Oleh: Muhammad Fadhil Erlangga
Penerapan Teori Keuangan Modern dalam mendorong perekonomian negara
Akibat Pandemi COVID-19 menyebabkan resesi melemahnya kekuatan ekonomi negara-negara di dunia. Negara-negara maju seperti contohnya di Amerika, Uni Eropa, Jepang banyak perusahaan yang gulung tikar karena dampak pandemic, belum lagi hutang suatu negara ke IMF atau ke negara lain yang sudah sangat membengkak sebelum pandemi memperparah keadaannya, otomatis membuat negara kehilangan pemasukan untuk biaya membangun negaranya supaya negaranya tetap survive atau menjaga keberlangsungan hidup negaranya, seharusnya pemerintah di negara tersebut harus menerapkan kebijakan ekonomi baru salah satunya Teori Moneter Modern atau dalam bahasa inggris Modern Monetary Theory.
Pada tahun 1914, Jerman yang dulunya merupakan negara adidaya di benua Eropa harus menghadapi pesaing terberatnya yaitu Perancis dan Inggris dalam Perang Dunia I. singkat cerita pada tahun 1918 Jerman mengalami kekalahan dan harus membayar kerugian akibat perang kepada negara pemenang perang sehingga membuat Jerman bangkrut dan ekonominya menjadi terpuruk karena dampak dari Perang Dunia I, Jerman adalah negara kalah perang dan Jerman menjadi negara miskin dan banyak rakyatnya menjadi pengangguran, namun keadaan berubah Ketika Partai Nazi menguasai Jerman pada tahun 1932. Pemimpin Jerman waktu itu, Adolf Hitler pernah berkata “untungnya kami tidak cukup bodoh untuk mencoba menciptakan sebuah mata uang yang dibacking oleh emas yang memang tidak kami miliki, tetapi setiap Mark akan kami cetak akan dibacking oleh pekerjaan dan barang yang nilainya setara. Kami tertawa saat ahli finansial internasional memandang bahwa nila sebuah mata uang adalah tergantung kepada emas dan sekuritas lain yang berada di ruang brankas di bank”
Inti dari kebijakan dari Hitler adalah Printing Money yang akan menjadi cikal bakal Teori Keuangan Modern atau Modern Monetary Theory (MMT). Hitler menerapkan kebijakan baru yaitu mencetak uang sebanyak banyaknya untuk membangun sektor produktif dan industri seperti industri mobil, kereta, hingga alat perang dan persenjataan dan 15 tahun kemudian atau sejak kekalahan Jerman pada tahun 1918 hingga tahun 1936 Jerman menjadi negara adidaya kembali. Kekuatan ekonomi, politik, dan militer Jerman menjadi meningkat dan angka pengangguran menjadi berkurang drastis
Modern Monetary Theory pertama kali dicetuskan oleh seorang profesor dari University of Missouri-Kansas City yaitu Michael Hudson, lalu dikembangkan oleh para buah pemikiran dari Michael Hudson seperti Stephanie Kelton dan Warren Mosler.
Dalam printing money atau mencetak uang harus ada underlying atau ada jaminan supaya tidak terjadi inflasi, cara kerja sederhana dari printing money misalnya Negara Indoneisa melalui Bank Indonesia mencetak uang sebanyak 1 triliun rupiah dengan bunga 0 persen untuk membangun 10 ribu unit rumah, satu rumah seharga 100 juta rupiah, uang 1 triliun rupiah dicetak lalu uang tersebut digunakan untuk membangun 10 ribu rumah tersebut, lalu 10 ribu rumah tersebut dijual kepada masyarakat seharga 110 juta rupiah untuk 1 unit rumah, setelah 10 ribu unit rumah sudah habis terjual maka Negara memperoleh penghasilan 1,1 triliun rupiah, setelah itu uang 1 triliun rupiah dari 1,1 triliun rupiah dikembalikan lagi ke BI dan Negara mendapatkan keuntungan sebesar 100 miliar rupiah
Ada penerepan lain dari Teori Keuangan Modern dari negara lain, misalnya penerapan MMT oleh Amerika Serikat. Amerika mencetak uang sebanyak-banyaknya berdasarkan hutang negara lain. Cara kerjanya Amerika mencetak uang melalui IMF-nya berdasarkan demand atau surat hutang dari negara lain sebesar 100 juta dolar, hutang tersebut harus dikembalikan oleh negara pengutang dalam tempo misalkan 10 tahun dari awal peminjaman sebesar 110 juta dolar kepada negara pemberi hutang yaitu Amerika. 100 juta dolar dari 110 juta dolar dikembalikan oleh Amerika ke IMF dan 10 juta dolar sisanya akan menjadi keuntungan Amerika.
Tiongkok juga menerapkan kebijakan MMT dengan membangun 130 kota dalam waktu 30 tahun. Tiongkok juga menerapkan kebijakan mencetak uang berdasarkan proyek ke negara lain dengan cara kerja dan prinsip yang hamper sama dengan Amerika, jadi tidak mengherankan mengapa Amerika dan Tiongkok menjadi negara adidaya saat ini berka menerapkan Teori Keuangan Modern
Namun penerapan MMT atau printing money tidak selalu membuat perekonomian negara menjadi meningkatn dan justru bisa menyebabkan negara terjatuh ke jurang hiperinflasi contohnya Zimbabme, Pemerintah Zimbabme mencoba menerapkan kebijakan printing money namun tidak digunakan untuk membangun sektor produktif, alhasil mata uang Zimbabme menjadi melemah dan tidak ada harganya, harga pangan melambung tinggi dan angka pengangguran bertambah banyak karena akibat dari menerapkan MMT yang tidak digunakan untuk membangun sektor produktif guna meningkatkan pendapatan negara
Teori Keuangan Modern atau MMT sangat cocok diterapkan oleh Indonesia jika ingin negara kita maju, dengan begitu dengan mencetak uang sebanyak-banyaknya atau sesuai kebutuhan negara, maka negara akan menjadi sedikit ketergantungan hutang dengan mata uang asing, selama ketika mencetak uang ada underlying-nya atau digunakan untuk membangun sektor produktif guna meningkatkan pendapatan negara dan bukan untuk kebutuhan konsumtif
DAFTAR PUSTAKA
Wowiek, Mardigu. 2020. Mana NKRI-MU, Bung?. Jakarta: Indonesia. Dinaran
Ramadhani, Niko. (2020). Penjelasan Singkat tentang Modern Monetary Theory. Diakses pada 25 Desember 2020, dari https://www.akseleran.co.id/blog/apa-itu-mmt/