Nongkrong sebagai gaya hidup atau kebutuhan mahasiswa?

NONGKRONG SEBAGAI GAYA HIDUP ATAU KEBUTUHAN MAHASISWA?

Kehidupan perkuliahan yang sangat sibuk memerlukan cara agar seorang mahasiswa tidak mengalami stress karena banyaknya tugas yang diberikan kepada mereka. Pada dasarnya diusia mereka adalah waktu untuk mengeksplore dunia luas, salah satunya adalah dari aspek gaya hidup. Tapi bagaimanapun juga dalam melakukan gaya hidup diperlukan sebuah kecerdasan agar tidak menjerumuskan pada hal-hal yang merugikan. Dalam aktivitas nongkrong kita harus dapat memanajemen waktu, memilah mana yang worth it untuk dilakukan dan mana yang tidak, memanfaatkan waktu sebaik mungkin itu perlu.
Di era yang semakin maju seperti sekarang ini atau biasa disebut era globalisasi banyak sekali pola kehidupan di masyarakat yang mengalami perubahan. Era globalisasi tidak luput dari adanya modernisasi yang mana ikut terbawa dari adanya globalisasi tersebut. Modernisasi telah memicu perubahan-perubahan yang dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dari masa ke masa. Kemajuan ini memiliki pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat terhadap perubahan sosial, budaya, dan ekonomi di era sekarang. Semakin banyak kebutuhan hidup manusia, disitulah terjadinya peningkatan gaya hidup atau biasa disebut life style.
Pergeseran gaya hidup masyarakat yang menjadikan kegiatan hiburan sebagai bagian dari kebutuhan hidup. Gaya hidup atau life style merupakan sesuatu yang berkaitan dengan bagaimana seseorang menghabiskan waktunya serta berkaitan dengan minat dan lingkungannya mengenai apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan lingkungan sekitar. Salah satunya adalah kebutuhan untuk ajang sosialisasi dengan komunitasnya.
Seiring berkembangnya zaman, kehidupan masyarakat perkotaan pun mulai mengalami perubahan gaya hidup. Salah satunya, manifestasi gaya hidup saat ini adalah kebiasaan nongkrong di kafe bagi kelompok masyarakat tertentu termasuk para mahasiswa. Kegiatan nongkrong tersebut merupakan perubahan mengenai individu yang konsumtif, yang berkaitan dengan leisure time (waktu luang). Kesibukan yang tinggi serta perubahan budaya yang terjadi itu membuat seorang mahasiswa mudah mengalami kepenatan dalam menjalani rutinitas sehari-harinya. Sehingga banyak sekali mahasiswa mencari hiburan yang dapat melepaskan kepenatannya pada hal tertentu, seperti pergi ke mal, shopping, nongkrong dan bersantai ria dengan teman-temannya.
Dari kegiatan tersebut, untuk saat ini banyak sekali tempat nongkrong, mal, restoran, ataupun tempat hiburan yang mengubah konsep mereka sedemikian rupa untuk menarik minat mahasiswa dalam melepaskan penat dalam kegiatan perkuliahan. Hal tersebut tak luput dari perilaku konsumtif yang mereka miliki. Konsumtif dapat dikatakan sebagai perilaku boros. Perilaku boros dimaknai sebagai suatu perilaku yang berlebih-lebihan melampaui apa yang dibutuhkan.
Banyak para mahasiswa menerapkan perilaku konsumtif untuk kesenangan mereka. Istilah nongkrong bagi mahasiswa merupakan salah satu kegiatan untuk mengisi waktu luang mereka setelah pulang kegiatan perkuliahan. Bagi para mahasiswa yang menjadi penikmat kegiatan nongkrong ini, membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai seperti fasilitas dan pelayanan kafe pada umumnya. Dilihat dari satu aspek, yaitu kegiatan nongkrong yang dimana banyak dijumpai mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktu nongkrong mereka di coffe shop.
Coffe shop sendiri selain untuk hanya nongkrong, tempat tersebut juga digunakan untuk kegiatan diskusi, mengerjakan tugas, quality time, ataupun hanya sekedar tempat melepas penat bagi mereka. Hal tersebut ditunjang dengan sarana dan prasarana contohnya tempat yang instagramable, menu yang unik dan lezat serta free wifi yang memudahkan mereka dalam mengerjakan tugasnya. Selain coffe shop, ada juga tempat lain yang biasanya digunakan untuk nongkrong seperti kafe, resto, sarana rekreasi yang berbau outdoor ataupun indoor.
Aktivitas nongkrong itu sendiri sudah sangat melekat pada kalangan muda, banyak pro kontra yang terjadi dimasyarakat mengenai aktivitas tersebut. Bagi golongan kontra mereka menganggap nongkrong hanya sebatas membuang waktu, tenaga, dan uang karena tidak ada manfaatnya. Kegiatan nongkrong dianggap hanya kegiatan bersenang-senang sehingga seorang mahasiswa/pelajar lupa akan tugas utama mereka, yaitu belajar.
Namun, dilihat dari golongan pro, kegiatan nongkrong sangat memiliki pengaruh besar bagi mereka, terutama soal perubahan gaya hidup, pola konsumsi, dan bentuk interaksi yang terjadi. Seakan menjadi hal yang lumrah ketika orang-orang memindahkan kegiatan sehari-hari mereka ke kafe seperti mengetik, membaca, mengobrol bersama teman, ataupun sekedar mencari hiburan.
Nongkrong yang terlihat seperti budaya pemalas dan tidak berguna, memiliki potensi besar untuk mengurangi stress. Nongkrong sebenarnya memiliki sisi positif dan negative dari masing-masing individu. Kehidupan yang serba modern sekarang ini diperlukan sebuah kecerdasan dalam melakukan berbagai tindakan yang akan dilakukan nantinya. Ketika seorang mahasiswa memilih untuk hidup dengan aturan atau mencari kebebasannya sendiri itu adalah sebuah pemikiran mereka dalam menghadapi new life style di era modernisasi sekarang ini.

DAFTAR PUSTAKA
Batubara, Jose RL. (2010). Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Jurnal Sari Pediatri, Vol 12 No 1, Juni 2010
Khairunnusa, E.D., (2021). 5 Tempat Nongkrong di Sambas Kalimantan Barat, Cocok untuk Santai Nikmati Waktu Luang. https://kalbar.inews.id/berita/tempat-nongkrong-di-sambas-kalimantan-barat. Diakses tanggal 18 November 2021
Herlyana, Elly. (2012). Fenomena Coffee Shop Sebagai Gejala Gaya Hidup Baru Kaum Muda. Jurnal THAQÃFIYYÃT, Vol. 13, No. 1 Juni 2012
Salendra. (2014). Coffee Shop as a Media for Self-Actualization Today’s Youth. Jurnal Messenger, Volume VI, Nomor 2, Juli 2014

1 Like