PENGALAMAN BERADA DI TIM FUTSAL PADA MASA SMA

Masa-masa Sekolah Menengah Atas (SMA) memang adalah saatnya kita untuk lebih dapat menikmati masa-masa mudahnya kita, sebelum nantinya memasuki jenjang yang lebih tinggi lagi. Pada masa ini pula, kita juga bisa mendapatkan kesempatan untuk melakukan apa yang kita sukai karena telah disediakan program-program seperti ekstrakurikuler.

Oleh karena itu, pada saat saya berada di bangku kelas 11, saya pun memutuskan untuk meneruskan hobi saya yaitu bermain futsal, yang saya telah menyukai semenjak saya berada di bangku Sekolah Dasar (SD). Saya masih mengingat keinginan saya yang sangat tinggi untuk kembali bermain olahraga menendang bola ke gawang ini lagi, meski pandemi COVID-19 sedang masih tetap berlangsung pada saat saya kelas 10. Bermain olahraga ini kembali berarti telah mengabulkan keinginan saya di masa lalu tersebut.

Mengikuti tim futsal memang menambahi beban yang telah banyak sekali bertumpuk di pikiran saya, mulai dari ujian-ujian yang akan dihadapi, tugas-tugas dari guru-guru maupun Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), dan lain-lain. Namun, karena pada saat itu saya menyukai olahraga terpopuler ini, saya pun tetap berkomitmen untuk mengikuti latihan-latihan yang telah diadakan serta untuk tetap berpartisipasi dalam ajang kompetisi futsal maupun pertandingan persahabatan.

Namun, dengan mengikutinya, kalian dapat belajar banyak hal darinya. Apa yang telah saya pelajari adalah saya dapat belajar untuk bekerja sebagai tim, dimana ada pemain-pemain yang saya sebelumnya tidak pernah dekat, kenalan maupun bertemu sebelumnya. Ini adalah pengalaman bagi saya untuk mempersiapkan saya di dunia kerja nantinya, dimana saya kemungkinan besar tidak dapat memilih orang-orang yang saya ingin bekerja dengan.
Mengikuti tim futsal juga melatih saya untuk memiliki mental yang kuat. Pada saat bermain maupun berlatih, pasti kesalahan tidak dapat dihindari. Hasilnya, pelatih pun tegur saya secara langsung. Memang saya sempat merasa down pada saat itu. Namun, perasaan itulah yang harus dibiasakan karena menerima teguran adalah hal yang yang tidak dapat dielakkan.

Tidak hanya sebagai pemain futsal, saya pun dipercayai untuk menjadi kapten pada masa-masa awalnya sebelum ajang kompetisi pertamanya kita. Menjadi kapten memang adalah sebuah kebanggaan bagi saya, tetapi memiliki jabatan tersebut berarti saya bertanggung jawab atas semua rekan-rekan saya, dimana itulah yang saya mengalami kesulitan. Saya kurang dapat menunjukkan kepada mereka cara yang sebenarnya, seperti pemimpin yang sesungguhnya. Saya pun susah untuk dapat membawa mereka untuk jauh lebih berkembang. Namun, pengalaman sebagai pemimpin inilah yang berharga bagi saya karena saya dapat mengetahui kesalahan-kesalahan saya dan mengembangkan dari kesalahan tersebut.

Pada saat saya pertama kali mengikuti tim futsal, tim futsal sedang mengalami krisis “kekurangan pemain”. Namun, dengan bantuan saya serta pemain-pemain futsal yang pada saat itu telah menyetujui untuk bergabung, kami pun berhasil untuk mengajak pemain-pemain lainnya untuk bergabung bersama kita. Seiring berjalannya waktu, tim futsal pun telah memiliki kuota pemain yang cukup untuk membentuk full squad, yang terdiri atas sekitar 14 pemain.

Pada masa-masa awal, kami memiliki suatu kekurangan yang wajar dialami semua tim yang baru terbentuk, yaitu kekompakan, sehingga chemistry kami pun masih belum matang. Ada banyak sekali wajah-wajah baru yang saya tidak pernah bermain bersama sebelumnya pada saat saya masih di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Rekan-rekan yang sebelumnya saya pernah bermain bersama pun, saya jarang sekali bermain bersamanya. Namun, seiringnya waktu berjalan, saya pun dapat lebih mengenal mereka, kepribadian mereka masing-masing, serta cara mereka bermain.

Pertandingan perdana saya, saya tidak merasa adanya ketegangan di diri saya. Ini mungkin dikarenakan saya telah terbiasa bermain di lapangan futsal. Namun, apa yang saya merasa susah adalah bermain sebagai tim. Saya masih merasa bingung mengenai posisi-posisi yang mereka pada umumnya berada.

Pada pertandingan-pertandingan selanjutnya, saya pun merasakan adanya masalah baru yaitu mengenai positioning. Saya merasa seperti berada dalam situasi “demam panggung”, yaitu situasi dimana saya merasa kebingungan mengenai harus kemana sesuai dengan situasi yang sedang berjalan. Misalnya pada saat tim sedang defend corner, saya masih belum mengerti saya harus berada di posisi mana. Ini adalah keadaan yang mengakibatkan permainan saya terlihat kacau balau.

Dalam mengikuti suatu tim inti, memang terasa seperti ada beban tambahan diatas punggung saya. Namun, karena pada saat itu, saya merasakan bahwa futsal adalah kegiatan dimana saya dapat merasakan keseruan dan keluar dari beban-beban hidup saya yang lainnya, saya pun memutuskan untuk tidak berhenti bermain futsal sampai dengan April 2023.