Pendekatan Struktural dalam Cerpen "Mayat itu Cantik Sekali" Karya Eda Tea

Karya sastra merupakan sebuah gambaran dari bentuk ide, perasaan, dan pikiran yang dimiliki seseorang untuk kemudian dituangkan dalam bentuk kreativitas berupa karya sastra itu sendiri. Karya sastra digunakan pengarang sebagai media untuk menggambarkan suatu makna yang ingin disampaikan pengarang melalui karya sastra tersebut. Tentu saja, sebuah karya sastra tidak akan lepas dari imajinasi seorang pengarang yang mengangkat sebuah kejadian atau peristiwa sebagai sumber inspirasinya dalam menciptakan karya sastra. Ratna (2005:312) mengungkapkan bahwa hakikat suatu karya sastra adalah rekaan atau sebuah imajinasi yang digunakan dalam penggambaran karya sastra. Pada hakikatnya karya sastra merupakan sebuah rekaan, namun karya sastra bisa juga dikonstruksikan atas dasar dari sebuah realitas.

Dalam pemikiran yang lain, Sapardi Djoko Damono (2006) menyatakan bahwa “sastra adalah segala jenis karangan yang berisi dunia khayalan manusia, yang tidak bisa begitu saja dihubung-hubungkan dengan kenyataan. Konsekuensi pandangan ini adalah bahwa dunia diciptakan sastrawan dalam puisi, novel, dan drama merupakan hasil khayalan yang harus dipisahkan dari dunia nyata, yakni dunia yang kita hayati sehari-hari ini”. Dengan hal ini, pengarang memiliki pengaruh penuh atas suatu karya sastra yang diciptakannya sehingga terbentuklah sudut pandang pengarang dalam karya sastra. Dalam menganalisis dan melakukan bedah karya sastra, dibutuhkan pemahaman teori pendekatan sastra sebagai alat untuk mendalami karya sastra tersebut. Salah satu karya sastra yaitu cerpen dalam bentuk prosa dan cerita fiksi, kemudian dipadatkan serta singkat. Cerpen adalah karya sastra yang secara singkat menceritakan atau menggambarkan kehidupan seorang tokoh dan melibatkan berbagai konflik yang mengandung solusi dari masalah yang dihadapi, tetapi bersifat rekaan. Cerpen tidak memerlukan informasi atau fakta apa pun untuk menetapkan kebenaran konten. Cerpen memiliki unsur dan ciri-ciri yang dimulai dari perkenalan, permasalahan, dan penyelesaian.

Cerpen Mayat itu Cantik Sekali menceritakan tentang kasus pembunuhan yang menimpa seorang wanita cantik di sebuah ladang. Tokoh “Aku” adalah orang yang menemukan mayat, kemudian memberitahukan berita tersebut kepada warga sekitar yang berada di warung kopi. Seluruh warga berbondong-bondong pergi ke ladang untuk melihat mayat cantik tersebut. Terjadi perseteruan kecil ketika mereka mencoba menemukan pelaku yang membunuh wanita ini. Tokoh “Aku” dituduh sebagai pembunuh karena dialah yang pertama kali menemukan mayat itu. Namun tokoh “Aku” tidak mengakui tuduhan tersebut meskipun diam-diam memang benar dialah yang membunuh wanita cantik itu.

Dalam cerpen Mayat Itu Cantik Sekali, karya Eda Tea yang diterbitkan oleh Suara Merdeka, mengandung unsur intrinsik yang membangun kisah dari cerita di dalamnya. Sedangkan, unsur ekstrinsik sebagai pelengkap untuk melihat nilai-nilai yang terkandung. Cerpen ini memiliki makna dan pesan yang menarik untuk dibaca karena ringan dan tidak membuat bosan. Namun, tidak terdapat penyelesaian yang jelas dari cerpen ini, yang akan membuat pembaca sedikit merasa geram. Hasil temuan berupa unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen Mayat Itu Cantik Sekali Karya Eda Tea sebagai berikut.

Tema yang terdapat dalam cerpen Mayat itu Cantik Sekali yaitu pembunuhan. Tema tersebut diungkapkan dalam kutipan berikut ini.
“Seketika itu tubuhku membatu. Terbayang ketika semalam aku menemukan wanita ini menangis sendirian di jembatan. Ia teramat patah hati karena ditinggal pergi oleh kekasihnya yang amat dicintai. Dan aku tidak bisa melawan segala gejolak di dada, sebab kecantikan wajahnya teramat memesona. Akulah orang yang mengajaknya pergi di ladang ini dan secara tidak sengaja membuatnya kehilangan nyawa. Tapi, kalian tidak bisa menuduhku tanpa bukti. Aku akan tetap mengunci mulutku rapat-rapat. Apalagi menceritakan kisah ini kepadamu. Tidak. Terima kasih. (37)”

