Pembentukan korespondensi fonemis

Pembentukan korespoden fonemis
Dalam menempuh korespodensi fonemis antara sejumlah bahasa yang absah maka perlu adanya persyaratan lain. Setelah mencatat indicator-indikator tersebut lalu harus diadakan pengujian agar perangkat korespodensi tersebut mendapat status yang kuat serta harus memperhatikan setiap korespodensi.
a. Rekurensi Fonemis
Setiap korespondensi yang ditemukan diperkuat dengan sejumlah rekurensi fonemis yaitu prosedur untuk menemukan perangkat bunyi yang muncul secara berulang-ulang pada sejumlah pasang kata yang memiliki perangkat korespondensi fonemis /a ~ ǝ ~ o/. (Arifa: 2017)
Bila telah dicatat suatu indikasi mengenai adanya perangkat korespondensi fonemis pada suatu pasang kata, maka tindak lanjut yang pertama, yang harus dilakukan adalah menemukan pasangan-pasangan yang lain, yang mengandung perangkat tersebut. Prosedur untuk menemukan perangkat bunyi itu yang muncul secara berulang-ulang dalam sejumlah pasang kata yang lain disebut rekurensi fonemis (phonemic recurrence).

Untuk menjelaskan prosedur tersebut di atas, marilah kita mengikuti pembahasan dengan mempergunakan data-data berikut:

Dari daftar tersebut dapat diketahui sperangkat korespodensi fonemis ditemukan pada pasangan-pasangan yang lain. Peluang korespodensi di atas cukup banyak maka dapat dipastikan bahwa hal tersebut tidak hanya sebuah kebetulan semata. Untuk menetapkan secara pasti maka perlu adanya pembuktian rekurensinya, bahwa tiap perangkat itu akan muncul kembali dalam pasangan-pasangan yang lain. Sebagai sampel diambil daro glos ‘rumah’. Kata rumah memiliki korespodensi sebagai berikut:
/h – h – h – h – h /
/aw – aw – ø – u: – u: /
/s – s – s – s – s /

Pada perangkat korespodensi /aw – aw – ø – u: – u: / dalam glos ‘rumah’ dijumpai Kembali pada pasangan-pasangan di bawah.

Dalam bahasa nusantara kita dapat menemui pada kata ‘batu’, pada bahasa Jawa; watu, Batak: batu, Lamalera: Fato. Dalam pasangan kata tersebut terindikasi adanya korespodensi fonemis: /b-w-b-f/, /a-a-a-a/, /t-t-t-t/ dan /u-u-u-o/. kalaupun itu menjadi perangkat korespodensi maka harus dapat diperoleh rekurensinya pada pasangan kata lain. Kita dapat menemukan korespodensi /b-w-b-f/ pada kata berikut:

Glos Melayu Jawa Karo Lamalera
Babi Babi Wawi Babi Fave
Bulan Bulan Wulan Bulan Fula
Barat Barat Kulon Barat Fara
Besi
Besi Wesi Besi
Bau Bau Bau Fauk
Buah Buah Woh Buwah Fua

Contoh-contoh di atas dapat diterapkan pada pasangan-pasangan korespodensi lain. Semakin banyak data yang diteliti maka semakin banyak pula kemungkinan yang didapat.

Namun dalam kenyataan tidak semua tidak semua /b/ dalam bahasa Melayu dan Batak Karo merespodensi huruf /w/ dalam bahasa Jawa atau /f/ dalam bahasa Lamalera. Ada juga kemungkinan dari data tersebut diperoleh perangkat korespodensi yang tidak sejalan dengan perangkat korespodensi yang telah ditetapkan.
Misalnya pada perangkat korespodensi /b-w-b-f/ tidak berlaku dalam pasangan ‘berat’ yang menghasilkan /b-b-b-b/ dalam bahasa-bahasa tersebut. Melayu; berat, Jawa: bot, Karo: berat, Lamalera: b͞at͞a.

Arifa, R. P. (2017). KORESPONDENSI FONEMIS BAHASA SASAK, BAHASA OGAN, BAHASA MINANGKABAU, DAN BAHASA SUMBAWA (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).
Keraf, Gorys. 1996. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.