PENERAPAN REKONSTRUKSI: PERUBAHAN FONETIS, BUNYI,
DAN MORFEMIS
Proses perkembangan suatu bahasa proto ke bahasa kerabat terjadi secara bertahap. Pada tahapan perkembangan tersebut suatu bahasa bisa hilang Rahmawati (2019). Tahapan perkembangan bahasa memiliki banyak macam. Secara garis besar ada 2 macam perubahan, yaitu perubahan fonetis dan perubahan bunyi. Perubahan fonetis terjadi saat rekonstruksi fonem-fonem proto ke dalam fonem-fonem bahasa kerabat. Terdapat 7 tipe perubahan fonetis, yaitu (1) pewarisan linear, (2) pewarisan dengan perubahan, (3) pewarisan dengan penghilangan, (4) pewarisan dengan penambahan, (5) penanggalan parsial, (6) perpaduan, dan (7) pembelahan. Berikut ini penjelasan mengenai 7 perubahan fonetis tersebut.
a. Pewarisan Linear
Pewarisan sebuah fonem proto ke dalam bahasa sekarang dengan tetap mempertahankan ciri-ciri fonetis dalam protonya. Contohnya, yaitu fonem-fonem proto dalam kata */rakit/ Autronesia Purba diturunkan secara linear dalam kata Melayu /rakit/.
b. Pewarisan dengan Perubahan
Pewarisan ini terjadi bila suatu fonem proto mengalami perubahan dalam bahasa sekarang. Contohnya, Fonem proto Austronesia Purba */i/ dalam kata */ikur/ ‘ekor’ berubah menjadi fonem /e/ dalam kata /ekor/ bahasa Melayu.
c. Pewarisan dengan Penghilangan
Pewarisan ini merupakan suatu tipe perubahan fonem di mana fonem proto menghilang dalam bahasa sekarang. Contohnya kata /turut/ dalam bahasa Jawa Kuno menjadi /tut/ dalam bahasa Jawa sekarang (penghilangan fonem /r/).
d. Pewarisan dengan Penambahan
Pewarisan ini adalah suatu proses perubahan berupa munculnya suatu fonem baru dalam bahasa sekarang. Dalam beberapa bahasa, proses semacam itu dikenal dengan istilah vokalisasi yaitu penambahan suatu vokal pada suku kata akhir yang tertutup.
e. Penanggalan Parsial
Penanggalan parsial merupakan suatu proses pewarisan di mana sebagian dari fonem proto menghilang dalam bahasa kerabat sedangkan sebagian lain dari ciri fonem proto bertahan dalam bahasa kerabat tersebut. Contohnya fonem /k/ menghilang pada kata; knife, know, knee, knapsack, kneel, dll.
f. Perpaduan (Merger)
Perpaduan (merger) merupakan suatu proses perubahan bunyi di mana dua fonem proto atau lebih beradu menjadi satu fonem baru dalam bahasa sekarang. Proses perpaduan dua fonem, misalnya; dalam bahasa Inggris Tengahan /Ɛ/ dan /æ/ yang bersama-sama menjadi /iy/ dalam bahasa Inggris sekarang: /dƐ :d/ /gæ :s/ menjadi /diyd/ dan /giys/.
g. Pembelahan (Split)
Suatu proses perubahan fonem di mana suatu fonem proto membelah diri menjadi dua fonem atau lebih, atau suatu fonem proto memantulkan sejumlah fonem yang berlainan dalam bahasa kerabat atau bahasa yang lebih muda. Dalam bahasa Latin fonem /k/ menurunkan tiga fonem yang berbeda dalam bahasa Prancis yaitu /k/, /s/, dan /ś/. Misalnya /k/ dalam kata-kata: cor ‘hati’, clarus ‘terang’, dan quando ‘bilamana’ memantulkan /k/ dalam bahasa Prancis seperti tampak dalam kata turunannya coeur ‘hati, clair ‘terang’, dan quand ‘bilamana’.
Macam-macam perubahan bunyi didasarkan pada hubungan bunyi tertentu dengan fonem-fonem lainnya dalam sebuah segmen atau dalam lingkungan yang lebih luas. Perubahan bunyi yang akan dibahas ada 3 macam, yaitu (1) asimilasi, (2) disimilasi, dan (3) perubahan berdasarkan tempat. Berikut ini penjelasannya.
a. Asimilasi
Asimilasi merupakan suatu proses perubahan bunyi di mana dua fonem yang berbeda dalam bahasa proto mengalami perubahan dalam bahasa sekarang menjadi fonem yang sama.
b. Disimilasi
Disimilasi adalah suatu proses perubahan bunyi yang merupakan kebalikan dari asimilasi. Proses ini berujud perubahan serangkaian fonem yang menjadi fonem-fonem yang berbeda. Asimilasi terjadi karena usaha penyederhanaan sedangkan disimilasi terjadi karena rasa kelegaan.
c. Perubahan berdasarkan tempat
Berdasarkan tempatnya dapat diperoleh beberapa macam perubahan bunyi; metatesis, aferesis, sinkop, apokop, protesis, epentesis, dan paragog.
d. Perubahan-perubahan lain
Apabila suatu proses merger terjadi atas dua vokal proto dan menggunakan kedua vokal itu menjadi sebuah vokal tunggal, maka perubahan itu disebut monoftongsasi.
Sebaliknya, bila satu fonem proto (vokal) berubah menghasilkan dua vokal maka proses itu disebut diftongisasi.
Perubahan morfemis merupakan perubahan yang terjadi pada sebuah kata atau sebuah morfem sejauh hanya menyangkut perubahan bunyi tidak merupakan objek perubahan morfemis. Akan tetapi, bila perubahan-perubahan itu terjadi berdasarkan percontohan bentuk-bentuk morfem yang lain, maka perubaha itu dimasukkan dalam perubahan morfemis.
Hubungan antara sebuah bahasa proto dengan bahasa-bahasa kerabat secara metodologis bermanfaat untuk suatu tujuan lain, yaitu menetapkan usia unsur-unsur bahasa. Hubungan antara bahasa proto dan bahasa-bahasa pantulannya merupakan hasil observasi empiris yang menghasilkan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
a. Bahasa-bahasa berubah secara teratur, sekurang-kurangnya sejauh menyangkut sistem fonologi;
b. Perubahan semacam itu dalam sebuah bahasa terjadi dalam jangka waktu tertentu;
c. Perubahan dalam jangka waktu tertentu itu dapat dirumuskan dalam kaidah-kaidah yang berlaku bagi tiap segmen dengan tidak memandang soal makna, frekuensi, dan status gramatika dari kata atau morfem tempat terdapat fonem tadi.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa peristiwa bahasa terjadi secara bertahap dengan proses yang berbeda-beda. Terdapat 7 perbedaan fonetis, 3 perubahan bunyi, dan 4 perubahan morfologis.
Disarikan dari buku Linguistik Bandingan Historis karya Gorys Keraf, hal 79-105.
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. 1996. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rahmawati, R. 2019.LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF DALAM REKONSTRUKSI BAHASA MANDAILING. Asas: Jurnal Sastra, 8(1).