Penciptaan Karya Sastra Titis Basino sebagai Proses Kreatif

Titis-Basino-Sastrawan-dan-Pujangga
Sumber Gambar: Titis-Basino-Sastrawan-dan-Pujangga

Karya sastra merupakan suatu bentuk pengekspresian penulis atau pengarang terhadap hal-hal yang dirasakan maupun dipikirkan. Penciptaan karya sastra tidak terlepas dari proses kreatif pengarang karya sastra itu sendiri. Pengarang dalam menciptakan karya sastra berperan sebagai pemberi nyawa pemeran fiksi yang mereka ciptakan. Menurut Hardjana (1984), kreativitas pengarang muncul untuk menciptakan “dunia baru” dengan melahirkan tokoh fiksi dalam karya sastra sesuai dengan ambisi dan khayalan yang tidak terwujud dalam kehidupan nyata pengarang. Pemeran atau tokoh fiksi diciptakan pengarang sebagai bentuk gambaran diri pengarang maupun cerminan diri orang lain. Pengarang merangkai berbagai realita kehidupan yang kemudian digabungkan dengan khayalan dan imajinasi mereka.
Pengarang hidup sebagai individu dan masyarakat, banyak sekali peristiwa yang mereka lalui sebagai individu maupun masyarakat sering tidak sesuai dengan harapan mereka. Ketidaksesuaian harapan tersebut menjadi bahan pengarang dalam melakukan proses berpikir dan berimajinasi untuk menciptakan suatu karya sastra.
Berpikir dan Berimajinasi
Berpikir merupakan proses menggunakan otak, mengingat dalam proses belajar, menanggapi dan mengingat menggunakan simbol, visual atau grafis. Berimajinasi merupakan kemampuan berpikir untuk menggambarkan suatu hal dalam pikiran berdasarkan realita atau pengalaman secara umum. Berpikir dan berimajinasi merupakan dua hal yang saling berkaitan. Berpikir dan berimajinasi memberikan ruang untuk ide-ide kreatif. Ide-ide kreatif ini yang menjadikan pengarang mampu mengembangkan dan menciptakan karya sastra sebagai salah satu bentuk proses kreatif.
Proses Kreatif
Banyak pertanyaan yang muncul terkait proses kreatif. Apakah proses kreatif itu? Apakah proses kreatif dan kreativitas pengarang saling berkaitan? Apakah proses kreatif memerlukan proses berpikir dan berimajinasi?
Proses kreatif dapat dikatakan sebagai proses yang dialami pengarang dalam menciptakan suatu karya sastra. Proses kreatif dan kreativitas pengarang memang dua hal yang saling berkaitan. Proses kreatif dan kreativitas pengarang sebagai serangkaian hal yang menjadi suatu runtutan dan berkaitan dengan ide kreatif serta komponen kreatif dalam menciptakan suatu karya sastra. Dalam hal ini, proses kreatif memerlukan proses berpikir dan berimajinasi karena proses kreatif menuntut pengarang untuk mampu memikirkan, mengumpulkan, mengembangkan, dan menyempurnakan ide sebagai proses berpikr dan berimajinasi (Eneste, 1982).
Proses kreatif banyak dilalui oleh berbagai sastrawan atau pengarang. Proses kreatif menjadi cara atau langkah kreatif yang dilakukan pengarang dalam mengembangkan ide-ide kreatif menjadi sebuah karya sastra yang utuh dan runtut.
Penciptaan Karya dan Proses Kreatif Titis Basino
Penciptaan karya sastra terutama menulis sebuah cerita bagi banyak orang merupakan sebuah aktivitas yang teratur, baik dari segi proses penulisan maupun hasil karya sastra itu sendiri. Bagi Titis Basino, menulis bukanlah hal yang menjadi aktivitas wajib dan teratur. Titis Basino, yang bernama lengkap Titis Retnoningrum Basino adalah salah satu pegiat sastra yang terkenal sebagai pengarang cerpen dan novel. Dalam penciptaan karya sastra, Titis Basino tidak berpaku pada aturan tertentu yang dibuat oleh seseorang ataupun aturan dari penerbit buku. Seringkali orang bertanya, bagaimana cara Titis Basino menulis sebuah cerpen atau sebuah novel? Titis Basino dalam proses menulisnya dilakukan dengan cara mengingat semua peristiwa yang berlangsung selama ia menghasilkan tulisan tersebut dan yang utamanya sebelum tulisan tersebut berada di selembar folio di mesin tik yang beliau gunakan dalam menulis.
Penciptaan karya sastra Titis Basino diawali ketika ia masih remaja, di jenjang sekolah SMP dan SMA. Ia pertama kali menulis hanya sekadar untuk memenuhi tugas sekolah untuk membuat sebuah karangan. Ia menulis karangan yang menyinggung para pengajar yang ingin diagungkan pada masa itu. Menjadi seorang pengarang tidak pernah terlintas dalam pikiran Titis Basino, tetapi karena ia menyukai bahasa Indonesia Titis Basino melanjutkannya hingga menghasilkan beberapa cerpen dan novel hanya bermodalkan mesin tik yang sudah usang dan tua.
Titis Basino pertama kali menulis cerpen berjudul “Rumah Dara” yang dimuat dalam majalah Sastra, nomor 12 tahun 1962. Kemudian ia melanjutkan menulis cerpen lainnya, seperti cerpen berjudul “Dia”, “Hotel”, “Suatu Keputusan”, dan “Aku Melihat Senyumnya”. Setelah melalui berbagai hal tentang menulis cerpen, Titis Basino masih belum merasa puas dengan kepengarangannya. Hal ini kemudian memunculkan novel karya Titis Basino pertama kali berjudul “Pelabuhan Hati”. Lalu disusul dengan beberapa novel yang lain.
Bagi setiap orang menulis atau menciptakan karya sastra adalah hal yang dilakukan untuk memuaskan para pembacanya. Menurut Titis Basino, mengarang tidak harus memperhatikan kemauan pembacanya. Dalam proses kreatif Titis Basino, ia memiliki cara kreatif tersendiri dalam menciptakan atau menulis sebuah karya sastra. Ia berani secara bebas menciptakan karya sastra, tidak ingin terikat pada aturan tertentu, dan ia memiliki pandangan menarik bahwa pengkaryaan menggunakan mesin dirasa lebih aman. Titis Basino lebih memilih menulis sesuka hatinya dan lebih fokus mengembangkan idenya tanpa harus menghiraukan keinginan pembaca.

1 Like