Pada awal bulan Mei, saya mencoba mencari-cari lowongan pekerjaan melalui aplikasi pencari kerja. Aplikasi tersebut memiliki fitur auto-lamar (memasukkan lamaran pekerjaan secara otomatis). Saat itu, saya lupa menonaktifkan fitur tersebut dan tidak sengaja mengaktifkannya. Tanpa persiapan apa pun, saya terdaftar di perusahaan perbankan tersebut. Beberapa hari kemudian, saya terkejut menerima panggilan wawancara dari pihak HRD perusahaan tersebut. Saya segera membuka aplikasi dan ternyata saya telah terdaftar sebagai Sales Promotion Girl (SPG). Pada saat itu, saya bingung apakah harus menghadiri wawancara tersebut atau tidak. Setelah mempertimbangkan, saya memutuskan untuk datang meskipun saya tidak berharap diterima di perusahaan itu karena saya sedang menunggu pengumuman UTBK.
Hari wawancara pun tiba, dan saya, yang baru lulus SMA tanpa keterampilan dasar yang memadai, tiba-tiba dipanggil untuk wawancara kerja. Tak disangka, saya diterima di perusahaan tersebut meskipun tidak memiliki keterampilan yang diperlukan. Saya diberi target untuk mencari empat nasabah per hari dan ditempatkan di Bento Kopi Sorowajan. Di sini, saya bertemu dengan rekan kerja yang sangat mendukung dan selalu bertanya mengenai perkembangan pekerjaan saya. Awalnya, saya merasa dunia kerja tidak seburuk yang saya bayangkan, karena saya bisa menjalani pekerjaan sebagai SPG dengan baik-baik saja. Namun, seiring berjalannya waktu, saya mulai menghadapi berbagai masalah pekerjaan yang tidak bisa saya selesaikan karena kurangnya keterampilan.
Saya merasa tidak terampil dalam menawarkan atau menjual produk perbankan, yang membuat saya kesulitan mencapai target. Tantangan lainnya adalah kurangnya kesabaran dalam menghadapi nasabah, yang sering kali membuat saya frustrasi. Pada hari pertama bekerja, saya merasa biasa saja meskipun tidak mencapai target. Namun, karena banyak SPG/SPB lainnya yang juga tidak mencapai target, kami semua mendapatkan evaluasi dari manajer. Inilah momen yang membuat saya sadar bahwa dunia kerja memang tidak mudah, terutama bagi mereka yang belum siap. Saya merasa pekerjaan ini tidak cocok untuk saya. Setelah itu, saya kehilangan semangat untuk mencapai target yang diberikan. Jika saya ditolak oleh nasabah, saya langsung berhenti menawarkan produk, berbeda dengan SPG/SPB lainnya yang terus berusaha menawarkan produk. Sepertinya, pekerjaan ini memang bukan keahlian saya.
Hari-hari saya semakin berat karena sering ditolak mentah-mentah oleh nasabah, yang membuat saya sering mendapatkan ceramah dari manajer. Saya merasa tertekan secara emosional dan stres karena tekanan yang sangat besar dalam pekerjaan ini. Setiap malam, saya merasa cemas memikirkan kontrak kerja saya yang berdurasi tiga bulan, padahal saya sudah merasa tidak kuat lagi. Saya takut jika saya mengundurkan diri, saya harus membayar penalti. Suatu hari, salah satu SPG mengundurkan diri, dan saya memberanikan diri untuk bertanya apakah ia harus membayar penalti. Ia menjawab bahwa mengundurkan diri tidak perlu membayar penalti. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengundurkan diri karena saya merasa pekerjaan ini bisa merusak mental saya.
Setelah mengundurkan diri, saya merasa lega dan tidak memiliki beban pikiran. Saya menyadari bahwa setiap orang perlu memiliki keterampilan yang terasah dalam suatu profesi agar pekerjaan tersebut terasa lebih mudah, meskipun tantangan dalam pekerjaan itu sangat sulit. Meskipun demikian, saya mendapatkan banyak pengalaman berharga dari pekerjaan sebagai SPG, seperti kesabaran, kemampuan untuk selalu ramah dalam menghadapi nasabah, dan pentingnya saling menghargai orang lain. Saya belajar untuk menjadikan setiap evaluasi sebagai peluang untuk berkembang, bukan sebagai tekanan.
Waktu itu, saya masih sering berkomunikasi dengan rekan kerja saya. Saya selalu bertanya apakah mereka berhasil mencapai target atau tidak. Namun, seiring berjalannya waktu, beberapa rekan kerja saya juga memilih untuk mengundurkan diri karena mereka merasa kesulitan mencapai target nasabah. Menjadi SPG/SPB/Sales memang sangat sulit, terutama bagi mereka yang belum berpengalaman. Meskipun saya hanya bekerja beberapa hari, pengalaman yang saya peroleh sangat luar biasa.
Pada akhirnya, saya menerima pengumuman UTBK bahwa saya diterima di Universitas Tidar Prodi D3 Akuntansi. Dengan ini, saya berencana untuk menuntut ilmu lebih lanjut dan mengasah keterampilan saya, agar ke depannya saya dapat mengatasi berbagai masalah di dunia kerja dan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang yang saya tekuni.