumah sakit. Akhirnya, setelah tiga hari aku dirawat di rumah sakit, aku diperbolehkan untuk pulang ke rumah, dengan catatan aku harus lebih menjaga kesehatan dan mengatur pola makan.
Karena penutup luka jahitanku harus rutin diganti, jadi setiap seminggu sekali ada perawat yang datang ke rumah. Pernah waktu itu saat bangun tidur, bajuku basah di area perut. Ternyata setelah diperiksa, jahitan di perutku sedikit terbuka dan bocor. Melihat itu, keluargaku sempat khawatir kalau aku harus dibawa ke rumah sakit lagi. Namun, perawatku bilang tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Mulai saat itu, aku dilatih untuk belajar berjalan dengan normal kembali, agar jahitan di perutku tidak kaku.
Sampai sekarang, pengalaman ini masih teringat jelas untukku dan tidak akan pernah aku lupakan. Dari pengalaman ini, aku belajar untuk lebih memperhatikan kesehatan hingga sekarang. Mengonsumsi makanan sehat, dan minum banyak air putih adalah cara untuk mencegah penyakit. Aku berharap tidak ada yang mengalami hal sama sepertiku. Jagalah kesehatan, untuk masa depan.