Cerpen ini menggunakan alur maju meskipun ada beberapa adegan dengan alur mundur. Alur maju lebih dominan digunakan dalam cerita ini. Hal ini dikarenakan alur mundur tersebut hanya berlaku sebagai penguat cerita saja. Berikut ini kutipannya.
“Aku tidak mengenalnya!” sahut Paman Im kemudian, “Tapi aku melihatnya bersama seorang lelaki tadi malam!”
Sontok semua warga terkejut-kejut. Begitu juga dengan aku. Tiba-tiba saja keningku berair.“Semalam saat perjalanan pulang dari warung, aku melihat seorang lelaki memmapah wanita ini. Aku tidak tahu siapa lelaki itu. Dan tidak cukup banyak keberanianku untuk mendekatinya. Aku merasa bersalah. Andai aku bisa mencegahnya malam itu.”

Latar yang terdapat dalam cerpen ini dibedakan menjadi tiga yaitu latar tempat, latar waktu, latar suasana. Latar tempat yang terdapat dalam cerita ini yaitu ladang dan warung kopi. Berikut ini kutipan yang membuktikannya.
“Mereka terkesima melihat mayat wanita cantik itu. Ia telentang begitu saja di bawah pohon angsana di tepi ladang.”
““Ada mayat di ladang!” teriakku ketika sampai di warung kopi. Setibanya di ladang Langkah kami terhenti.”

Selanjutnya, latar waktu yang terdapat dalam cerita ini yaitu siang hingga sore hari. Berikut ini kutipan yang membuktikannya.
“Hening. Ada jeda cukup panjang setelah itu. Matahari yang semula bertengger di atas kepala kini perlahan bergeser ke tepi barat. Semua orang masih enggan untuk beranjak”

Lalu, latar suasana yang terdapat dalam cerita ini yaitu gejolak menegangkan. Hal ini terbukti ketika para warga saling menuduh satu sama lain untuk menemukan pelaku pembunuhan tersebut. Berikut ini kutipan yang membuktikannya.
“Sontok semua warga terkejut-kejut. Begitu juga dengan aku. Tiba-tiba saja keningku berair. Seketika aku menelan ludah. Semua berpaling ke arahku. Kenapa mereka menatapku seperti itu?”

Tokoh yang terdapat dalam cerpen Mayat itu Cantik Sekali antara lain yaitu Aku, Paman Im, Darmoso, dan Purno. Tokoh “Aku” merupakan tokoh utama dalam cerita ini. Tokoh “Aku” memiliki sifat yang cenderung manipulatif dan licik. Berikut ini kutipan yang membuktikan hal tersebut.
“Akulah orang yang mengajaknya pergi di ladang ini dan secara tidak sengaja membuatnya kehilangan nyawa. Tapi, kalian tidak bisa menuduhku tanpa bukti. Aku akan tetap mengunci mulutku rapat-rapat. Apalagi menceritakan kisah ini kepadamu. Tidak. Terima kasih. (37)”

Selanjutnya, tokoh “Paman Im” berperan sebagai pemilik warung kopi di desa tersebut. Dia memiliki sifat yang tenang, bijaksana dan jujur. Hal ini dibuktikan pada kutipan berikut.
“Serta Paman Im yang tampak biasa saja. “Sudah, hentikan! Jangan seperti anak kecil. Apa kalian tidak malu berkelahi di depan sebuah mayat?” kata Paman Im melerai perkelahian. Aku segera berpaling menatap wajah Paman Im. Dari awal aku sudah merasa ada yang aneh dengan sikapnya. Ia terlihat santai dan begitu tenang. Dan berkali-kali juga aku melihatnya memandangi mayat itu dengan tatapan tidak biasa.”

Lalu ada tokoh “Darmoso” yang berperan sebagai warga desa yang kebetulan sedang berada di warung kopi Paman Im ketika tokoh “Aku” memberikan kabar tersebut. Darmoso memiliki sifat yang cenderung menyimpulkan suatu hal secara tiba-tiba. Dia juga tidak berpikir panjang atas apa yang diucapkannya. Berikut ini kutipan yang membuktikannya.
“Jadi, satu-satunya orang yang perlu dicurigai!” Darmoso angkat bicara.
“Ya, bisa saja kau pelakunya. Hanya kau yang pernah melihat wanita ini. Apalagi kita semua tahu bahwa kau gemar bermain perempuan. Mungkin saja sore itu kau tidak menjemput istrimu yang pulang bekerja, melainkan mengajak wanita ini ke ladang.”

