Pelamunan Duniawi (1): Random Things dan Menjadi Kritis

Salah satu hobi yang masih konsisten saya tekuni sampai hari ini adalah merenung. Ah tidak, lebih tepatnya melamun sambil memikirkan hal-hal receh. Misalnya kayak:

  • Bolehkah pria mandi menggunakan shampoo Sunsilk Hijab?

  • Bagaimana cara dinosaurus bereproduksi dengan ukuran tubuhnya yang segede gaban?

  • Mengapa jika kita membeli jam tangan, hanya dapat jam saja? Tangannya?

  • Apa yang di pikiran sapi saat hendak disembelih?

Hobi yang cukup menyebalkan ini ternyata ada manfaatnya juga, yaitu mendatangkan pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya sangat tidak kritis. Saya teringat dengan ungkapan dosen saya, ‘’Mahasiswa harus kritis!’’

Well, maafkan saya, Bu. Kebetulan saya tidak terlalu kritis orangnya, hanya mas-mas biasa yang kebetulan ketemu mijil dan bisa menuangkan apa yang saya pikirkan.

Eh, lanjut.

Jadi berbagai pertanyaan yang saya dapatkan saat melamun itu adalah suatu pertanyaan yang sebenarnya tidak ada jawabannya. Atau mungkin saja membuat orang lain kesal. Ya wong gimana, namanya juga penasaran. Setelah 19 tahun hidup sebagai manusia, barulah saya ngeh bahwa yang begitu ternyata disebut sebagai hal random.

Biar keliatan agak berkelas dan keren, mari kita sebut dengan random things. Meskipun saya nggak keren-keren amat, setidaknya tulisan ini harus keren.

Sederhananya, random things adalah sesuatu yang bersifat acak atau tidak tentu. Dilansir dari kapanlagi.com, random itu sebenarnya bukan dari tata kebahasaan Indonesia. Darimana asal-usulnya sebaiknya tak usahlah kita bahas lebih jauh. Nggak bakal ketemu pasti, sama kayak keadilan negeri kita. Ups, saya cek keluar dulu. Semoga tidak ada tukang bakso lewat.

Namun setelah saya lamunkan berkali-kali sambil mendengarkan lagu, ternyata hal random ini juga bisa membuat kita kritis secara pelan-pelan. Tapi nggak semuanya. Sesuai kata pepatah, sedikit-sedikit lama jadi bukit.

Mari kita ambil contoh sederhana. Zaman sekarang ini semua manusia di dunia bicara dengan bahasanya masing-masing. Lalu bagaimana manusia zaman dulu menemukan bahasa ini? Apakah mereka berkomunikasi dengan Tuhan apa bagaimana?

Kita ambil contoh lain. Dulu orang-orang kan menggunakan hewan untuk bepergian. Kayak unta, kuda, keledai, sapi, kerbau, dan semacamnya. Kira-kira apakah bisa kita menggunakan mereka lagi di zaman yang penuh kendaraan ini?

Iya, iya. Memang tidak semua hal random itu adalah hal kritis. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, terkadang hal random itu juga menyebalkan dan lebih mengarah ke hiburan semata. Bahkan bisa saja hanyalah hal bodoh yang terlintas saat sedang melamun.

Tapi tidak apa-apa. Buat anda yang sedang membaca ini sambil melamun, silahkan dilanjutkan. Sampai ketemu di pelamunan duniawi edisi berikutnya. Saya harus siap-siap kuliah dan mengisi OCW dulu.

3 Likes

Lamunannya jangan terlalu jauh. :face_with_hand_over_mouth:

Jadi ingat waktu ngopi sama anak muda dua minggu lalu.

Saking gabut-nya dia, pikirannya sampai mikirin tuhan.

Tuhan ada dimana lah, tuhan sayang sama dia apa enggak, kok nasibnya dia begini amat.

Sampai dia mikirin, aku ini beneran apa anak asli orang tuanya atau enggak sih. :face_with_spiral_eyes:

1 Like

keren kaakkkk tulisannyaaaaa

kakakk kok sampe mikirn sappi mo dipotong

bentar lg kan mo idul adha loh kakkkkk

1 Like

Biasalah, namanya juga hal random hahaha

1 Like