Pandemi, Pola Pikir dan Kesehatan Mental

micheile-dot-com-8tf3e8LaSX0-unsplash
Foto oleh Micheile dot com dari unsplash.com

Pandemi covid-19 tentunya bukan sesuatu yang diinginkan terjadi di dunia ini, dampak yang ditimbulkan juga sangat fatal di semua sektor kehidupan. Situasi ini bukan hanya terjadi di Indonesia, seluruh belahan dunia mengalami gejolak yang cukup parah akibat pandemi ini. Dampak yang cukup signifikan mengakibatkan segala aktivitas orang-orang terpaksa dihentikan untuk sementara waktu. Pembatasan sosial terpaksa dilakukan mengingat cepatnya virus ini menyebar ke berbagai daerah, pembatasan sosial merupakan kebijakan yang tepat untuk memutus mata rantai penyebaran virus yang meresahkan ini. Sekolah terpaksa ditutup sementara dan cara belajar mengalami perubahan, awalnya proses belajar mengajar dilakukan tatap muka kini dilakukan secara daring (dalam jaringan).

Pembelajaran daring memang terdengar mudah dilakukan karena peserta didik tidak perlu datang ke sekolah seperti biasanya, namun dalam kenyataannya pembelajaran daring tidak semudah seperti yang dikatakan. Hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran ini cukup banyak, banyak peserta didik yang mengeluh atas perubahan ini. Lemahnya kemampuan dalam menggunakan teknologi merupakan faktor yang paling besar berkontribusi terhadap keberlangsungan pembelajaran ini.

Apakah pandemi yang terjadi dapat mengubah pola pikir peserta didik?
Hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial dimana manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya, tetapi karena adanya pembatasan sosial orang-orang memutuskan untuk lebih sedikit berinteraksi secara langsung dengan orang lain. Teknologi yang terus berkembang dan pembatasan sosial menjadikan peserta didik memiliki sifat individualisme, media sosial menjadi alternatif peserta didik untuk tetap berinteraksi dengan orang lain. Dengan memanfaatkan media sosial penyebaran informasi-informasi mengenai apa yang terjadi di dunia luar dapat diketahui dengan cepat, karena dilakukan secara terus-menerus kondisi ini menjadi suatu kebiasaan yang dapat mempengaruhi pola pikir peserta didik.

Terdapat dua arah perubahan pola pikir yakni perubahan ke arah reformatif dan perubahan ke arah deformatif. Perubahan yang mengarah ke reformatif adalah perubahan mindset yang menunjukkan ke hal yang baik. Contohnya adalah pada awalnya peserta didik merasa jika protokol kesehatan merupakan bukan suatu hal yang penting, menggunakan masker walaupun tidak pada kondisi pandemi merupakan hal yang baik untuk mencegah masuknya partikel-partikel tidak baik ke organ pernafasan. Sedangkan perubahan yang mengarah deformatif merupakan perubahan yang menuju ke hal yang buruk, contohnya adalah munculnya sifat individualisme karena keterbatasan dalam berinteraksi peserta didik cenderung lebih memikirkan diri sendiri dan tidak memperdulikan orang lain. Banyak dari peserta didik merasa canggung untuk memulai interaksi dengan orang luar karena sudah terlalu nyaman pada diri sendiri. Contoh lainnya, karena kebebasan dalam mengakses informasi, tidak sedikit dari peserta didik tidak mengolah informasi dengan baik. Peserta didik cenderung menerima semua informasi-informasi yang tidak terbukti kebenarannya tanpa memilah-milah mana informasi yang berisikan fakta dan mana informasi yang mengandung hoax.

Apakah perubahan akibat pandemi juga berdampak pada kesehatan mental peserta didik?
Permasalahan kesehatan mental merupakan sesuatu yang harus diwaspadai dan diselesaikan dengan cermat dan tepat. Pada era pandemi covid-19 sekarang, masalah ini semakin kompleks terjadi terutama pada usia sekolah. Perubahan cara belajar tanpa tatap muka menemukan menimbulkan dampak bagi peserta didik yaitu sulit untuk memulai obrolan dengan orang lain. Pada akhirnya masalah psikologis yang dialami oleh peserta didik akan mempengaruhi performa peserta didik dalam belajar. Ketidaksiapan peserta didik menghadapi perubahan ini memunculkan tekanan-tekanan yang mempengaruhi psikologi siswa.

Usia remaja menjadi usia yang paling rentan mengalami stres. Di era pandemi banyak siswa yang merasa keadaan penuh tekanan yang menimbulkan rasa stres sehingga sulit untuk mengolah emosi dengan baik. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut akan menimbulkan hal yang sangat fatal.

Gangguan mental yang sering terjadi pada usia sekolah adalah Major depressive disorder (gangguan depresi mayor). Major depressive disorder merupakan gangguan mental yang ditandai dengan perasaan cemas, sering merasa tertekan dan kehilangan minat dalam melakukan kegiatan apapun sehingga menyebabkan penurunan kualitas hidup sehari-hari. Rasa sedih tanpa sebab perasaan cemas yang terus-menerus dirasakan mencirikan depresi berat sehingga dapat mempengaruhi pola tidur nafsu makan konsentrasi dan perilaku sehari-hari. Depresi ini juga sering menimbulkan pikiran untuk melakukan self harm (menyakiti diri) bahkan adanya perasaan untuk melakukan bunuh diri.

Tekanan dalam belajar dan tingginya ekspektasi terhadap prestasi yang akan dicapai mengakibatkan gangguan ini sering terjadi pada usia sekolah. Pembatasan interaksi di masa pandemi ini juga dapat mengubah kepribadian peserta didik, banyak diantara peserta didik merasa kepribadiannya berubah sering waktu. Pada awalnya peserta didik merasa jika kepribadiannya sangat aktif sebelum pandemi, tetapi pada masa pandemi siswa cenderung lebih pendiam dan kurang percaya diri dalam melakukan apapun.

Gangguan-gangguan mental dapat dicegah dengan beberapa cara.
Pertama Love Yourself, cara ini dapat dilakukan dengan mengenali diri sendiri berhenti membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Cintai diri sendiri tanpa harus mendengarkan pandangan orang lain terhadap diri sendiri, tetap ingat tidak ada manusia yang sempurna di semua sisi kehidupannya. Setiap orang memiliki bidangnya masing masing untuk menjadi sempurna.
Kedua lakukan Me Time, tidak harus menghabiskan waktu yang banyak dan bepergian ke tempat yang jauh dari tempat tinggal. Luangkan waktu untuk diri sendiri, lakukan sesuatu yang dapat membuat suasana hati menjadi lebih baik.
Ketiga, melakukan pembicaraan dengan topik ringan akan meningkatkan rasa afeksi peserta didik terhadap orang tua.

Semua hal yang telah dilewati tentunya memiliki hal yang positif dan negatif tergantung bagaimana cara menanggapi hal-hal yang telah berubah selama pandemi ini. Kesehatan mental tentu sangat penting dijaga dan dipelihara, dengan pola makan dan pola tidur yang sehat akan mempengaruhi kualitas belajar peserta didik. Mental yang sehat akan melahirkan generasi penerus bangsa yang hebat.

1 Like