Objek Kajian Sintaksis

Zaenal Arifin (2015: 60) mengemukakan bahwa sintaksis adalah cabang lingustik yang menyangkut susunan kata-kata di dalam kalimat. Susunan kata itu harus linier, tertib dan tentu harus bermakna. Objek kajian sintaksis merupakan struktur internal kalimat. Dalam sintaksis dikaji struktur frase, klausa, dan kalimat.
• Frasa
Frase ialah satuan bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi (Ramlan, 1982:121). Artinya, frase selalu terdiri atas dua kata atau lebih. Oleh karena itu, frase juga disebut kelompok kata. Di samping itu, frase tidak pernah melampaui batas fungsi. Artinya, frase secara keseluruhan selalu berada di dalam satu fungsi tertentu, yaitu S, P, O, PEL, atau KET. Kata-kata yang menjadi anggota sebuah frase tidak bisa sebagian berada pada, misalnya, fungsi S dan sebagian berada pada fungsi P. Jika demikian, satuan gramatik itu bukan frase melainkan klausa. Frase juga didefinisikan sebagai gabungan dua kata atau lebih yang hubungan di antaranya tidak bersifat predikatif; tidak boleh yang satu sebagai S dan yang lain sebagai P (Kridalaksana, 2001:59).
• Klausa
Klausa ialah satuan gramatik yang terdiri atas P (predikat), baik disertai S (subjek), O (objek), PEL (pelengkap), dan KET (keterangan) ataupun tidak (Ramlan, 1982:62). Dengan demikian, unsur yang selalu ada di dalam klausa ialah P, sedangkan unsur yang lain (S, O, PEL, dan KET) bersifat manasuka; boleh ada dan boleh tidak ada. Sebenarnya, unsur inti sebuah klausa ialah S dan P. Karena dalam pemakaian bahasa, unsur S sering dihilangkan dan yang ada tinggal unsur P, sebuah klausa juga dapat diidentifikasi sebagai satuan gramatik yang terdiri atas P saja. Oleh karena itu, klausa juga dibatasi sebagai satuan gramatikal yang berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana, 2001:110). Lebih lanjut, klausa memiliki potensi sebagai dan merupakan unsur pembentuk kalimat. Artinya, klausa selalu berada di dalam kalimat sebagai unsur pembentuknya.
• Kalimat
Kalimat adalah suatu bentuk linguistik yang terdiri atas komponen kata-kata, frase, atau klausa. Jika dilihat dari fungsinya, unsur-unsur kalimat berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Menurut bentuknya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal serta kalimat majemuk. Kalimat juga dipahami sebagai satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa (Kridalaksana, 2001:92). Menurut definisi itu, kalimat dipahami sebagai (i) satuan bahasa yang secara relatif memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri, (ii) memiliki pola intonasi final, yaitu pola intonasi akhir berita, tanya, atau perintah, dan (iii) dalam praktik penggunaannya pada umumnya terdiri atas klausa atau klausa-klausa; setidaknya setiap kalimat memiliki kemungkinan berisi klausa.

Referensi
Gani, S. (2019). Kajian Teoritis Struktur Internal Bahasa (Fonologi, Morfologi, Sintaksis, Dan Semantik). A Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, 7(1), 1-20.

Tarmini, W., & Sulistyawati, R. (2013). Sintaksis Bahasa Indonesia.

Santoso, J. (2016). Kedudukan dan Ruang Lingkup Sintaksis.

Berbicara mengenai sintaksis menurut Arifatun (2012) sintaksis merupakan cabang linguistik yang mengkaji konstruksi-konstruksi kebahasaan yang bermodalkan kata.

Pendapat serupa dikemukakan oleh Rosyidah, Hasanudin, dan Amin (2021) yang menjelaskan bahwa Sintaksis merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari hubungan kata-kata dalam pembentukan sebuah kalimat.