Selanjutnya yaitu tokoh “Purno” berperan sebagai warga yang kebetulan pernah melihat wanita cantik tersebut sebelum meninggal. Dia memiliki sikap jujur dan bertemperamen tinggi. Berikut ini kutipan yang membuktikannya.
“Aku tidak mengenalnya, tapi aku pernah melihatnya berjalan sendirian di jembatan,” ungkap seorang lelaki Bernama Purno. “Apa?” nada Purno mulai meninggi. “Jangan asal bicara kau, Darmoso. Kenapa kau menuduhku seperti itu?” “Kurang ajar kau, Darmoso!”

Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen ini yaitu sudut pandang orang pertama. Pengarang menggunakan kata “aku” untuk menyebutkan tokoh utamanya. Pengarang ingin membuat seolah-olah pembaca adalah tokoh utama dalam cerita ini Berikut ini kutipan yang membuktikannya.
“Aku adalah orang pertama yang menemukan wanita itu saat hendak pergi ke warung kopi milik Paman Im. Semula aku kira hanya sebuah boneka. Dan saat aku dekati memang nyaris seperti maneken yang sering aku temui di toko pakaian. Namun, saat aku perhatikan lebih saksama, dia memiliki pori-pori dan darah. Darah itu mengalir keluar dari bagian tubuhnya. Berwarna pekat dan anyir. Aku segera menjauhinya. Khawatir bisa menimbulkan masalah baru.”

Amanat yang disampaikan oleh penulis yang terdapat pada cerpen ini tentunya tidak terlepas dari latar, peristiwa dan interaksi antar tokoh, terdapat beberapa amanat yang dapat diambil, yang pertama yakni jangan gegabah dalam mengambil suatu kesimpulan, karena hal tersebut dapat menimbulkan kerugian pada diri sendiri, hal tersebut berkaitan dengan hal yang dilakukan oleh tokoh Darsomo yang gegabah menyimpulkan tokoh Purno sebagai Pelaku pembunuhan.

Kemudian amanat yang dapat diambil dari cerpen tersebut, pentingnya menjaga nafsu diri sendiri, hal tersebut berkaitan dengan perlakuan Tokoh Aku yang tak bisa menahan nafsu akan kecantikan wanita yang kemudian secara tidak sengaja tokoh Aku membunuh wanita tersebut, selain merugikan orang lain hingga kehilangan nyawa tentunya tokoh aku juga merugikan dirinya sendiri karena dengan begitu ia menjadi pembunuh. Berikut penggalan cerpen yang menunjukkan hal tersebut.
“Terbayang ketika semalam aku menemukan wanita ini menangis sendirian di jembatan … Dan aku tidak bisa melawan segala gejolak di dada, sebab kecantikan wajahnya teramat memesona. Akulah orang yang mengajaknya pergi di ladang ini dan secara tidak sengaja membuatnya kehilangan nyawa.”

Unsur Ekstrinsik Cerpen yang ditemukan ialah Latar belakang dan Nilai Nilai sosial. Eda Tea sebagai pengarang cerpen Mayat Itu Cantik Sekali yang dimuat pada koran Suara Merdeka, ia merupakan penulis kelahiran bogor pada tahun 1998, Ia telah menulis beberapa karya yang telah dimuat baiuk di media cetak maupun media daring, selain itu karya karya juga termuat dalam beberapa buku antologi. Selain itu, ia juga tergabung dalam komunitas Pembatas Buku Jakarta serta alumni dari Kritik Menulis. Dari latar belakang pengarang tersebut dapat dilihat bahwa ia merupakan orang yang berpengalaman dalam bidang kepenulisan, dengan demikian ia dapat membuat cerpen Mayat Itu Cantik Sekali dengan unsur unsur yang padu, sehingga mudah dipahami dan menarik untuk dibaca. Kemudian nilai nilai Sosial yang dapat diambil dari cerpen tersebut telah disampaikan pada bagian sebelumnya yakni pada bagian amanat, nilai nilai sosial tersebut merupakan nilai nilai yang baik diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

Dari hasil analisis cerpen Mayat itu Cantik Sekali, karya Eda Tea yang diterbitkan oleh Suara Merdeka, terdapat unsur intrinsik dan ekstrinsik sebagai pembangun cerita di dalamnya. Cerpen Mayat itu Cantik Sekali didapatkan hasil temuan berupa unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen yaitu unsur intrinsik. Unsur tersebut meliputi tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, dan amanat. Selain itu, ditemukan pula unsur ekstrinsik berupa latar belakang pengarang dan nilai sosial yang terkandung dalam cerpen tersebut. Cerita yang ringan, singkat, dan memiliki pesan yang tersirat membuat pembaca tertarik dan penasaran dengan cerita yang disajikan dalam cerpen. Selain itu, pembaca dapat mengambil pesan yang terkandung dari segi intrinsik dan ekstrinsik dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Artikel ditulis oleh: Vira, Galuh, Yasinta, Dheva, dan Zaeni - PBSI UNTIDAR

1 Like