Oposisi Mutlak dan Oposisi Kutub

Bahasa merupakan suatu bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari, dimana alat ini digunakan untuk komunikasi oleh setiap manusia yang di dunia ini, baik secara lisan (bicara) maupun tulis (tulisan, simbol). Bahasa memiliki unsur yang sangat penting dan erat kaitannya dengan semantik, yaitu makna. Dalam setiap bahasa, khususnya bahasa Indonesia, seringkali kita temui adanya hubungan makna atau relasi semantik dalam sebuah kata atau satuan bahasa dengan kata atau satuan bahasa lainnya. Satuan bahasa yang dimaksud dapat berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat. Untuk relasi semantiknya dapt verupa kesamaan makna (antonim), pertentangan makna (oposisi), kebalikan makna (antonimi), kegandaan makna (polisemi, ambiguitas), ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi), kelebihan makna (redundansi). Di antara relasi makna semantik tersebut, yang akan kita bahas lebih lanjut adalah oposisi. Menurut Djajasudarma (1993:51-52) menyatakan bahwa pertentangan makna yang ada dalam bahasa Indonesia itu dibagi menjadi lima, yaitu kontras (bersifat tidak mutlak), oposisi, antonimi, kejangkapan dan kebalikan. Berdasarkan paparan Djajasudarma tersebut, setelah dicermati dengan seksama, penjelasan mengenai oposisi dan antonimi itu ternyata hampir serupa tapi tak sama, ada perbedaan yang cukup signifikan dalam kedua hal tersebut. Perbedaan tersebut terletak pada peristilahannya saja.

Abdul Chaer (1995:85) Oposisi adalah hubungan antara dua kata, yang mana kata tersebut benar-benar memiliki makna yang berlawanan dengan makna kata lain atau memiliki lawan makna secara kontras. Berdasarkan sifatnya, oposisi dibagi menjadi lima macam, salah duanya adalah oposisi mutlak dan oposisi kutup.
a. Oposisi mutlak
Oposisi mutlak adalah oposisi yang terjadi akibat adanya pertentangan makna secara mutlak. Bisa dikatakan bahwasanya pada oposisi jenis ini memiliki Batasan yang mutlak antara bentuk satuan bahasa yang satu dengan bentuk satuan bahasa yang lainnya. Contoh yang dapat kita temukan dengan mudah adalah:

  1. Hidup dan mati
  2. Antar dan jemput
  3. Pergi dan pulang
  4. Ingat dan lupa
  5. Gerak dan diam

Dari contoh yang disebutkan di atas, dapat kita kaji bahwa makna antara kata yang satu dengan kata yang lain terdapat pertentangan makna yang sangat jelas dan tidak bisa diganggu gugat. Kata yang satu dengan kata lainnya memiliki arti yang jelas berbeda maknanya karena terdapat batasan yang mutlak.

b. Oposisi kutub
Oposisi kutub adalah oposisi yang terjadi akibat adanya pertentangan makna yang sifatnya tidak mutlak (sukar ditentukan batas satuannya) dan bersifat gradasi. Maksudnya terdapat tingkat-tingkat makna pada kata-kata tersebut. Oposisi ini juga bersifar relatif. Oposisi kutub banyak dijumpainpada kelas kata adjektif atau kata sifat. Contoh yang dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari adalah:

  1. Kaya-miskin
    Orang yang tidak kaya belum tentu miskin dan orang yang tidak miskin belum tentu kaya. Bagi orang yang terbiasa memiliki pendapatan 10 juta sebulan lalu tiba-tiba mendapat penghasilan tidaj lebih dari 1 juta, sudah merasa dirinya miskin. Begitupun sebaliknya. Pada kata kaya, terdapat oposisi yang berupa agak kaya, cukup kaya, dan sangat kaya, lebih kaya, paling kaya.
  2. Besar-kecil
  3. Jauh-dekat
  4. Panjang-pendek
  5. Tinggi-rendah
  6. Terang-gelap
  7. Luas-sempit

Untuk contoh kedua sampai contoh ketujuh, kata-kata tersebut menyatakan pertentangan makna yang bersifat tidak mutlak, gradasi, dan relatif. Maksdunya adalah tidak terdapat batasan yang tidak mutlak yang terjadi karena adanya perbandingan yang tidak sesuai, terdapat tingkatan-tingkatan makna, dan tergantung penilaian orang (beda orang, beda penilaian)

Berdasarkan paparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa oposisi mutlak dan oposisi kutub memiliki persamaan berupa sama-sama dari relasi makna, yaitu oposisi. untuk perbedaanya sendiri adalah dapat kita lihat dari sifatnya. Oposisi mutlak bersifat mutlak,terdapat batasan makna pada kata yang satu dengan yang lainnya dann banyak dijumpai pada kelas kata verba (kata kerja). Untuk oposisi kutub, tidak terdapat batasan mutlak, bersifat gradasi (tingkatan makna), bersifat relatif, dan dijumpai pada kelas kata adjektiva.

Referensi:
Chaer, A. (1995). Pengantar Semantik bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta

Djajasudarma, T. F. (1993). Semantik 1: Pengantar ke Arah Ilmu Makna.Bandung: Eresco

1 Like