Mengenai objek kajianya, Struktur dari kalimat, klausa dan frasa dapat disebut sebagai objek kajian dari sintaksis.
Menurut Suwerta (2019) Kalimat dapat dirumuskan sebagai salah satu konstruksi sintaksis yang terdiri dari dua kata atau lebih. Berdasarkan hal tersebut hubungan struktural antara kata dan kata, atau kelompok kata dengan kelompok kata yang lain berbeda-beda. Kemudian hubungan antara “kalimat” dan “kata” tersebut terdapat dua satuan sintaksis antara, yaitu “klausa”dan “frase”. Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih, yang mengandung unsur predikasi. Sedangkan frase merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih, yang tidak mengandung unsur predikasi.

Sumber referensi:

Arifatun, N. (2012). Kesalahan penerjemahan teks bahasa Indonesia ke bahasa Arab melalui Google Translate (Studi analisis sintaksis). Lisanul Arab: Journal of Arabic Learning and Teaching, 1(1).

Rosyidah, Ulfa, Cahyo Hasanudin, and Ahmad Kholiqul Amin Amin. 2021. “Kajian Frasa Pada Novel Trauma Karya Boy Candra.” Jurnal Ilmiah SEMANTIKA 3(01):10–20. doi: 10.46772/semantika.v3i01.460.

Suweta, I. M. (2019). Membangun kalimat tunggal dan kalimat majemuk dalam bahasa bali (kajian deskriptif). Widyacarya: Jurnal Pendidikan, Agama dan Budaya, 2(2), 1-9

Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang artinya “dengan”, serta kata tattein yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi sintaksis berarti menempatkan kata-kata bersama sama menjadi kalimat.

Berikut ini adalah pengertian lain dari sintaksis

  1. Sintaksis adalah cabang dari linguistik yang membahas struktur internal kalimat (Manaf).

  2. Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mengkaji struktur frasa dan kalimat (Aisyah Chalik).

Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sintaksis ialah bagian dari linguistik yang di dalamnya mengkaji mengenai kata dan kelompok kata yang membentuk frasa, klausa, dan kalimat (Gani, S & Arsyad, B).

Di dalam sintaksis ini juga terdapat ruang lingkup kajian sintaksis, yaitu frasa, klausa, dan kalimat.

Referensi
Gani, S. (2019). Kajian Teoritis Struktur Internal Bahasa (Fonologi, Morfologi, Sintaksis, Dan Semantik). A Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, 7(1), 1-20.

Zaenal Arifin (2015: 60) mengemukakan bahwa sintaksis adalah cabang lingustik yang menyangkut susunan kata-kata di dalam kalimat. Susunan kata itu harus linier, tertib dan tentu harus bermakna.
Berdasarkan pengertian di atas adapun objek kajian sintaksis, antaralain :

  1. Frasa
    Frasa adalah suatu kelompok kata yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan yang tidak melampui batas subjek dan batas predikat. Frase terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan dan dalam pembentukan ini tidak terdapat ciri-ciri klausa dan juga tidak melampui batas subjek dan batas predikat.

  2. Klausa
    Klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung unsur predikatif. Klausa berpotensi menjadi kalimat. Manaf menjelaskan bahwa yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu.

  3. Kalimat
    Kalimat adalah tuturan yang mempunyai arti penuh dan turunnya suara menjadi ciri sebagai batas keseluruhannya. Jadi, kalimat adalah tuturan yang diakhiri dengan intonasi final. Kalimat adalah suatu bentuk linguistik yang terdiri atas komponen kata-kata, frase, atau klausa.

