Pendamping Hidup Ajektiva dan Klausa dalam Ikatan Makna Leksikal Bahasa Indonesia

photo_6226506199336072485_y

Bahasa, sebagai alat komunikasi verbal memiliki ciri khusus yang dimilikinya. Selain bersifat arbitrer (manasuka), bahasa juga memiliki ciri yaitu memiliki makna. Sebab, dengan leksem yang tidak dapat dijelaskan keterkaitannya dengan sebuah benda yang dimaksud, makna memiliki peran penting dalam menjawabnya. Semantik, adalah sebuah kajian atau ilmu yang mempelajari mengenai makna dalam sebuah bahasa. Dapat diartikan juga bahwa semantik adalah hubungan antara simbol-simbol linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Abdul Chaer dalam bukunya menjelaskan bahwa objek dari studi semantik adalah makna bahasa. Lebih terperinci lagi, makna dari satuan-satuan bahasa, di antaranya adalah kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana
Dalam kajian semantik terdapat istilah makna leksikal. Makna leksikal adalah sebuah makna yang terdapat dalam leksem-leksem bahasa. Adapun leksem ialah istilah yang biasa dipakai dalam studi semantik sebagai penyebutan satuan-bahasa bermakna.
Dalam pembahasan mengenai makna leksikal sendiri, dikelompokkan menjadi beberapa kategori. Salah satunya adalah kategori pendamping. Perlu diketahui, yang dimaksud dengan kategori pendamping dalam makna lesikal ialah leksem-leksem tertentu yang memiliki fungsi sebagai pendaming nomina, verba, ajektif, dan klausa sehingga dapat menimbulkan keterangan khusus yang menyatakan sebuah sifat atau keadaan. Pada pembahasan kali ini, penulis akan terfokus pada materi mengenai makna leksikal pendamping ajektiva dan pendamping klausa dalam bahasa Indonesia.

  1. Pendamping ajektiva
    Leksem-leksem dalam pendamping ajektiva menyatakan dua makna, yaitu pengingkaran dan kualitas.
  • Pengingkaran : leksem yang dapat digunakan sebagai pendampig ajektiva yang menyatakan sebuah pengingkaran adalah kata tidak dan bukan. Penggunaan kata tidak dan bukan ini, biasanya diletakkan di muka (awal) kata yang akan dimaknai. Pengunaan leksem bukan sebagai pendamping dapat digunakan di muka nama warna dan di muka ajektiva yang mirip dengan verba keadaan.
    Contoh : tidak ramah, tidak cantik, bukan jingga, bukan putih tulang, bukan nakal.
  • Kualitas : leksem yang dapat digunakan sebagai pendampig ajektiva yang menyatakan sebuah kualitas adalah kata-kata yang menyatakan sebuah penilaian yang biasanya bersifat subjektif. Seperti kata sangat, agak, cukup, paling, sekali, maha, dan serba. Leksem-leksem tersebut dalam penggunaanya dapat ditempatkan di awal atau akhir ajektiva, namun disesuaikan dengan penggunaan leksem tertentu.
    Contoh : paling kurus, sangat lucu, bodoh sekali, cukup indah, serba rumit.
  1. Pendamping klausa
    Leksem-leksem yang digunakan sebagai pendamping klausa memiliki posisi yang terbilang bebas. Maksud dari bebas adalah, leksem-leksem tersebut bisa saja ditempatkan pada awal, tengag, maupun kahir dari klausa. Adapun penempatan yang bebas ini biasanya akan memberikan perbedaan pada nuansa maknanya. Leksem-leksem dalam pendamping ajektiva menyatakan tiga makna, yaitu kepastian, keraguan dan harapan.
  2. Kepastian
    Leksem-leksem pendamping yang digunakan untuk menyatakan sebuah kepastian adalah kata pasti, tentu, dan memang.
    Contoh:
  • Pasti kakak tidur.
  • Kakak pasti tidur.
  • Kakak tidur pasti.
  • Dia tentu akan datang tepat waktu.
  • Tentu, dia akan datang tepat pada waktunya.
  • Memang, saya belum pulang.
  • Saya memang belum pulang.
  1. Keraguan
    Leksem-leksem pendamping yang digunakan untuk menyatakan sebuah keraguan adalah kata barangkali, mungkin, dan boleh jadi.
    Contoh:
  • Barangkali mereka sedang mengalami kendala dalam perjalannnya.
  • Teman-teman mungkin akan segera tiba setelah hujan reda.
  • Boleh jadi, dia telah mengambil benda itu sejak kemarin.
  1. Harapan
    Leksem-leksem pendamping yang digunakan untuk menyatakan sebuah harapan adalah kata moga-moga, semoga, mudah-mudahan, hendaknya, sebaiknya, dan seharusnya.
    Contoh:
  • Moga-moga setelah ini akan ada taksi yang lewat lagi.
  • Ssemoga saya lolos seleksi berkas pendaftaran pelatihan itu.
  • Mudah-mudahan kamu segera mendapat jodoh yang sesuai keinginanmu.
  • Kamu hendaknya segera mengangkat jemuran sebelum hujan tiba.
  • Kalian sebaiknya mendengarkan dan menaati nasihat ketua kelompok.
  • Seharusnya, mereka meletakkan buku di atas meja guru.

Dengan adanya pemahaman makna yang baik dalam penggunaan bahasa, akan memberikan kemudahan komunikasi antarsesama. Maka dari itu, kajian mengenai semantik diperlukan sehingga tidak terjadi sebuah kesalahpahaman pemaknaan suatu bahasa.
Demikian penjelasan mengenai makna leksikal kategori pendamping ajektiva dan klausa, semoga dapat bermanfaat. Jangan lupa untuk tetap utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, kuasai bahasa asing.

Terima kasih!
Salam bahasa!

Referensi
Akerlof. (1970). Jurnal Semantik. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Chaer, Abdul. (2013). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.