Pariwisata merupakan salah satu sektor strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia, potensi pariwisata tersebar di berbagai daerah yang memiliki keunikan alam, budaya, dan tradisi lokal. Kepulauan Bangka Belitung adalah salah satu wilayah dengan potensi besar dalam sektor ini, terutama karena kekayaan alamnya yang meliputi pantai–pantai indah, keanekaragaman hayati laut, dan budaya lokal yang khas. Namun, pengembangan wisata tidak hanya bergantung pada potensi alam, melainkan juga pada pengelolaan yang baik dan keterlibatan berbagai pihak termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swata. Pengembangan pariwisata di Kepulauan Bangka Belitung, dengan fokus pada Pulau Buku Limau sebagai salah satu destinasi yang tengah dikembangkan.
Pengembangan pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi strategi penting dalam mendukung pengembangan daerah. Sektor pariwisata dinilai strategi dalam meningkatan pendaptan daerah. Tiga pilar utama dalam pengembangan pariwisata adalah pemerintah daerah, masyrakat lokal, dan pengusaha lokal.
Pulau Buku Limau di Kabupaten Belitung Timur memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai danasti wisata unggulan. Pulau ini menawarkan keindahan terumbu karang, pasir putih, dan kejernihan air laut yang mendukung kegiatan snorkelling serta menjadi pusat produksi ikan segar dan ikan asin. Pemerintah daerah juga berencana membangun dive center untuk menarik wisatawan menyelam. Pada tahun 2020, terdapat 123 destinasi wisata di Belitung Timur yang meliputi wisata alam, budaya, dan buatan. Namun, meskipun memiliki potensi besar, pulau buku limau belum menjadi destinasi wisata utama karena beberapa kendala seperti transportasi yang mahal, keterampilan masyarakat dalam memberikan layanan wisata yang belum optimal, dan kurangnya produk cinderamata khas.
Pengembangan pariwisata perorganisasian kelembagaan yang baik keterlibatan masyarakat lokal melalui program perberdayaan menjadi kunci keberhasilan. Paradigma pemberdayaan menekankan pada pembangunan manusia, di mana masyarakat lokal menjadi penggerak utama salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah Commonity Based Tourism (CBT), yaitu pariwisata yang melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, sehingga memberikan dampak positif terhadap perekonomian, interaksi sosial, dan pelestarian lingkungan.
CBT mendukung diversifikasi pekerjaan, peningkatan perekonomian masyarakat, dan keterlibatan aktif masyarakat lokal sebagai aktor utama yang memahami karakteristik daerah wisata. Untuk itu, diperlukan upaya pemberdayaan masyarakat serta sinergi antar-skateholder, terutama dinas terkait, dalam membentuk jaringan pengembangan pariwisata di Pulau Buku Limau.
Pulau Buku Limau, yang terletak di Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur, menyimpan potensi besar sebagai destinasi wisata unggulan di Kepulauan Bangka Belitung. Potensi alam yang dimiliki pulau ini meliputi keindahan terumbu karang yang masih terjaga, hamparan pasir putih yang bersih, serta kejernihan air laut yang mendukung aktivitas wisata bahari seperti snorkeling dan menyelam. Selain itu, Pulau Buku Limau juga dikenal sebagai sentra penghasil ikan segar dan ikan asin, yang dapat dikembangkan sebagai daya Tarik wisata kuliner berbasis hasil laut.
Gambar 1. (sumber: bangkapos.com)
Namun, meskipun memiliki kekayaan alam dan potensi ekonomi, Pulau Buku Limau belum mampu menjadi destinasi utama di daerah tersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala yang menghabat pengembangannya. Pertama, aksebilitas menuju Pulau Buku Limau masih terbatas, ditandai dengan biaya transportasi yang relatif mahal. Kedua, keterampilan masyarakat dalam memberikan pelayanan wisata, seperti penyediaan atraksi, informasi, dan fasilitas pendukung, belum terorganisasi dengan baik. Ketiga, kurangnya inovasi dalam menciptakan produk cinderamata khas yang dapat menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan.
Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut, diperlukan pendekatan pengembangan yang melibatkan berbagai pihak secara sinergis. Pendekatan Community-Based Tourism (CBT) menjadi strategi yang relevan dalam konteks ini, karena menempatkan masyarakat lokal sebagai aktor utama dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pengelolaan wisata. Dengan melibatkan masyarakat, pengembangan wisata dapat berjalan lebih berkelanjutan, baik dari aspek ekonomi, sosial, maupun lingkungan.
Gambar 2 (sumber: kompasiana.com)
CBT memberikan dampak positif yang signifikan, seperti diversifikasi pekerjaan bagi masyarakat lokal, peningkatan pendapatan, serta penguatan kepasitas masyarakat melalui pelatihan keterampilan yang mendukung pengelolaan pariwisata. Selain itu, partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan wisata dapat mendorong rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan dan budaya lokal.
Untuk mendukung keberhasilan implementasi CBT di Pulau Buku Limau, peran pemerintah daerah sangat penting dalam menyediakan fasilitas dasar seperti infrastruktur transportasi, pelatihan sumber daya manusia, dan promosi wisata. Selain itu, kerjasama dengan sektor swasta juga diperlukan untuk menghadirkan investasi dalam pembangunan fasilitas wisata, seperti dive center dan akomodasi yang ramah lingkungan.
Dengan sinergi yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, Pulau Buku Limau perpotensi menjadi destinasi wisata unggulan yang tidak hanya mendukung pertumbuhan ekomoni lokal, tetapi juga memperkenalkan kekayaan alam dan budaya Kupulauan Bangka Belitung ke kancah nasional dan internasional.
Pulau Buku Limau di Kabupaten Belitung Timur memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata unggulan dengan kekayaan alamnya yang meliputi terumbu karang, pasir putih, kejernihan air laut, serta menjadi sentra penghasilan ikan segar dan ikan asin. Meskipun memiliki daya tarik alam yang luar biasa, pengembangan pariwisata di pulau ini masih menghadapi beberapa kendala, seperti transportasi yang mahal, keterampilan masyarakat yang kurang optimal dalam memberikan layanan wisata, serta kurangnya produk cinderamata yang khas.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pendekatan community-Based Tourism (CBT) menjadi solusi yang efektif. Dengan melibatkan mesyarakat lokal dalam perencaan, pelaksanaan, dan evaluasi pengelolaan pariwisata, CBT dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan perekonomian, menciptakan lapangan pekerjaan, dan melestarikan lingkungan serta budaya lokal. Partisipasi aktif masyarakat juga dapat memperkuat rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap pengelolaan destinasi wisata.
Kesuksesan pengembangan pariwisata di Pulau Buku Limau sangat bergantung pada sinergi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan sektor wisata. Pemerintah perlu menyediakan dukungan dalam bentuk infrastruktur, pelatihan, dan promosi, sementara sektor swasta dapat berperan dalam investasi dan pengembangan fasilitas wisata. Dengan kolaborasi yang solid, Pulau Buku Limau memiliki potensi untuk berkembang menjadi destinasi wisata yang mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan meningkatkan daya tarik wisata Kepulauan Bangka Belitung.