Saat itu tahun 2018, dimana aku masih duduk di bangku sekolah dasar yang bernama SD Negeri Kaliharjo. Setelah seleksi dari tingkat sekolah sampai tingkat Kabupaten, akhirnya aku dan sekolahku terpilih untuk mewakili Kabupaten Purworejo dalam kegiatan Jambore Daerah SD/MI 2018. Selain sekolahku, perwakilan Purworejo saat itu ada dari SD Negeri Kaliboto. Saat itu jumlah siswa yang terpilih yaitu, 10 putra dan 10 putri dari SD Negeri Kaliharjo serta 10 putra dan 10 putri dari SD Negeri Kaliboto.
Karena saat itu waktu untuk latihan cukup singkat, kami hampir setiap hari melaksanakan latihan. Dimana tempat latihan kami selalu berganti-ganti, terkadang di SD Negeri Kaliharjo, kemudian hari berikutnya di SD Negeri Kaliboto dan hari selanjutnya di Sanggar Bhakti Purworejo. Kegiatan latihan dilakukan setelah pulang sekolah, namun di hari libur kami latihan dari pagi. Saat itu rata-rata dari kami sudah duduk di bangku kelas 6. Jadi, kami harus bisa membagi waktu sebaik mungkin untuk belajar dan juga latihan.
Setelah latihan yang cukup singkat namun berkesan, hari pemberangkatan pun tiba. Saat itu orang tua kami mengantarkan kami ke Sanggar Bhakti Purworejo. Di sana kami berpamitan untuk melaksanakan Jambore selama kurang lebih satu minggu. Kami berangkat dengan dua bus ditemani kakak-kakak pembina Kwartir Cabang. Perjalanan selama kurang lebih 3 jam kami lalui dengan penuh suka cita. Saat itu kami banyak bercerita dan bercanda tawa selama perjalanan. Dengan begitu kami semakin dekat dan mengenal satu sama lain.
Kami tiba di Bumi Perkemahan Munjuluhur sehari sebelum kegiatan dibuka. Di sana sudah banyak peserta dari daerah lain yang berdatangan. Kami segera mencari tenda kontingen kami. Saat itu tenda memang sudah didirikan oleh kakak pembina dan orang-orang yang membantu dari kontingen kami. Sehingga, saat kami tiba tinggal mencari tenda kontingen kami saja. Yang pertama kami kunjungi adalah tenda miliki regu putra, kemudian kami berjalan cukup jauh untuk sampai tenda regu putri. Setelah tiba di tenda, kami segera menata barang-barang kami di dalam tenda yang akan menjadi rumah kami selama satu minggu. Ukuran tenda tersebut cukup besar dan luas karena harus menampung 20 orang. Untuk kakak-kakak pembina kami, mereka menggunakan tenda ukuran sedang.
Setelah itu, kami mulai membagi jadwal kegiatan kami. Dari 20 orang, kami dibagi menjadi 2 regu. Saat itu aku menjadi pemimpin regu Edelweis, sedangkan regu Lavender dipimpin oleh temanku yang berasal dari SD Negeri Kaliboto. Dalam setiap kegiatan tidak selalu harus satu regu mengikuti, namun tiap anggota regu akan dibagi untuk mengikuti kegiatan karena waktunya memang dilaksanakan secara bersamaan. Setelah pembagian jadwal kegiatan, kami beristirahat untuk menyiapkan diri pada kegiatan hari pertama.
Di hari pertama Jambore, kegiatan dibuka dengan Upacara Pembukaan. Kami mengikuti upacara di lapangan dengan ribuan peserta dari daerah lain. Setelah itu kami mulai mengikuti kegiatan-kegiatan yang dijadwalkan oleh panitia. Bagi peserta yang tidak terjadwal mengikuti kegiatan, mereka akan menjaga tenda, membersihkan dan merapikan atau sering disebut korve. Untuk masak-memasak ada pembina yang memang bertugas memasak untuk kami, sehingga kami tidak perlu memasak. Namun, kami akan memberitahu teman dari tenda putra untuk mengambil makanan di tenda putri karena semua makanan dimasak di tenda putri.
Setiap kali setelah kegiatan, kami akan berkumpul dan bercerita tentang pengalaman yang terjadi pada hari itu. Kami menjadi semakin dekat dan lebih nyaman satu sama lain. Saat itu, di suatu malam teman-teman regu kami yang kebetulan sedang kegiatan menonton film. Kebetulan aku sedang korve bersama satu temanku yang lain. Kami sedang di tenda putra, tiba-tiba ada temanku yang ikut menonton film mengabari bahwa teman reguku ada yang pingsan. Kami panik dan langsung berlari menuju tempat menonton film, namun dia tidak di sana. Ternyata dia sudah dibawa ke unit kesehatan di bumi perkemahan tersebut. Setelah siuman, ia pun ingin beristirahat di tenda. Akhirnya kami bergantian menjaga dan merawat dia malam itu.
Pada malam kesekian, kami melaksanakan malam pentas seni. Di sana kami menampilkan tari dolalak. Aku pun merupakan salah satu anggota yang ikut menampilkan tarian tersebut. Karena dari 40 anggota kontingen kami, hanya dipilih 10 atau 12 untuk menjadi tim penari saat itu. Kami berhasil menampilkan dengan lancar dan kami menikmati malam itu dengan menyaksikan penampilan dari kontingen lain.
Selama kegiatan Jambore, kami diberikan sebuah buku catatan kecil yang berguna untuk mencatat hal-hal penting selama kegiatan. Selain itu, kami juga harus berkenalan dengan peserta dari daerah lain dan menanyakan nomor telepon mereka. Setelah berkenalan dan mendapat nomor teleponnya, kami akan mencatat nama dan nomor kami satu sama lain di buku kecil itu.
Kegiatan di hari terakhir ditutup dengan upacara penutupan, setelah itu kami membongkar tenda bersama dan mengemas barang-barang kami untuk pulang. Selama perjalanan pulang, kami tertidur karena kelelahan akibat kegiatan yang padat selama satu minggu ini. Sesampainya di Purworejo, kami berpelukan dan menangis karena akhirnya kegiatan telah usai dan kami harus berpisah.
Kegiatan Jambore Daerah Penggalang SD ini sangat berkesan untuk aku, sehingga sampai sekarang pun aku masih ingat bagaimana saat itu kami susah payah bersama melakukan setiap latihan dan menjalani kegiatan di kota lain yang tidak kami kenali. Kami juga harus membagi waktu kami untuk latihan dan belajar. Saat itu aku juga ingat bahwa pada hari pendaftaran SMP, aku dan teman-temanku mendapat surat dispensasi dari sekolah yang diserahkan ke pihak SMP tempat kami mendaftar karena kami tidak bisa melakukan pendaftaran secara langsung. Sampai saat ini, kami masih saling berhubungan melalui media sosial kami.