Referensi :
Tarmini, W., & Sulistyawati, R. (2013). Sintaksis Bahasa Indonesia
Gani, S. (2019). Kajian Teoritis Struktur Internal Bahasa (Fonologi, Morfologi, Sintaksis, Dan Semantik). A Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, 7(1), 1-20

Abdul Manaf menjelaskan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat. Kemudian Aisyah Chalik mendefinisikan bahwa sintaksis adalah bagian dari tatabahasa yang mengkaji struktur frasa dan kalimat. Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa sintaksis merupakan bagian dari ilmu bahasa yang didalamnya mengkaji tentang kata dan kelompok kata yang membentuk frasa, klausa, dan kalimat. Untuk penjabaran lebih lanjutnya yaitu sebagai berikut:

  1. Frasa
    Frasa adalah suatu kelompok kata yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan yang tidak melampui batas subjek dan batas predikat. Frase terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan dan dalam pembentukan ini tidak terdapat ciri-ciri klausa dan juga tidak melampui batas subjek dan batas predikat. Frase adalah suatu komponen yang berstruktur, yang dapat membentuk klausa dan kalimat.
  2. Klausa
    Menurut Abdul Manaf, klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung unsur predikatif. Klausa berpotensi menjadi kalimat. Manaf menjelaskan bahwa yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final. Intonasi final itu dapat berupa intonasi berita, tanya, perintah, dan kagum.
  3. Kalimat
    Kalimat adalah tuturan yang mempunyai arti penuh dan turunnya suara menjadi ciri sebagai batas keseluruhannya. Jadi, kalimat adalah tuturan yang diakhiri dengan intonasi final. Kalimat adalah suatu bentuk linguistik yang terdiri atas komponen kata-kata, frase, atau klausa. 24 Jika dilihat dari fungsinya, unsur-unsur kalimat berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Menurut bentuknya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal serta kalimat majemuk.

Sumber referensi:
Gani, S. (2019). Kajian Teoritis Struktur Internal Bahasa (Fonologi, Morfologi, Sintaksis, Dan Semantik). A Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, 7(1), 1-20.

Objek Kajian Sintaksis
Sintaksis ialah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk
wacana, kalimat, klausa, dan frase. Jadi, wacana, kalimat, klausa, dan
frase merupakan objek kajian sintaksis dari yang hierarkinya paling
tinggi sampai dengan yang paling rendah. Sebagai salah satu objek
kajian sintaksis, (i) wacana ialah satuan gramatikal yang berada pada
tataran tertinggi dan terlengkap yang biasanya direalisasikan dalam
bentuk karangan yang utuh atau paragraf, (ii) kalimat ialah satuan
gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada
akhir turun atau naik, (iii) klausa ialah satuan gramatik yang terdiri atas
P (predikat), baik disertai S (subjek), O (objek), PEL (pelengkap), dan
KET (keterangan) ataupun tidak , dan (iv) frase ialah satuan gramatik
yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi.
Teori sintaksis bahasa Indonesia dikembangkan sejak tradisi
Yunani-Latin dibawa oleh orang Belanda ke Indonesia. Pengembangan
teori sintaksis itu selaras dengan pengembangan tatabahasa yang
didasarkan pada bahasa Melayu. Upaya pengembangan teori sintaksis
bahasa Indonesia itu terus dilakukan. Di antaranya hal itu dibuktikan
oleh upaya penerbitan buku model penyusunan tatabahasa bahasa
Indonesia, baik model tradisional, struktural, maupun transformasional,
dan oleh terbitnya buku Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia dan bukubuku lainnya.
Referensi : Santoso, J. (2016). Kedudukan dan Ruang Lingkup Sintaksis.

Ramlan (1997:21) mengemukakan bahwa sintaksis adalah bagian atau cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.
Sedangkan, Manaf (2009 : 3) berpendapat bahwa sintaksis merupakan cabang linguistik yang membahas mengenai struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat.

Ramlan (1997 :21) berpendapat frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Sedangkan, Chaer (2003 : 22) menjelaskan bahwa Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.

Klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa
kata yang mengandung unsur predikatif. Klausa berpotensi menjadi kalimat.
Manaf (2009 : 3) menjelaskan bahwa yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final. Intonasi final itu dapat berupa
intonasi berita, tanya, perintah, dan kagum.

