Pandemi Covid-19 Menyerang Kesehatan Mental : Stress dan Cemas Merupakan Faktor Utama Picu Kesehatan Mental

Pandemi Covid-19 menjadi suatu wabah yang berdampak cukup besar yang dapat merusak kesehatan mental. Berdasarkan jurnal berjudul Pandemi dan Mental Health: Meringkas Isu Kesehatan Mental selama Satu Tahun di Era Pandemi, menurut Dr. dr. Fidiansjah, Sp.KJ.,MPH., Pandemi Covid-19 merupakan sebuah pandemic yang berdimensi multisector (Bio Psiko Sosial Spiritual) yang dapat menyebabkan ketakutan dan kegelisahan yang diakibatkan karena banyaknya informasi asimetris dan misleading (Infodemi).

Dapat dilihat, pada awal Pandemi Covid-19 ini berlangsung, masyarakat menjadi panik dan cemas akan informasi yang beredar. Fenomena ini disebut “badai nalar” yang menyebabkan manusia menjadi kebingungan dan kehilangan arah. Fenomena badai nalar ini terjadi cukup lama yang kemudian disusul dengan fenomena “panic buying”.

Fenomena panic buying ini banyak dimanfaatkan oleh berbagai oknum untuk meninggikan harga masker dan APD sehingga barang tersebut menjadi langka. Selain kedua fenomena ini, juga terjadi infodemi dikarenakan proses penyebaran berita yang bertubi-tubi dan dahsyat. Infodemi ini akan mengakibatkan masyarakat kesulitan untuk berpikir jernih dan sulit memilih dan memilah informasi karena media informasi yang diberikan oleh media sosial dapat bersifat hoax atau kurang dapat dipertanggungjawabkan.

seputar-mental-illness-yang-perlu-anda-ketahui
(Sumber : Seputar Mental Illness yang Perlu Anda Ketahui - Alodokter)

Dr. dr. Ronny Wirasto, Sp.KJ mengatakan bahwa saat ini Indonesia sedang menghadapi pandemic Covid-19 dengan strategi khusus, yaitu melalui deteksi, pencegahan dan respon. Ketika orang tersebut jarang keluar rumah, maka akan semakin menimbulkan banyak masalah.

Dengan adanya pandemi ini, kita diharuskan isolasi, baik itu isolasi fisik maupun psikologis. Dengan dilakukannya isolasi ini akan membuat suatu respon yang mengakibatkan timbulnya impulsivitas, baik itu kognisi maupun afeksi.

Pandemi Covid-19 ini tidak hanya berpengaruh pada kesehatan fisik saja, namun juga sangat berpengaruh terhadap aspek kehidupan lainnya. Pengaruh yang cukup terasa terjadi pada kondisi kesehatan mental. Permasalahan-permasalahan yang ada selama pandemi Covid-19 ini dinilai dapat menjadi sumber stress baru bagi masyarakat.

Aspek lainnya yang dapat memicu gangguan saat pandemi yaitu stigma dan diskriminasi terhadap orang yang terinfeksi Covid-19 dan para tenaga kesehatan yang menjadi garda terdepan. Adapun stigma dan diskriminasi yang bis akita rasakan sekarang ini, yaitu menghindar dan menutup pintu saat bertemu dengan tenaga kesehatan, diusir dari tempat tinggal, dikucilkan, dilarang menggunakan fasilitas umum, dan ancaman-ancaman lainnya.

Selain itu, resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19 ini dapat memperbesar resiko bunuh diri karena banyaknya kasus PHK, pengangguran, dan tekanan ekonomi masyarakat.

Gangguan kesehatan mental juga kerap dijumpai saat pandemi Covid-19. World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa stress yang muncul di masa pandemi Covid-19 ini dapat berupa perubahan pola tidur maupun pola makan yang tidak teratur, ketakutan dan kecemasan terhadap kesehatan diri maupun kesehatan orang lain yang disayangi, susah tidur dan konsentrasi, memperparah kondisi fisik seseorang yang mempunyai penyakit kronis maupun gangguan psikologis atau menggunakan obat-obatan, gangguan stress setelah trauma, depresi, xenophobia (rasa takut pada orang bernegara lain yang dinilai membahayakan kesehatan), dan masih banyak lagi gangguan kesehatan mental yang kita jumpai saat pandemi Covid-19 ini. Kelompok yang paling merasakan dampak kesehatan mental saat pandemi Covid-19 seperti kaum perempuan, remaja dan anak, serta lanjut usia. Gangguan psikologi ini diawali dengan kecemasan terhadap situasi yang sifatnya hanya sementara dan reaksi cemas permanen. Adapun rasa cemas yang dirasakan seperti cemas tertular SARs-CoV-2, cemas pekerjaan kantor terbengkalai, maupun cemas terhadap kesehatan keluarga. Gejala yang ditimbulkan dari gangguan ini seperti demam, sakit tenggorokan, pusing, padahal seseorang tersebut tidak sedang tertular Covid-19.

Gangguan ini disebut gangguan psikosomatis. Gangguan Psikosomatis dapat terjadi setelah membaca berita negatif tentang virus Corona, tingkat kematian yang terus bertambah, dan lain-lain. Sehingga pemikiran orang tersebut akan terbawa sesuai dengan berita negatif yang ia baca.

Karantina yang dilakukan juga dapat menambah perasaan kesepian, ketakutan, bosan, stress dan cemas, dan masih banyak lagi. Ketakutan yang dialami ini dapat mempengaruhi orang-orang disekitarnya sehingga memperbanyak orang yang mengalami gangguan kesehatan di masa pandemi.

Gejala-gejala psikis tersebut dapat mengganggu keseharian seseorang yang bisa membuat mereka kurang fokus pada pekerjaan. Permasalahan perekonomian yang kurang stabil juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masalah yang dialami oleh sebagian besar masyarakat ialah perasaan cemas yang semakin meluas dan akan membentuk berbagai macam gangguan kesehatan mental lainnya.

Oleh karena itu, sebagai individu kita harus mampu bersikap resilien yaitu mampu menghadapi kesulitan dalam kehidupan yang terlihat sehingga ia akan memaksa untuk mengatasi dan beradaptasi. Pandemi merupakan situasi yang sulit untuk semua orang.

Apabila tiap individu memiliki sikap resilien, maka orang tersebut dapat melewati situasi sulit dalam kehidupan menjadi lebih baik lagi. Bentuk dari resiliensi ialah sikap adaptasi.

Pada masa ini sikap adaptasi sangat dibutuhkan karena merupakan fase peralihan dari work from office menjadi work from home yang sifatnya semua pekerjaan dilakukan menggunakan media sosial.

Pandemi ini telah membawa perubahan hidup maupun perubahan mental bagi masyarakat. Setiap individu memiliki kesehatan mental yang berbeda-beda, sehingga sangat penting beradaptasi di masa pandemi Covid-19 ini. Kesadaran untuk memperhatikan kesehatan mental diri sendiri dan orang lain sangat dibutuhkan di masa-masa ini.

Kita juga harus mengecek kesehatan mental ke dokter profesional di bidang kesehatan mental agar tidak terserang stress dan cemas selama masa Pandemi Covid-19 ini.

Referensi:
BEM KM FKG UGM 2020. 2020. “Pandemi dan Mental Health: Meringkas Isu Kesehatan Mental selama Satu Tahun di Era Pandemi”, https://bem.fkg.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/534/2021/01/KAJIAN-PANDEMI-DAN-MENTAL-HEALTH.pdf diakses pada 22 Juni 2022

1 Like