Orang yang suka pamer kekayaan(flexing) berlagak mempunyai segalanya

Media sosial sering kali digunakan oleh masyarakat luas sebagai fasilitator atau tempat untuk membagikan informasi berupa aktivitas-aktivitas sosialnya. Melalui media sosial, individu memiliki kendali penuh dalam menampilkan informasi yang akan diunggah sehingga dapat mengelola kesan orang lain terhadapnya agar sesuai dengan apa yang diharapkan. Bahkan tidak jarang informasi yang ditampilkan berupa perihal yang akan membuat penggunanya merasa memperoleh eksistensi dan pengakuan dengan cara memamerkan kekayaan dan kemewahannya.
Pamer saat ini adalah bagian yang tak terhindarkan dari semua orang di dunia ini.
Artinya, kebahagiaan dan ketenangan tidak lagi dianggap sebagai aktualisasi diri dari rasa
syukur terhadap diri sendiri, sehingga merupakan penurunan kemampuan berpikir kritis dan
penurunan nilai mental, tetapi kebahagiaan adalah kenikmatan yang utuh dan alami yang
bergantung pada tanda-tanda yang terlihat. orang lain dan orang terdekatnya. Banyak orang
yang rela membeli barang baru keluaran brand ternama, liburan ke luar negri, dan memilih
makanan di restoran yang mahal semua kegaiatan yang dilakukan guna difoto dan
membukanya demi kepentingan di mesia sosial untuk menyatakan ketenaran sosial mereka.
Ketenaran berbuat pamer dalam bermedia sosial pada manusia zaman sekarang

tidak hanya dalam bentuk fisik (berbagai atribut yang diturunkan dari orang tersebut),
akantetapi statistik individu juga dapat dilambangkan oleh bentuk non-fisik. Seperti gengsi
dalam pemilihan tempat makan, pusat perbelanjaan, dan tempat bermain rekreasi yang
mahal. Seseorang yang flexing menyebarkan ke media sosial, orang tersebut seperti
menyebar video atau foto di akun media sosial dan terbuka untuk umum untuk dilihat
banyak orang. Dengan demikian, mereka disebut sebagai masyarakat yang disegani dan
mempentingkan gengsi serta memiliki status sosial yang tinggi disebuah masyarakat. Hal
ini merupakan fenomena baru pada masyarakat postmodern sebagai konsekuensi logis dari
kapasitas konsumsi pada masyarakat.

Tidak perlu pamer identitas,yang penting kualitas jangan menjual jati diri untuk meraih pamer diri

By:Eva riakanto(3C)