Pendakian pertama ku di Gunung Kembang

Aku Esa seorang pecinta alam dari Banjarnegara, yang bersiap untuk mendaki Gunung Kembang di Wonosobo, dan ini pendakian pertamaku. Bersama teman-teman yang tergabung dalam komunitas arung jeram Aku berangkat pada siang hari, mentarik matahari yang membakar semangat jiwa mereka untuk menaklukan puncak gunung yang terkenal keindahannya.
Perjalanan dari Banjarnegara menuju Wonosobo memakan waktu beberapa jam.
Sesampainya di basecamp via Blembem, barang yang kami bawa dicek satu persatu oleh pihak yang berjaga agar aman dari bahaya dan tidak merugikan kawasan
sekitar. Setelah itu kami pun registrasi dan diberi arahan atau briefing terkait hal-hal yang tidak boleh dilakukan ketika berada di puncak. Pendakian dimulai pada
jam 3 sore cuaca yang mendung nan berkabut tidak menjadi alasan kami untuk memulai pendakian. Jalur pendakian Gunung Kembang cukup terjal, dengan
tanjakan dan turunan yang curam serta tekstur tanah yang licin membuat sering terpeleset. Namun, Esa dan teman-temannya tak gentar. Mereka saling menyemangati dan membantu sama lain. Suasana petang mulai menyelimuti, ketika mencapai pos 3. Disini kami beristirahat sebentar dan berbincang perihal untuk mendirikan tenda, namun salah satu dari kita ingat ketika diberi arahan oleh penjaga di basecamp bahwa tidak diperbolehkan mendirikan tenda di area sekitar sini dengan alasan banyak babi. Lantas, kami pun melanjutkan perjalanan ke puncak yang tinggal sebentar lagi. Petang pun mulai datang sesampainya di area camp, kami langsung mendirikan tenda yang dibentuk melingkar sebagai penjagaan ketika larut nanti. Kompor yang menyala dan suara angin yang sepoi-sepoi manjadikan ciri khas dalam sebuah pendakian. Rasa lelah Esa dan teman-temannya terbayarkan setelah meminum
seteguk kopi yang panas. Namun selang beberapa lama kejadian yang tak pernah terbayangkan pun terjadi. Aku yang duduk diluar tenda menjadi panik seketika, dimana ada babi hutan yang berukuran besar masuk kedalam tendaku. Tenda yang telah dibangun kokoh dengan pasak dan guyline pun tidak mampu menahan dobrakan babi hutan yang ganas, naasnya tenda serta barang-barang yang didalam pun ikut terbawa kedalam jurang yang miring. Aku merasa cemas, bagaimana tidak peralatan pendakian yang aku bawa semuanya menyewa sehingga takut akan menggantinya. Dengan inisiatif sendiri berusaha untuk mengambil tenda
kebawah jurang, namun ridak berani.
Malam yang mencengkam ketika segerombolan Babi hutan mendekat ke tenda kami, mereka sepertinya kelaparan. Sampah yang sudah dimasukan kedalam trash
bag pun robek. Semuanya tidak bisa tidur dengan adanya suara babi yang terus berdatangan. Gerombolan itu mulai perlahan pergi ketika tengah malam tiba, segera
kami tertidur pulas.
Pagi hari tiba ketika matahari mulai menyinari tenda kami seketika aku bergegas ke bawah jurang yang curam untuk melihat keadaan tenda yang dibawa, beruntungnya
ketika barang pendakian ku tidak hilang hanya beberapa makanan ringan saja. Kemudian aku memanggil temanku untuk meminta bantuan untuk membawa tenda
kembali keatas. Setelah hati tenang kami semua pun berfoto ria dengan pemandangan Gunung Sindoro yang terlihat sangat menawan membuat seolah -
olah menghilangkan rasa kecewa ku. Pendakian Gunung Kembang kali ini memang tidak berjalan sesuai rencana. Namun, kami mendapatkan pelajaran yang berharga
dari pengalaman ini, belajar untuk selalu waspada dan menjaga barang -barang dengan baik saat berada di alam liar. Lebih dari itu, kami belajar bahwa arti sebuah pendakoian bukan hanya tentang mencapai puncak, tetapi juga tentang kebersamaan dan saling membantu membuat erat persahabatan.