Pendekatan semantik adalah metode untuk memahami makna bahasa melalui ungkapan, simbol, dan hubungan antar makna, serta dampaknya bagi individu dan masyarakat (Kridalaksana, 1982). Makna suatu kata sangat bergantung pada konteks penggunaannya, seperti kata “bintang” yang dapat merujuk pada benda langit, selebritas, atau pangkat militer. Dalam kehidupan sehari-hari, makna sering disamakan dengan arti atau gagasan, padahal makna memiliki cakupan lebih luas. Menurut beberapa ahli, makna merupakan kesepakatan antara bahasa dan realitas luar yang memungkinkan komunikasi yang dipahami bersama.
Alston dalam Aminudin (2003) menyebutkan dalam teori makna ada tiga pendekatan yang memiliki dasar pusat pandang berbeda-beda. Diantaranya, pendekatan referensial, pendekatan ideasional, dan pendekatan behavioral (Amilia & Anggraeni, 2017).
-
Pendekatan Referensial
Dalam pendekatan referensial, makna diartikan sebagai label yang berada dalam kesadaran manusia. Odgen dan Richard mengemukakan bahwa pendekatan ini merujuk pada segitiga makna, yaitu makna merupakan hubungan antara reference dan referent yang dinyatakan lewat simbol bunyi bahasa. Reference ditempatkan dalam hubungan klausal dengan simbol dan referen, sedangkan antara simbol dengan referen tidak memiliki hubungan langsung. Misalnya kata “pohon” yang merujuk pada objek real tumbuhan hidup yang tumbuh di atas tanah dan benar ada di dunia nyata.
Jadi, dapat dinyatakan bahwa jika makna sebuah ujaran adalah referennya, maka ujaran yang mempunyai makna pasti mempunyai referen. Jika dua ujaran mempunyai referen yang sama, maka ujaran itu mempunyai makna yang sama pula. Apa saja yang benar dari referen sebuah ujaran merupakan benar untuk maknanya (Parera dalam Amalia dan Anggraeni, 2017). Pendekatan ini lebih menekankan pada fakta sebagai objek kesadaran dan pengamatan. -
Pendekatan Ideasional
Pendekatan ini menganggap makna adalah gambaran gagasan dari suatu bentuk kebahasaan yang bersifat arbitrer tetapi memiliki kesepakatan sehingga dapat dimengerti. Bertentangan dengan pendekatan referensial, pendekatan ideasional justru memungkinkan munculnya kata yang tidak akan dijumpai referennya di dunia nyata. seperti misalnya kata “ kuda terbang’ atau “ naga api”, kedua frasa tersebut adalah suatu citra idea penuturnya meskipun di kehidupan nyatanya tidak ada. Pendekatan ideasional menekankan pada keberadaan bahasa sebagai media penyampai informasi. -
Pendekatan Behavioral
Pada pendekatan behavioral penentuan makna muncul dilatari dengan berbagai kondisi dan situasi. Misalnya ujaran “ kiri!” apabila dalam kondisi sedang berada dalam angkutan umum berarti “berhenti”, sedangkan dalam latar olahraga senam “kiri” berarti “ menggerakkan bagian tubuh sebelah kiri”. Pendekatan behavioral seolah mengisyaratkan bahwa sebuah kata atau simbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks situasi. Pendekatan ini menekankan paa konteks sosial situasional yang diabaikan oleh pendekatan referensial dan ideasional.
Dari ketiga pendekatan tersebut jika ditarik benang merahnya memiliki keterkaitan satu sama lain. pada pendekatan pertama, referensial, mengaitkan makna dengan nilai serta proses berpikir manusia dalam memahami realitas melalui bahasa secara benar. Pendekatan kedua, ideasional, makna dikaitkan dengan kegiatan menyusun dan menyampaikan gagasan lewat bahasa. Dan pendekatan ketiga, behavioral, mengaitkan makna dengan fakta pemakaian bahasa dalam konteks sosial situasional.
Referensi:
Amilia, F., & Anggraeni, A. W. (2017). Semantik: Konsep dan Contoh Analisis. Malang: Madani.
Kridalaksana, H. (1982). Kamus Linguistik (Ed. 3, cetakan 1). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.