Pada libur semester genap kemarin, saya menerima ajakan mendadak dari teman sekelas saya, Ipang, untuk mendaki Gunung Merbabu. Sebagai pendaki pemula yang belum pernah menaklukkan gunung setinggi 3000an mdpl, saya merasa perlu mempertimbangkan ajakan tersebut dengan matang. Saya tidak langsung menerima tawaran Ipang dan meminta waktu untuk mempersiapkan diri, terutama mental, karena mental adalah kunci utama dalam pendakian. Setelah berdiskusi panjang tentang peralatan yang dibutuhkan melalui WhatsApp, saya akhirnya memutuskan untuk ikut serta bersama tiga teman pendakian lainnya. Kami berangkat dari Magelang menuju pos pendakian via Suwanting pada pukul 14.00. Setelah perjalanan selama satu setengah jam, kami tiba di basecamp Suwanting untuk istirahat, sholat, dan makan sambil menunggu proses registrasi. Namun, ternyata registrasi sudah ditutup pukul 16.00, berbeda dari informasi di Instagram. Kami pun memutuskan untuk pindah ke pos pendakian via Selo Gancik di Kabupaten Boyolali, yang memakan waktu tiga jam perjalanan.
Di pos pendakian Selo Gancik, kami beristirahat untuk mengumpulkan energi sebelum memulai pendakian pada pukul 02.00 dini hari. Kami menggunakan ojek menuju pos 1 dengan biaya Rp 50.000 per orang, dan setelah 15 menit perjalanan, kami tiba di pos 1. Sebelum memulai pendakian, kami berdoa untuk keselamatan. Dalam kegelapan malam, kami mendaki dengan penerangan senter, bercanda, dan menikmati perjalanan yang santai. Setelah 45 menit, kami tiba di pos 2 dan melanjutkan perjalanan ke pos 3 selama 45 menit lagi. Di pos 3, kami beristirahat sejenak, makan camilan, dan melanjutkan perjalanan ke Sabana 1. Saat subuh tiba, kami sholat di perjalanan dengan peralatan seadanya dan tiba di Sabana 1 sekitar pukul setengah 6. Kami memutuskan menunggu matahari terbit di Sabana 1 dan menikmati pemandangan indah yang diciptakan Tuhan, termasuk bunga edelweis yang cantik. Pukul 7 pagi, kami melanjutkan perjalanan ke puncak, berhenti sebentar di Sabana 2, dan melanjutkan pendakian yang semakin curam dan menantang. Dengan semangat dan dukungan dari teman-teman, kami akhirnya tiba di puncak Triangulasi Merbabu pada ketinggian 3142 mdpl.
Rasa syukur dan bangga meliputi hati saya saat mencapai puncak tanpa hambatan. Kami mengabadikan momen ini dengan berfoto bersama, menikmati pemandangan, dan makan mie goreng yang terasa sangat nikmat. Setelah merokok sebatang untuk meresapi momen syahdu tersebut, kami memutuskan untuk turun sekitar pukul 09.00. Meski jalur curam, kami turun dengan berlari dan tiba di pos 1 sekitar pukul 10.30. Di pos 1, kami beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke basecamp. Saya merasa sangat lelah dan sering beristirahat sebentar karena kaki sudah sakit, tetapi dengan tekad dan semangat yang kuat, saya terus melangkah hingga akhirnya tiba di basecamp. Kami membersihkan diri sedikit dan segera pulang. Meskipun perjalanan ini sangat melelahkan, pengalaman mendaki Gunung Merbabu mengajarkan saya tentang kekuatan mental, fisik, dan keindahan alam ciptaan Tuhan yang tiada tanding. Sikap pantang menyerah dan optimis adalah kunci utama dalam pendakian ini.