Pelengkap yang Setia


Oleh: Ibni Wiryateja

Nah kawan semua, jumpa lagi dalam suasana yang gembira dan semoga selalu dalam curahan kebaikan. Teman-teman sadar atau tidak, selama ini kita menggunakan bahasa mirip dengan nasib hidup kita. Loh, kok bisa? Itu bisa saja terjadi, contohnya hidup ini perlu pelengkap, seperti kalau sama seperti hidup yang terasa hampa tanpa Si Dia, apa lagi kau sudah seharian hilang tanpa kabar, tentu akan galau nih. Udah berharap eh malah dicuekin. Atau saat teman teman makan pecel lele tapi tanpa lalapan dan sambal, aduh… dunia serasa hampa. Nah jadi sekarang teman-teman jadi tahu pentingnya sebuah pelengkap dalam hidup. Vitalnya peran pelengkap juga terjadi di dalam dunia bahasa kawan. Nah pelengkap dalam bahasa salah satunya disandang oleh verba dan frasa verbal sebagai pelengkap. Nah, mungkin teman-teman sudah penasaran apa itu frasa verbal sebagai pelengkap, akan coba kita pelajari pada tulisan ini.

Sebelum kita lebih jauh membahas tentang frasa verbal sebagai pelengkap, akan lebih baik apabila kita mengetahui tentang frasa verbal. Untuk mengetahuinya kita dapat mendasarkan pendapat kita pada definisi yang telah dirumuskan oleh Hasan Alwi yang menyatakan bahwa frasa verbal adalah frasa yang dibangun berdasar kata verba namun gabungan kata ini tidak menunjukkan suatu bentuk klausa atau dengan kata lain subjek tidak secara serta merta memiliki hubungan langsung dengan verba sehingga membentuk klausa. Frasa verbal ini dimungkinkan untuk membutuhkan kata lain sebagai pendamping sobat. Tuh kan kata saja perlu pendamping. Apa lagi ada fakta menarik lain yang wajib hukumnya yaitu bersifat fixed atau tegar sehingga tidak memperbolehkannya pindah ke posisi lain. Nah dari sini kawan-kawan sudah dapat paket kombo nih, beli satu dapatnya dua. Tahu definisi frasa verbal sekaligus tahu gimana pendamping yang tegar dan setia.

Setelah kawan-kawan mengerti saatnya kita beralih pada peran frasa verbal dan verba sebagai pelengkap. Pada pembahasan sebelumnya teman-teman sudah ketahui bahwa hubungan verba dan frasa verbal sebagai pelengkap tidak boleh secara langsung berhubungan dengan subjek kalimat atau klausa sehingga membentuk hubungan klausa. Ini dapat dilakukan dengan syarat bahwa terdapat verba yang berperan sebagai verba yang sesungguhnya, kemudian baru diikuti dengan verba atau frasa verbal yang berperan sebagai pelengkap. Nah, lantas bagaimana kita dapat menempatkan frasa verbal dan verba sebagai Pelengkap? Untuk itu simak contoh berikut:

  1. Andi sudah berhenti minum .

  2. Dino baru memulai debat kusir itu .

Kata “berhenti” dalam kalimat 1 berkedudukan sebagai predikat, sedangkan kata “minum” berkedudukan sebagai frasa yang berperan sebagai pelengkap. Kata “mengaku” berkedudukan sebagai predikat dan frasa “debat kusir” berkedudukan sebagai frasa verbal. Nah, dengan demikian kawan kawan telah paham bagaimana penggunaan verba dan frasa verbal sebagai pelengkap. Sebagai catatan sekaligus penegas, bahwa fungsi verba dan frasa verbal sebagai pelengkap tidak boleh melebihi fungsi dan kedudukan pelengkap dan tidak boleh menggantikan peran predikat yang sebenarnya.

Daftar Pustaka

Hasan Alwi, S. D. (1999). TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA. Jakarta: Balai Pustaka.