Kailani (1983 : 23) menjelaskan bahwa kalimat adalah suatu bentuk linguistik yang
terdiri atas komponen kata-kata, frase, atau klausa.

Dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa objek kajian dari sintaksis adalah kalimat, klausa, dan frasa.

Referensi:
Abdul Chaer. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Kailani Hasan. 1983. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Melayu Riau. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Ngusman Abdul Manaf. 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia. Padang: Sukabina Press.
Ramlan, M. 1997 . Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV
Karyono

Verhar (1982 : 70) menjelaskan kata sintaksis berasal dari
bahasa Yunani “sun” yang berarti „dengan‟ dan “tatein” yang berarti "menempatkan‟. Jadi secara etimologi sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
Dubois (2000 : 468) juga menjelaskan pengertian sintaksis sebagai “syntaxe est la partie de la grammaire décrivant les règles par lesquelles se combinent en phrases les unités significatives ; la syntaxe, qui traite des fonctions, se distingue traditionnellement de la morphologie, étude des formes ou des parties du discours, de leurs flexions et de la formation de mots ou dérivation.” yang maksudnya (sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang menjelaskan aturan-aturan penggabungan unit-unit tanda dalam kalimat; sintaksis, yang mengatur
tentang fungsi-fungsi secara umum dibedakan dari morfologi, kajian tentang bentuk-bentuk atau bagian-bagian dari wacana, fleksi dan pembentukan kata atau derivasi). Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik tentang susunan kalimat dan bagiannya; ilmu tata kalimat.
Menurut Kridalaksana (1985) Sintaksis meliputi kata dan satuan yang lebih besar seperti frasa, klausa, kalimat, serta hubungan antara satuan-satuan itu.

  • Frasa atau sintagma merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata dengan kata yang bersifat nonpredikatif (Kridalaksana, 1985 : 115).

  • Klausa atau propsition merupakan satuan gramatikal berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya memiliki fungsi subjek dan predikat yang berpotensi menjadi kalimat (Kridalaksana, 1985 : 151).

  • Kalimat atau phrase adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yangutuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan.

referensi
http://eprints.uny.ac.id/12987/3/BAB%20II.PDF

Begitu pula yang disampaikan oleh Kridalaksana (2001:199) yang menyatakan bahwa “sintaksis ialah cabang
linguistik yang memelajari pengaturan dan hubungan antara kata dan kata,
atau antara kata dan satuan-satuan yang lebih besar, atau antarsatuan yang
lebih besar itu di dalam bahasa.” Maknanya, sintaksis adalah cabang ilmu
bahasa yang mendalami bagaimana pengaturan dan hubungan kata
dalam membentuk frase, klausa, dan kalimat.

Referensi
Santoso, J. (2016). Kedudukan dan Ruang Lingkup Sintaksis.

Diantara cabang-cabang ilmu linguistik, ada cabang ilmu sintaksis. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata sun dan tattein yang berarti mengatur bersama-sama. Diketahui bahwa sintaksis adalah ilmu yang mempelajari suatu kalimat atau lebih luasnya lagi, sintaksis mempelajari tentang struktur internal kalimat. Menurut Abidin (2019:12), Lingkup kajian sintaksis meliputi alat sintaksis, fungsi sintaksis, frase, klausa, dan kalimat.

Namun terdapat satuan terkecil dalam sintaksis, yaitu kata yang berperan sebagai fungsi sintaksis, penanda kategori sintaksis, dan perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis (Abidin, 2019:161)

Kesimpulannya adalah sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari struktur internal kalimat. Maka objek kajiannya adalah alat sintaksis, fungsi sintaksis, frase, klausa, dan kalimat. Sementara itu, “kata” sebagai satuan terkecil dalam sintaksis.

Referensi:

Abidin, Yunus. 2019. Konsep Dasar Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.